49. Pasangan Absurd

508 35 3
                                    

EP. 49. Pasangan Absurd

********

"Haha, sialan." Terry tertawa sarkas. Lalu dengan sekali gerakan, tangannya menyapu habis semua barang yang ada di atas meja rias hingga bunyi keras khas barang terjatuh terdengar sampai ke luar kamar.

Terry menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil tersenyum miring, kemudian kembali tertawa sarkas. Kilatan saat Langit menggandeng tangan Shien dengan mesra berputar-putar di kepalanya, dan Terry tidak bodoh untuk tidak bisa mengartikan hubungan mereka seperti apa.

Menggebrak meja hingga telapak tangannya terasa panas, Terry tidak menyangka jika si gadis lugu dan kurang pergaulan itu sudah melangkah lebih jauh dan cukup berani. Dia terlalu waspada terhadap Shanna dan melupakan Shien.

"Ya ampun Terry, ini kenapa berantakan kayak gini?" Pekik Tera heboh begitu masuk ke kamar anaknya dan mendapati kamar tersebut sudah tidak jauh beda dengan kapal pecah.

Sprei awut-awutan, bantal dan guling sudah tidak pada tempatnya, begitu juga dengan pecahan beling dari tempat skincare yang bertebaran di lantai hingga membuat Tera harus berjalan ekstra hati-hati menghindari pecahan tersebut untuk menghampiri Terry.

"Kamu kenapa, sih? Coba cerita sama Mama." Ujar Tera hati-hati.

Terry menoleh, memperlihatkan wajahnya dengan ekspresi seolah dia adalah korban tertindas.

"Mama. . . ." Rengeknya manja. Gadis itu kemudian menceritakan segalanya pada sang ibu seperti seorang anak yang sedang mengadukan perbuatan jahat orang lain yang telah dilakukan padanya.

Dibumbui sedikit drama, Terry lantas bercerita tentang laki-laki yang sudah disukainya sejak duduk di bangku SMA yaitu Langit.

Dulu dia tidak bisa mendekatinya karena ada Jingga, si gadis penuh pesona yang tidak mungkin bisa dikalahkannya. Tapi sekarang Jingga sudah menikah, Terry merasa memiliki peluang untuk mendekati Langit kembali.

Namun, ternyata tidak semudah itu. Ada dua gadis lain yang menyukai Langit dan itu adalah penghalang besar baginya. Dan yang paling menyebalkan, mereka adalah sepupu tirinya, orang yang sejak kecil selalu dibencinya.

"Jadi si anak bisu itu udah kembali?" Tera tersenyum sinis. Sementara Terry diam tak menyahuti dan masih anteng dengan wajah masamnya.

Tera menghembuskan napasnya sejenak. "Harusnya, tuh, kamu juga waspada sama Shien."

"Karena Shanna yang terang-terangan ngejar Kak Langit, maka itu aku fokusnya sama dia." Sahut Terry sambil menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal.

Tera tersenyum meledek, lalu mengangkat dagu Terry dengan telunjuknya. "Justru itu, terkadang yang pendiam lebih berbahaya."

"Terus aku harus gimana? Hubungan mereka kayaknya udah jauh, Ma." Terry merengek seperti anak kecil seraya menghempaskan jari telunjuk Tera yang bertengger di dagunya.

"Shien itu mirip Mamanya. Kelihatan lugu, tapi aslinya munafik." Tera menggeram tertahan seiring dengan rahangnya yang ikut mengeras, teringat bagaimana dulu Risa merebut hati Sendy dengan mudahnya. Padahal, dirinyalah yang menyukai laki-laki itu lebih dulu.

"Tapi, yang Mama tahu Shanna itu orang yang licik. Kalau dia tahu Shien ada hubungan sama Langit, dia gak akan ngebiarin itu. Dari dulu Shanna gak pernah suka orang lain merebut apa yang disukainya." Tera mencoba menyelisik sambil mengetuk-ngetukan jarinya ke atas meja rias.

Wanita paruh baya itu kemudian mendongak, menatap putri kesayangannya sambil tersenyum licik. "Jadi, menurut kamu gimana, Ter?"

"Shanna gak tahu kalau Shien ada affair sama Langit." Terry menjawab ragu, lalu menatap Tera lekat-lekat untuk mencari pembenaran akan jawabannya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang