78. See You

509 37 3
                                    

EP. 78. See You

********

Langit berusaha membuka mata saat merasakan seseorang mengelus lembut kepalanya. Dia mengerjap kecil untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Shien?" Panggilnya dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Kok kamu di sini?" Tanya Langit begitu matanya terbuka sempurna dan mendapati Shien sedang duduk di tepi ranjang dengan sebelah tangan mengelus kepalanya.

Gadis itu tersenyum cerah, hal yang sangat jarang dilakukannya.

"Can you hear me?" Shien tak mengindahkan pertanyaan Langit.

Langit dengan wajah dinginnya terdiam, menunggu gadis itu melanjutkan kalimat yang ingin dikatakannya, meski sebenarnya Langit ingin marah karena teringat Shien bersama Biru tadi malam, juga racauan Shien tentang ingin mengakhiri hubungan mereka sampai dia melempar cincin pemberiannya. Tapi anehnya, lidah Langit terasa kelu sekarang.

"Aku mau kamu tahu satu hal. Kalau aku bilang mau ninggalin kamu atau minta kamu jangan nemuin aku lagi, itu bohong." Tutur Shien lembut, tatapannya terlihat sendu.

"Kalau gitu, jangan pernah bilang seperti itu lagi. Aku gak suka walaupun itu adalah bohong." Sahut Langit sedih dan marah sekaligus. Dia bahkan sampai kesulitan tidur tadi malam karena teringat ucapan Shien.

Shien tersenyum tipis menanggapinya, membuat Langit kurang puas akan tanggapannya. Langit ingin Shien mengiyakan dengan mulutnya sendiri. Setidaknya, itu akan membuat hatinya sedikit lebih tenang. Tapi, lagi-lagi Shien mengalihkan pembicaraan.

"Can you trust me?" Tanya Shien terdengar lirih, tampak guratan sedih di dahinya ikut mengiringi.

"Gak apa-apa kalau kamu gak mau percaya sama aku sekarang. Kamu pasti butuh waktu." Ucap Shien karena Langit tak kunjung menyahutinya.

"But. . . ." Shien menghela napas sejenak. "All you have to know is, I love you. And I'll always do, no matter what." Shien berujar dengan suara bergetar.

Sementara Langit hanya terpancang di tempatnya sambil menatap mata Shien yang tampak berkilat-kilat, membuat hatinya mengiba dan juga bimbang.

Kemungkinan yang terjadi hanya sebuah kesalahpahaman langsung berkelebat di kepalanya, tapi Langit tidak ingin mengambil kesimpulan secepat itu, karena siapa tahu Shien saat ini hanya sedang berusaha membujuknya saja.

"Aku sayang kamu."

Langit mengerjap, sedikit surprise karena tiba-tiba Shien mendaratkan satu kecupan di keningnya cukup lama, dan itu terasa menenangkan hingga membuatnya memejamkan mata untuk sejenak sebelum kemudian dia tersadar dan mendorong tubuh Shien, tapi tidak sampai pindah dari tempatnya.

Shien tersenyum getir, menatap Langit dengan tatapan sedih dan kecewa sekaligus.

"Bisa gak kamu bisa menyimpan kemarahan kamu sebentar? Setidaknya sampai kita selesai sarapan bareng, would you?" Pinta Shien penuh harap.

"Sarapan?" Tanya Langit dengan kening mengernyit.

Lantas dia lirik jam yang menempel di dinding kamarnya, memang sudah pagi. Tapi, aneh saja Shien mengajaknya sarapan bersama. Seingatnya, mereka tidak memiliki janji sebelumnya untuk itu.

Shien mengangguk pelan. "Aku udah siapin di meja makan. Ayo."

Shien kemudian beranjak dari duduknya. Sementara Langit masih bergeming, matanya mengawasi Shien yang berjalan semakin menjauh hingga hilang di ballik pintu kamar.

Beberapa detik berlalu, Langit masih terdiam mencerna keanehan Shien hari ini. Pasalnya, tadi malam gadis itu terlihat sangat marah seolah benar-benar tidak ingin melihat Langit lagi.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang