11. Fotosintesis

696 49 5
                                    

EP. 11. Fotosintesis

********

"Di mata kamu dia gimana? Kamu tertarik, gak, sama dia?" Sejenak Shien tertegun mendengar pertanyaan Shanna yang satu ini.

"I think he's a good person." Komentar Shien setelah sejenak berpikir, mencoba menilai, lalu mengira-ngira orang seperti apa itu Langit setelah beberapa kali bertemu.

"I think so, dia punya hati yang hangat. Aku suka dia." Sahut Shanna menyetujui ucapan Shien. Senyumnya mengembang, membayangkan senyum manis dan wajah tampan Langit. Baru beberapa hari Shanna mengenalnya, tapi Langit sudah membuatnya nyaman. Ya, Shanna merasa nyaman saat berada di dekat Langit.

"Gampang banget bilang suka, orang baru kenal juga." Cibir Shien.

"Baru kenal atau udah kenal lama, itu gak ada hubungannya. Lagian kita kalau jadi orang, tuh, harus ekspresif, kalau suka, ya, bilang suka, kalau enggak, ya, enggak." Balas Shanna enteng. Kepribadian Shanna memang percaya diri dan sangat ekspresif.

"Dan akhirnya aku nemuin orang yang bener-bener aku suka." Lanjut Shanna sambil meletakkan telapak tangannya di dada, tepat di mana letak jantungnya berada.

Ini adalah pertama kalinya Shanna merasakan jantungnya berdebar karena seorang laki-laki, dan laki-laki itu adalah Langit. Walaupun dia menyukai semua laki-laki berwajah tampan di dunia ini, tapi hanya Langit yang berhasil mendapatkan hatinya.

"Di antara banyaknya cowok yang kamu godain?" Sambar Shien dengan tatapan penuh ledekan. Shanna yang mendengar penuturan adiknya lantas mendengus tak terima.

"Aku bukan ngegodain mereka, tapi itu proses untuk mencari yang terbaik dari yang terbaik." Koreksi Shanna dengan percaya diri. Shien hanya menjulurkan bibir bawahnya seolah mencibir.

"Dan aku pikir, Langit yang terbaik. Aku harus dapetin dia." Imbuh Shanna, kedua tangannya meraih udara, membayangkan seolah dia akan menangkap Langit.

"Gimana kalau dia gak suka sama kamu? Atau udah punya seseorang yang dia suka?" Tanya Shien seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku bakal nyingkirin mereka semua dan terus berusaha buat dapetin hatinya." Jawab Shanna dengan wajah geram, kini tangannya terlihat mencakar-cakar udara, seolah dia sedang menyingkirkan siapa saja yang berani menghalanginya untuk mendapatkan Langit. Shien yang melihat itu lantas pura-pura bergidik takut.

"Kecuali . . . ." Shanna tiba-tiba mengalihkan pandangannya pada sang adik. Shien terdiam, menatap Shanna dengan sebelah alis terangkat, menunggu gadis itu untuk melanjutkan kalimatnya. "Kamu."

Sebelah alis Shien yang terangkat seketika turun, berubah dengan kernyitan dalam pada dahinya. Wajahnya terlihat bingung, gagal mencerna apa maksud perkataan Shanna.

"Kalau dia suka sama kamu, dan atau kamu suka sama dia, aku gak apa-apa ngelepasin dia buat kamu." Terang Shanna kemudian. Kata-katanya terdengar tulus, begitupula dengan sorot matanya.

"Kenapa?" Tanya Shien heran. Rasanya penuturan kakaknya itu tidak benar.

"Karena aku Kakak kamu." Shien tertegun, lantas memandang kakaknya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Cause I love you more than anything." Tambah Shanna sembari melemparkan senyuman tipis.

"Apa aku harus terharu? Kakakku ini bener-bener baik." Shien tersenyum geli. Dia tak menyangka, kakaknya yang sombong dan terkadang suka merundung orang, bisa mengatakan hal seperti ini padanya. Tidak. Lebih tepatnya, Shanna hanya bisa bersikap baik pada Shien. Sejak dulu hingga sekarang, itu tidak pernah berubah.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang