51. Kenyataan

571 37 4
                                    

EP. 51. Kenyataan

********

"Shanna." Teriak Terry begitu turun dari mobil. Lantas kaki jenjangnya berjalan anggun menghampiri Shanna yang nampaknya baru tiba di pelataran parkir tempat les bernama Little Brown itu.

Gadis cantik dengan rambut warna-warni itu berbalik, tangannya yang nyaris saja menyentuh pintu mobil seketika terhenti. Shanna lalu mendengus tidak suka dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Wajah ramahnya berubah jutek ketika Barbie jadi-jadian itu berdiri di hadapannya.

"Mau ke mana lo?"

Shanna langsung memasang wajah jengah, dan menyandarkan punggungnya pada badan mobil dengan gerakan angkuh. "Mau ke manapun gue pergi, itu bukan urusan lo."

Sontak Terry menggeram tertahan dengan wajah masam. Namun, sebisa mungkin gadis licik itu menahan emosinya agar tidak meledak.

"Langsung aja, ada apa? Jangan buang-buang waktu. Gue masih banyak urusan, gak kayak elo yang kerjaannya cuma bisa luntang-lantung doang." Shanna berujar dengan nada angkuh seraya melirik jam tangan buatan Jerman-nya yang berharga ratusan juta. "Dan gangguin orang tentunya." Imbuh Shanna dalam hati.

Sedangkan Terry, dia hanya bisa mengepalkan kedua tangan di samping dress yang dikenakannya dengan hati menggerutu kesal.

Kalau bukan karena rencana untuk menghancurkan Shanna dan saudara kembarnya agar bisa mendapatkan Langit, Terry tidak akan sudi menahan geram di hatinya. Kalau bukan karena itu, sudah dipastikan dia akan menyerang dan menjambak rambut Shanna sekarang juga.

"Oke. Gue langsung ke intinya aja." Ujar Terry.

Shanna memutar kedua bola matanya malas, lalu dengan ogah-ogahan dia menunggu Terry untuk menyampaikan apa yang akan gadis itu katakan padanya.

"Waktu itu lo bilang gak akan pernah nyerah sama Langit, walaupun dia punya seseorang yang dia suka. . . ."

"Gak usah pake kata pengantar. Lo mau minta gue nyerah lagi? Jangan harap! Gila kali, ya, waktu gue itu gak banyak buat ngeladenin orang kayak lo. Gak penting banget bahas sesuatu yang udah jelas jawabannya." Sambar Shanna cepat.

Terry merasa kesabarannya mulai habis untuk menghadapi Shanna. Tapi demi mendapatkan Langit, dia harus sedikit lebih bersabar menghadapi gadis menjengkelkan itu. Tck, lihat saja kalau dia sudah hancur, apa Shanna masih bisa bersikap seangkuh ini?

"Gimana kalau itu Shien?" Tanya Terry seraya tersenyum menyeringai.

Mendengar nama adiknya disebut, membuat Shanna memfokuskan perhatiannya pada gadis di depannya itu. Sebelah alisnya sedikit terangkat dan wajah juteknya perlahan menghilang.

"Ngomong apaan, sih, lo?" Shanna menatap Terry sebal. Kenapa Terry tiba-tiba membawa serta adiknya coba?

"Beberapa hari yang lalu gue lihat Shien sama Kak Langit di rumah sakit." Terry menyeringai dalam hati. Tatapan liciknya tidak lepas memandangi wajah Shanna, berharap gadis itu terpancing lalu marah.

Tarikan napas jengah terdengar keluar dari bibir Shanna. Dia kira yang akan disampaikan Terry adalah hal penting.

Jika yang Terry maksud Langit dan Shien bertemu di rumah sakit, itu bukanlah hal yang aneh. Hidup Langit dan Shien tidak jauh dari tempat itu, mereka bisa saja bertemu secara kebetulan.

Jadi, menurut Shanna informasi seperti ini benar-benar sudah membuang waktu berharganya yang akan dia gunakan untuk berburu barang branded.

"Terus, masalahnya di mana?"

Reaksi Shanna tentu membuat Terry mengerjap kaget sekaligus bingung. Dia kira, Shanna akan memasang wajah marah seperti biasa saat ada orang mengusiknya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang