36. Finest Moment

583 40 3
                                    

EP. 36. Finest Moment

********

"Shien, mana cincin yang aku kasih ke kamu waktu itu?" Tanya Langit sambil menadahkan tangannya. Mereka masih anteng dengan posisi sebelumnya, di mana Shien duduk di pangkuan Langit.

Dahi Shien mengernyit bingung. "Ada. Buat apa? Kok diminta lagi?"

"Mau aku jual lagi, sini cepetan." Jawab Langit sekenanya.

"Kenapa? Kamu bangkrut?" Langit memutar bola matanya malas dan berdecak kecil karena Shien malah menanggapinya.

"Kalau aku bangkrut, terus jadi dokter miskin, kamu mau apa? Mau bilang nyesel udah nerima aku? Hem?" Tanya Langit sambil merapikan rambut Shien yang sedikit berantakan.

Mendengar pertanyaan itu, lantas Shien tergelitik untuk menjahili makhluk tampan yang ada di hadapannya ini. "Ya iya, lah. Mana mau aku sama cowok bangkrut."

Langit mendengus dengan sorot mata yang tak lepas menatap wajah Shien saat ini. Gadis itu terlihat menahan tawa dengan wajah bersemu merah, sungguh menggemaskan.

"Selain penyakit jantung, aku punya penyakit lain soalnya." Imbuh Shien.

Kening Langit terlipat dalam. "Penyakit apa?"

"Penyakit takut diajak hidup susah." Ujar Shien hingga membuat Langit tergelak pelan. "Kepala aku bisa pusing kalau lihat uang sedikit."

Belajar dari mana Shien hingga bisa berbicara sekonyol ini? Di mana gadisnya yang dulu selalu memasang wajah sedingin es dan berbicara seperlunya? Langit tak menyangka jika Shien bisa bergurau seperti ini. Benar-benar penuh kejutan.

"Jadi kamu mau sama aku karena uang aku, gitu?" Balas Langit.

"Yaa, emang karena apa?" Sahut Shien dengan senyum dan tatapan meledek. Sambil mengelus lembut salah satu sisi wajah Langit, gadis itu kembali berujar. "Makannya kamu kerja yang rajin, soalnya pacar kamu ini matre. Baru tahu, kan?"

Langit mendengus geli, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi untuk membalas ucapan Shien yang konyol itu. Lantas yang dia lakukan adalah menggigit hidung Shien dengan gemas.

"Hiiish, jorok." Shien memukul pelan pundak Langit, lalu mengusap hidungnya yang sedikit basah. Sementara Langit hanya menjulurkan lidahnya meledek.

Terdiam sebentar seraya menarik napasnya, tangan Langit kemudian terulur untuk meraih satu tangan Shien yang berada dipundaknya untuk dia genggam.

"Kamu tenang aja. Aku akan menghasilkan banyak uang setiap harinya dan memastikan kamu sama anak-anak kita nanti gak bakalan kekurangan." Tutur Langit berubah serius, padahal Shien hanya bergurau, lalu dikecupnya punggung tangan gadis itu dalam-dalam.

Tapi sepertinya sikap jahil dan konyol Langit sudah menulari Shien. Karena setelah Langit mengatakan itu, Shien langsung tersenyum jahil dan kembali meledeknya.

"Aku belum ada bilang mau nikah sama kamu, tuh." Shien menjulurkan lidahnya, persis seperti yang dilakukan Langit tadi.

"Shienna. . . ." Dan jika Langit sudah memanggilnya dengan nama lengkap, perasaan Shien mulai tidak enak seiring dengan tatapan mengerikan yang dihunuskan laki-laki itu padanya, membuat Shien merinding melihat itu.

"Langit." Shien mengusap penuh wajah Langit untuk menghilangkan ekspresi itu, tapi Langit malah tersenyum miring.

Detik berikutnya, suara pekikan terdengar saat Langit tiba-tiba membaringkannya di atas sofa dan mengapit tubuh gadis itu di antara kedua lututnya.

Lantas gelitikan kecil Langit berikan di kedua pinggang Shien hingga membuatnya tergelak kencang dan menggelinjang layaknya cacing kepanasan.

"Ampuun, Langiiit." Rengek Shien. Namun Langit malah semakin gencar menggelitikinya. Dia selalu suka melihat tawa lepas Shien seperti ini.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang