EP. 38. Trust Me
********
Langit merutuki dirinya sendiri. Bukan karena merasa ceroboh, tapi karena dia tidak sadar jika ternyata masih ada satu foto kebersamaannya dengan Jingga yang masih belum dia buang. Perasaan, dulu dia sudah membabat habis semuanya begitu memutuskan untuk move on.
Dan sekarang Shien salah paham padanya gara-gara selembar foto itu. Tapi, jika Langit berada di posisi Shien, dia juga tidak mungkin tidak salah paham. Langit sangat mengerti itu.
"Jangan marah. Aku bisa jelasin, Shi." Langit bangkit berdiri dengan cepat, lalu menahan lengan Shien yang sudah bersiap-siap untuk pergi.
Shien memejamkan matanya singkat diiringi helaan napas dalam. Shien tidak marah. Hanya sedikit kecewa, juga kesal. Mungkin juga cemburu.
"Aku gak marah." Ujar Shien malas. "Aku emang mau pulang aja. Mama udah nanyain."
Gadis itu tidak bohong, Mama memang sudah berulang kali mengiriminya pesan singkat yang isinya menanyakan keberadaan dan meminta Shien untuk segera pulang.
Wanita itu pasti sedang khawatir sekarang karena Shien tidak pulang bersama Reno dan kabur begitu saja. Bukan kabur, sih. Lebih tepatnya, Shien sedang pacaran tapi main belakang.
"Iya, tapi nanti pulangnya aku antar. Bilang aja sama Mama kamu kalau kamu lagi sama aku. Atau biar aku yang bilang langsung sama Mama kamu, gimana?" Langit semakin kuat mencekal lengan Shien.
"Aku mau pulang sekarang." Tak mengindahkannya, Shien berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Langit, namun tak berhasil.
"Tapi kamu harus dengerin penjelasan aku dulu, Shien." Seru Langit. Suaranya terdengar meninggi dari sebelumnya. "Aku gak mau kamu salah paham."
"Aku gak ada salah paham apa-apa." Sahut Shien seraya memalingkan wajahnya. Pandangannya mencuat ke bawah, menatap foto keakraban Langit dengan gadis cantik itu yang masih tergeletak di lantai.
"Shien. . . ." Langit menarik tubuh gadis itu dan membenamkannya ke dalam pelukannya, namun Shien berusaha menghindar.
"Lepasin aku." Pinta Shien dengan suara lemah.
"Aku tahu kamu terkejut lihat foto itu. Kamu marah, kan?"
Shien bergeming, Langit memang sangat peka. Tapi Shien benar-benar akan sedih jika dugaannya benar. Shien takut jika Langit masih mencintai gadis itu dan hanya menjadikannya sebagai pelampiasan.
"Tapi lebih baik kamu dengerin penjelasan aku. Foto itu gak ada artinya sama sekali buat aku sekarang." Ujar Langit selembut mungkin.
Dan pernyataan Langit di akhir kalimatnya membuat Shien merasa semakin kesal. Gadis itu lantas mendongakkan kepala, memberanikan diri untuk mempertemukan pandangannya dengan Langit.
"Sebelumnya berarti banget kayaknya." Sindir Shien ketus.
Langit yang mendengar itu dan melihat ekspresi kesal di wajah Shien malah tersenyum.
"Makannya kamu dengerin penjelasan aku dulu biar gak cemburu." Langit lantas menjawil ujung hidung Shien gemas. Gadis itu cemburu hanya karena selembar foto, jelas saja Langit senang bukan main.
"Siapa juga yang cemburu?" Elak Shien sambil menepis tangan Langit yang kini menangkup kedua sisi wajahnya.
"Kamu, ish." Lalu dengan gemas Langit menyambar bibir kemerahan milik Shien sekilas. Gadis itu mendengus, bisa-bisanya Langit menciumnya saat dirinya sedang kesal.
"Kita duduk dulu, hem?" Tanpa menunggu persetujuan Shien, Langit membimbing gadis itu yang semula menolak ajakannya untuk duduk di tepian tempat tidur. Langit kemudian mendaratkan tubuhnya tepat di samping Shien.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...