69. Mempertimbangkannya Lagi

463 41 4
                                    

EP. 69. Mempertimbangkannya Lagi

********

Langit menyugar rambutnya sambil sesekali mendesah frustrasi. Sejak tadi, sejak gadis itu melihatnya bersama Shanna di toko perhiasan, Shien yang marah masih menutup mulutnya rapat-rapat.

Sial sekali. Langit bahkan belum mengetahui apa penyebab Shien mendiamkannya kemarin, dan sekarang Shien salah paham karena apa yang dia saksikan di toko perhiasan beberapa saat lalu.

Sial. Siapa yang menyangka jika Langit akan bertemu dengan Shanna di sana?

Langit pergi ke sana hanya untuk membeli perhiasan untuk Senja, sang kakak yang akan berulang tahun dalam beberapa hari lagi. Dia juga membelinya satu untuk Shien dan berniat memberi gadis itu kejutan setelah pulang dari sana.

Tapi, sungguh kebetulan yang tidak diharapkan dia bertemu dengan Shanna dan temannya, dan sialnya Shien datang di waktu yang tidak tepat.

Shien begitu defensif, dia bahkan tidak ingin mendengarkan penjelasan Langit dan keluar dari mall, lalu menghentikan taksi yang melintas di depannya.

Langit berusaha mencegah Shien untuk menaiki taksi tersebut, tapi tak berhasil. Lantas dia buru-buru mengambil mobilnya di parkiran dan mengikuti taksi yang ditumpangi Shien yang ternyata berhenti tepat di depan gedung apartemennya.

Langit bergegas turun dari mobil yang dia parkirkan sembarang dan menyusul Shien yang berjalan menuju taman.

Shien terduduk lesu di salah satu kursi yang ada di taman tersebut. Sejenak Langit terdiam memperhatikan Shien yang tengah duduk memunggunginya.

Dia melipat bibirnya ke dalam dengan pikiran sibuk menerka-nerka. Apakah Shien sangat marah padanya? Apakah Shien sedang menangis sekarang? Langit tidak tahu pasti.

"Shi. . . ." Panggil Langit setelah dia menghampiri dan duduk di sebelah Shien yang bergeming dengan wajah tanpa ekspresinya, tidak merespon panggilan Langit.

Gadis itu menatap lurus ke sembarang arah dengan jari tangan yang saling memilin di atas celana yang masih menjadi setelan kerjanya. Cahaya lampu taman yang cukup terang dari belakang membuat wajah sendu Shien tersamarkan oleh bayang.

"Shien. . . ." Meraih satu tangan Shien, Langit menyatukan telapak tangan mereka lalu mengeratkan genggaman tangan itu. "Aku minta maaf ya?"

Menghela napas berat, Shien lantas menoleh, hingga pandangannya bertemu dengan wajah Langit yang tampak menyesal. "You know? I thought I knew you. But somehow I was wrong."

Langit menggeleng cepat. "Aku bisa jelasin. Tadi aku gak sengaja ketemu Shanna sama temannya, dan–"

"Dan kamu memilih diam karena gak enak sama Kak Shanna?" Sambar Shien cepat, dia tersenyum miris. "Biar aku tebak, kamu gak mau membuat dia malu atau kehilangan muka. Makannya kamu memilih diam, iya?"

Langit menunduk dengan perasaan menyesal, merutuki kebodohannya yang tidak tegas dalam mengambil sikap. Bibirnya terbuka hendak menyahuti ucapan Shien yang memang tidak salah, tapi terkatup lagi karena dia terlalu bingung.

"Langit, bisa gak, kamu jangan bersikap terlalu baik?" Tanya Shien dengan tatapan kecewa.

Shien tahu, Langit memiliki hati yang baik dan terbiasa memperlakukan semua orang dengan baik pula.

Langit terlalu menjaga perasaan orang lain, tapi dia tak menghiraukan batasan sehingga sikapnya itu tanpa sadar menyakiti Shien yang notabenenya adalah kekasihnya, dan seharusnya perasaan Shien lebih diutamakan, baru orang lain kemudian.

Shien benar-benar kecewa akan hal ini.

"Kamu, tuh. . . ." Shien menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. "Gak tahu batasan dan gak punya pendiriran. Aku gak nyangka, ternyata kamu orang yang kayak gini."

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang