68. Patah Hati

555 38 5
                                    

EP. 68. Patah Hati

********

Sebelumnya, aku tidak pernah percaya hal-hal seperti takdir. Tapi, aku berubah pikiran setelah bertemu dengannya. – Shienna Rahmadian.

********

Shien menghirup napas panjang untuk menahan sesak di dadanya, mendadak di dalam sana seperti ruang hampa udara, terasa pengap sehingga Shien ingin buru-buru keluar dari sana.

Ucapan Langit yang mungkin tanpa sadar keluar dari mulutnya itu cukup membuat hati Shien sakit. Ahh, perasaannya memang sesensitif itu.

Alih-alih berpura-pura suka, tapi berbicara di belakang, Shien lebih suka siapapun itu berbicara secara gamblang di depannya jika ada sesuatu yang memang kurang atau tidak berkenan. Menurut Shien, apa yang Langit lakukan ini cukup buruk.

Kalau seperti ini, Shien jadi berpikiran ke mana-mana terhadap Langit. Mungkinkah dia selalu seperti ini? Berbicara di belakang terhadap sesuatu yang tidak disukainya dari Shien?

DUUKK

"Aduh . . . . "

Langit terkejut begitu merasakan sebuah benda membentur kepalanya cukup keras. Dia mengusap-usap kepalanya sambil meringis tertahan. Kepalanya sedikit ngilu.

"Kenapa, Lang?" Tanya Shanna yang mendengar Langit tiba-tiba mengaduh kesakitan, dia ikut menoleh ke belakang dan menatap Nathan yang sedang memasang raut wajah antara terkejut dan merasa bersalah.

"Aduhh, sorry-sorry. Tangan gue licin, hape gue hampir jatuh tadi." Ujar Nathan ikut merigis sembari mengacungkan ponselnya yang sebenarnya sengaja dia benturkan benda pipih persegi panjang itu di kepala Langit sekeras-sekerasnya.

Cih, siapa suruh dia bersikap menyebalkan dan membuat Shien sedih sampai menangis seperti itu?

Sejak kecil, Nathan selalu melindungi Shien yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri, dan akan terus seperti itu sampai kapan pun. Dengan demikian, jika ada siapa saja yang mencoba menyakiti Shien, dia akan berdiri di jajaran paling depan untuk memberinya pelajaran.

"Lo hati-hati, dong." Wajah Langit merengut menahan kesal dan rasa sakit sekaligus, dia ingin marah tapi tidak bisa.

"Iya, sorry." Cicit Nathan dengan menampilkan ekspresi berpura-pura menyesal. Langit hanya mendengus untuk kemudian kembali berbalik dengan perasaan dongkol.

"Apa itu cukup?" Tanya Nathan berbisik, salah satu sudut bibirnya tertarik membentuk senyum penuh kemenangan. Persis seperti ekspresi seorang kakak yang berhasil menindas kembali atau memukul seseorang yang sudah berbuat jahat pada adiknya.

Shien mendengus geli, lalu mengangguk sambil tersenyum. Dia tahu, Nathan sengaja melakukan hal itu pada Langit. Tapi sebenarnya dia kurang puas, seharusnya Nathan mendorong tubuh Langit saja hingga jatuh tersungkur ke air.

********

Mobil milik Langit kini sudah sampai di halaman rumah Shien setelah menghabiskan empat jam perjalanan pulang dari Jakarta ke Bandung, cukup membuat tubuh keempat orang itu lelah.

Shien perlahan membuka mata dari tidur lelapnya saat merasakan sebuah tangan membelai lembut wajahnya. Dia terdiam sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya seraya memperhatikan sekitar.

Suasana di dalam mobil itu cukup hening, penghuni kursi bagian depan juga kosong, sepertinya Nathan dan Shanna sudah turun lebih dulu. Hanya tinggal dirinya dan Langit yang kini sedang memandanginya dengan satu tangan yang masih belum terlepas dari wajahnya.

Melepaskan tangan Langit dari wajahnya, Shien lantas melepaskan sabuk pengaman.

"Thanks for today." Ucap Shien dingin sebelum kemudian membuka pintu mobil, lalu turun dan berlalu untuk masuk ke rumah tanpa banyak berbicara lagi, mengabaikan Langit yang menyusul keluar dan terus memanggilnya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang