62. Just Remember I Love You

569 34 2
                                    

EP. 62. Just Remember I Love You

********

"Oh iya, Shi. Tumben hari ini kok gak jalan sama Langit? Biasanya gak absen." Tanya Fina heran.

Fina tahu betul jika setiap hari, tepatnya setelah pulang bekerja, Shien akan menghabiskan waktu berdua bersama Langit. Entah itu hanya berduaan di kantor atau pergi ke tempat-tempat tertentu, alih-alih mengajaknya nongkrong menikmati suasana sore di atas balkon sebuah café seperti saat ini.

Shien terdiam, mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam di resepsi pernikahan Tania, hingga terbawa pada perasaannya yang tidak begitu nyaman. Begitu bayangan kejadian itu melintas, Shien mengatupkan bibirnya, keningnya nampak sedikit terlipat. Ada guratan kegelisahan di sana.

Dan sejak Langit mengantarnya pulang tadi malam, Shien mendiamkan laki-laki itu, juga menghindari komunikasi dengan Langit dalam bentuk apapun.

Perasaannya mendadak gamang.

Shien menghembuskan napas gusar, satu tangannya mengaduk-aduk ice blended yang sama sekali belum diminumnya menggunakan sedotan.

"Shien?" Fina melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu. Namun, Shien tetap bergeming dalam posisinya.

Fina merengut, aneh dengan sikap Shien hari ini yang lebih pendiam dari biasanya.

Gadis itu juga tidak konsentrasi pada perkerjaannya hari ini. Fina perhatikan, Shien terus bengong sepanjang waktu meeting. Beberapa laporan perusahaan yang harus diperiksanya pun ikut terbengkalai.

"YA AMPUN HUJAN, JEMURAN BELUM DIANGKAT." Teriak Fina panik, membuat Shien terperanjat dan otomatis celingukkan ke arah luar untuk memastikan hujan benar turun atau tidak.

Detik berikutnya, Shien langsung mendengus sambil melemparkan kembali punggungnya pada sandaran kursi. Dia lantas melayangkan tatapan sebal pada Fina yang malah cengengesan karena reaksi refleks Shien.

Lagipula, kenapa Shien harus ikut panik? Sejak kapan coba gadis itu mengangkat jemuran? Ckckck . . . .

Lantas tanpa aba-aba Shien melempar satu potong pastry ke wajah Fina, tapi Fina dengan tanggap mampu menangkap dan langsung dia masukkan ke dalam mulutnya.

"Kamu, sih, bengong terus." Ucap Fina terdengar kurang jelas karena mulutnya penuh dengan makanan, tapi Shien cukup mampu untuk mengartikannya.

Shien kembali mendengus, lalu menatap Fina kesal.

Menyesap coffe blended untuk mendorong masuk makanan yang sudah dikunyahnya ke kerongkongan, Fina lantas balas menatap Shien. Cukup serius.

"Mau cerita?" Tawarnya seolah mengerti kegelisahan yang sedang melanda pikiran dan hati Shien.

Shien masih terdiam dengan alis terangkat sebelah. Cerita? Cerita apa? Lagipula dia bukanlah orang yang suka berbagi cerita dengan orang lain.

"Shien, manusia itu makhluk sosial. Jadi gak ada salahnya kalau kita berbagi perasaan." Pancing Fina.

Mungkin karena selama ini Shien lebih suka memendam perasaannya sendiri, tanpa sadar gadis itu menjadi orang yang sedikit berbeda karena termakan oleh perasaannya, sehingga dia menjadi orang yang tidak peduli dengan siapa pun atau apa pun.

"Dan aku juga bukan orang lain, Shien. Kita bukan orang yang baru kenal satu atau dua tahun. Kamu gak sendiri, Shi, kamu bisa cerita kalau ada masalah." Imbuh Fina, berharap Shien bisa terbuka padanya.

Dia bukanlah orang asing, Fina akan berdiri di samping Shien untuk mendukungnya, apapun yang terjadi.

Menghembuskan napas lemah, Shien lantas menatap Fina ragu. Mungkin, tidak ada salahnya jika dia mencoba. Lalu, dengan terbata-bata, Shien mulai menceritakan apa yang sudah terjadi tadi malam. Terutama kata-kata Terry yang sampai saat ini masih terngiang-ngiang dengan jelas di kepalanya, seolah Shien membawa rekamannya ke mana-mana.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang