EP. 32. Three Things
********
Sekitar jam lima sore, Langit baru kembali ke hotel setelah dirinya memberikan materi seminar Pediatric Surgery pada mahasiswa kedokteran spesialis bedah anak di Madrid, Spanyol.
Membersihkan dirinya terlebih dahulu, Langit kemudian berjalan menuju sofa untuk makan malam lebih awal karena merasa perutnya sudah lapar. Mungkin karena hampir seharian ini energi Langit nyaris terpakai sepenuhnya. Jadi, dia memesan layanan kamar untuk mengantar makan malamnya.
Menyuap satu sendok penuh makanan yang mirip nasi goreng seafod bernama paella itu ke dalam mulutnya, Langit lalu melirik ponselnya yang sama sekali tidak ada dering notifikasi baik pesan ataupun panggilan dari Shien.
Sudah hampir satu minggu dia berada di luar negeri, tapi Shien sama sekali tidak menghubunginya.
Langit kira, dengan sengaja tidak menghubungi Shien, gadis itu akan menyadari perasaannya, lalu mengambil inisiatif lebih dulu untuk menghubunginya dan mengatakan bahwa dia merindukannya.
Menghembuskan napasnya kasar, Langit berpikir mungkin dia terlalu berharap lebih. Gadis itu sangat keras hati, mungkin harus menunggu tujuh purnama dulu untuk mendapat satu panggilan dari Shien.
"Do you miss me, Shien?" Tanya Langit dalam hati sambil memandangi foto dirinya bersama Shien yang diambil sebelum keberangkatannya dulu yang sekarang menjadi wallpaper ponselnya, sementara mulutnya sibuk mengunyah.
"Cause I miss you more." Kembali menghembuskan napas kasar, lalu dia fokus untuk menghabiskan makanannya.
Langit mengalihkan perhatiannya kembali pada ponsel yang sedari tadi siang terus memunculkan notifikasi dari salah satu aplikasi media sosialnya. Karena menurut Langit itu tidak terlalu penting, makannya dia memilih untuk mengabaikannya. Langit menebak itu mungkin teman-temannya yang biasa menandainya dengan postingan-postingan tidak jelas.
Tapi karena sekarang dia sedang santai dan penasaran, Langit memutuskan untuk melihatnya. Kedua matanya lantas memicing saat membaca pop up berisi notifikasi tersebut.
@rdian_shanna mentioned you in their story
Dengan sekali sentuhan pada touchscreen ponsel pintarnya, Langit kemudian membuka aplikasi media sosial berlogo warna pink itu untuk melihat postingan apa yang diunggah Shanna sampai harus menandainya segala.
Ada dua foto yang diunggah Shanna. Langit mengernyitkan keningnya saat melihat foto pertama yang memperlihatkan makanan dengan menu barbeque yang terhampar banyak di pinggiran kolam renang, sungguh tidak penting.
Tapi saat dia melihat postingan yang kedua, Langit langsung tersedak saat itu juga. Semua makanan di dalam mulutnya berhamburan, lalu terbatuk-batuk.
Sungguh, Langit merasa kini rasa panas menjalar dari kerongkongan hingga ke pangkal hidungnya. Buru-buru dia menyambar gelas berisi air dan meminumnya dengan rakus.
"Shien ini apa-apaan?" Langit geram sendiri saat melihat postingan Shanna yang satunya lagi.
Walaupun itu foto grup, tapi dia tidak suka melihat Shien yang begitu dekat bahkan sampai menempel dengan bocah kecil bernama Reno itu. Terlebih, gadis itu memakai baju renang yang menampakkan paha mulusnya.
Sial. Langit saja belum pernah melihat bagian itu secara langsung.
"Tck."
Memang sialan. Berani sekali si bocah kecil merangkul gadisnya.
Gadisnya?
Ya, tolong garis bawahi. Shien adalah gadisnya. Shien tidak boleh menjadi gadisnya laki-laki lain, dan Langit tidak terima jika gadisnya disentuh oleh laki-laki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...