EP. 24. Orang Asing
********
"Udah dibilangin jangan kecapekan, Shien."
Fina melayangkan omelan dengan gaya khas orang tua begitu dia melihat Shien yang berbalut baju pasien, duduk lemah di atas ranjang pasien, dan tentu saja dengan wajah yang sangat pucat pula.
"Lagian, kemarin lusa kamu ngapain aja sama Langit sampai bisa kecapekan dan pingsan saat tidur begini?" Tanya Fina kemudian menurunkan volume suaranya, takut-takut ada orang yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat Shien. Meski sekarang hanya ada mereka berdua, tapi tetap saja harus berjaga-jaga.
"Gak ngapa-ngapain." Sahut Shien santai.
"Bohong. Jangan-jangan kalian. . . ." Mata Fina memicing penuh curiga diiringi dengan senyuman penuh arti, tak lupa kedua jari telunjuknya dia mainkan dengan cara saling mengetuk-ngetukannya.
"Ihh, apaan? Otak kamu, tuh." Shien mendelik sebal seraya melempar origami burung bangau yang baru selesai dilipatnnya tepat ke wajah Fina.
Nathan yang melihat pasiennya merengek bosan karena tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apapun yang memungkinkan menguras tenaga dan pikiran, karena akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Dokter tampan itu pun inisiatif memberikan kertas origami pada Shien dan memintanya untuk membuat kerajinan tangan dari kertas warna-warni itu untuk mengusir kejenuhan.
Shien awalnya menggerutu karena Nathan seperti memberikan tugas pada anak PAUD. Tapi pada akhirnya Shien menikmatinya, dia terus melipat kertas origami dengan berbagai macam bentuk, bahkan dia sudah menghasilkan lipatan origami bentuk bintang satu toples kaca penuh selama setengah hari ini.
"By the way, kamu sama Langit emang berneran udah pacaran?" Fina tak mengindahkan protes yang dilayangkan Shien.
Dan sekali lagi Shien mendengar nama Langit, rasanya dia ingin menangis. Shien mengatupkan bibirnya kuat-kuat, kemudian menggeleng lemah.
"Jangan bohong." Fina mengambil selembar kertas origami dan ikut melipatnya. Sementara Shien terdiam tak menyahuti.
"Tapi enak juga, sih, kamu masuk rumah sakit. Kan gampang kalau mau pacaran, malah bisa tiap saat. Intensitas kalian ketemu jadi makin banyak karena dia dokter di sini." Fina terus nyerocos, gadis itu lalu menatap Shien seraya menaik turunkan alisnya.
"Kalau mau bahas dia, mending kamu pergi sana." Seru Shien sambil menatap tajam Fina.
"Oke." Fina menghembuskan napasnya cepat.
Sepertinya gadis itu mengerti kalau Shien sedang tidak ingin membahas Langit. Walaupun dia masih kepo dan ingin membahas banyak hal mengenai kelanjutan hubungan Langit dan Shien, tapi jika Shien sudah melayangkan tatapan tajam dengan wajah dinginnya, lebih baik Fina diam daripada harus kena semprot.
"Ngomong-ngomong, apartemen aku udah selesai direnovasi belum?" Shien mengalihkan topik pembicaraan. Selain itu, dia memang ingin menanyakan ini pada Fina sejak dulu, tapi karena terkendala beberapa hal, Shien baru bisa menanyakannya sekarang.
"Habis keluar dari rumah sakit, kamu bisa langsung lihat hasilnya. Udah beres." Sahut Fina seraya tersenyum bangga.
"Awas kalau di luar ekspektasi." Shien mencibir sambil menoleh ke arah Fina sekilas, kemudian melanjutkan kegiatannya melipat origami.
"Aku jamin, kamu gak bakal kecewa dan pasti betah kalau mau tinggal di sana juga." Fina berujar yakin mengenai renovasi apartemen yang akan Shien jadikan kantor saat gadis itu bosan dengan suasana Snow Candy.
Lebih tepatnya, Shien membeli apartemen untuk dia menenangkan diri sembari mencari suasana baru agar mendapat inspirasi untuk menulis buku barunya.
Kembali lagi, Shien menyukai ketenangan dan kesendirdian. Dia selalu ingin memiliki ruang untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...