47. Aku Udah Gak Nahan

804 47 2
                                    

EP. 47. Aku Udah Gak Nahan

********

* Perjalanan bersama Papa, Mama, Tante Hilda, dan Shanna.

* Meluncurkan satu buku lagi.

* Sepuluh hal menyenangkan bersama Langit.

* Menikah.

Shien menggelengkan kepalanya dan langsung menghapus list terakhir dari daftar keinginan yang dia ketik di ponselnya. Walaupun Shien menginginkannya, tapi dia sangsi jika bisa melakukan itu. Shien tahu waktunya sudah tidak banyak lagi.

Dan juga, Shien tidak ingin terlalu kejam meninggalkan Langit dengan membawa sebagian hati laki-laki itu jika sampai dia menikahinya. Langit harus bisa mencintai orang lain setelah dia pergi.

"Lagi ngapain? Di luar dingin lho, Shi."

Shien tersentak saat merasakan benda hangat menutupi kedua bahunya. Gadis itu menoleh dan mendapati Mama berdiri di sebelahnya dengan kedua tangan bersandar pada railing balkon. Lantas, buru-buru Shien menekan tombol di bagian samping ponsel untuk mematikan displaynya.

"Lagi lihatin pemandangan aja. Aku pasti kangen banget sama tempat ini." Jawab Shien melirik Mama sekilas, lalu kembali melemparkan pandangannya pada pemandangan yang menampilkan hamparan laut lepas, begitu indah di malam hari jika dilihat dengan mata telanjang.

Angin yang berhembus berhasil membuat mini dress dan helai rambut Shien terbang tak karuan, sehingga memberikan rasa dingin dan sejuk di kulitnya.

"Kapan-kapan kita bisa ke sini lagi, Shi, sama Shanna atau Tante Hilda sekalian." Ujar Mama.

Shien tersenyum getir dengan sorot mata berubah sendu. Shien tidak yakin bisa kembali lagi ke sini.

"Apalagi kalau kamu udah sembuh. Kita bisa tour keliling beberapa negara seperti yang kamu mau." Sambung Mama.

Mama teringat Shien kecil yang selalu berangan-angan ingin melakukan perjalanan keliling dunia. Namun di balik kalimat yang diucapkannya, Mama sungguh-sungguh berharap Shien bisa segera sembuh sepenuhnya. Mama berharap donor yang tepat segera datang.

Shien menoleh, lalu mengangguk lemah diiringi seulas senyum yang dipaksakan.

Mama ikut tersenyum, tangannya terulur merapikan anak rambut Shien yang bergerak ke sana kemari.

"Ya udah, yuk, masuk. Makan malamnya udah siap." Lalu meraih pundak Shien untuk membimbing gadis itu kembali ke kamar.

********

"Jadi malem ini kita stay di kamar aja, nih?" Tanya Mama sambil meletakkan kopi yang sudah dibuatnya ke atas meja untuk Papa yang sibuk mengamati layar, sesekali jarinya sibuk mengetik pada laptop yang terletak di pangkuannya.

Tidak ada sahutan dari Papa. Begitu juga dengan Shien yang sibuk membaca naskah dari penulis yang kemungkinan siap diterbitkan, yang tentunya sudah diseleksi oleh agen sastra dan mendapat rekomendasi dari anak perusahaannya yang ada di Amerika.

Perusahaan Snow Candy milik Tante Hilda memang tidak menerima pengiriman naskah yang tidak diminta. Snow Candy sangat ketat dalam menyeleksi setiap naskah yang hendak diterbitkan. Kebanyakan karya-karya yang layak diterbitkan oleh Snow Candy hanyalah penulis yang telah dipesan atau memiliki hubungan kerjasama.

"Gak asyik banget lagi liburan malah ngurusin kerjaan." Mama memandang anak dan suaminya yang duduk berdampingan itu dengan tatapan kesal. Mama merasa kalau dirinya dianggap invisible karena resmi diabaikan.

"Kita besok pulang, lho." Mama mengingatkan, masih dalam posisi berdiri dengan kedua tangan bersedekap di dada.

Papa dan Shien mengedikkan bahunya serempak, membuat Mama terperangah tak percaya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang