15. The Prince

608 42 0
                                    

EP. 15. The Prince

********

"Shien." Shien yang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidur membuka matanya dengan malas. Suara Shanna yang cempreng benar-benar menyakiti telinganya.

"Shi, cepetan siap-siap. Kata Mama, tamunya bentar lagi dateng." Shanna berusaha menarik lengan sang adik agar gadis itu beranjak dari pembaringannya. Namun, Shien enggan untuk melakukannya.

"Harus banget ikut, ya?" Tanya Shien tanpa berndiat beranjak dari tempat tidurnya. Gadis itu kini malah memeluk erat boneka pisangnya seolah tak peduli sama sekali dengan jamuan makan malam itu.

"Kan ini makan malam keluarga. Ya harus ikut, lah." Shanna merebut paksa boneka pisang yang tengah dipeluk Shien.

"Tck, lagian biasanya juga aku gak dilibatin." Shien tersenyum kecut, lantas dia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.

Benar. Sejak kapan keberadaan Shien dianggap penting di keluarga ini? Bukannya dulu dia yang selalu tertinggal? Saking tertinggalnya, bahkan banyak teman orang tuanya yang tidak tahu bahwa mereka memiliki anak kembar.

Yaa, mungkin mereka malu memiliki anak seperti Shien. Anak yang penyakitan, merepotkan, dan bahkan pembawa sial yang sudah menyebabkan saudaranya sendiri meninggal. Begitu pikir Shien.

Menghela napas berat, Shanna menatap sang adik yang tenggelam di bawah selimutnya itu dengan tatapan sendu. Dia sangat mengerti perasaan Shien. Akan sulit baginya untuk menerima kedua orang tuanya kembali. Tapi, bukankah seharusnya Shien mencoba memaafkan dan menerima mereka kembali agar semua rasa sakit yang membelenggu di hatinya hilang?

Shanna tahu Shien sangat marah. Tapi menyimpan dendam terlalu lama juga tidak baik, bukan? Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan, termasuk kedua orang tuanya. Dan Shien harus memberi mereka kesempatan kedua.

Ingin sekali Shanna menasehati adiknya seperti itu, tapi saatnya tidak tepat. Gadis itu harus bersiap-siap untuk menyambut tamu yang akan makan malam bersama keluarga mereka sekarang.

"Shi. . . ." Shanna mengguncang tubuh Shien, tapi gadis itu tetap bergeming.

"Bangun, Shi." Shanna tak ingin menyerah.

"Shieeen." Shanna berteriak tepat di dekat telinga Shien hingga membuat sang adik menggeram kesal di bawah selimutnya. Namun, dia masih enggan untuk bangun.

"Shienna Rahmadiaaaan." Shanna terus berteriak sambil mengguncang tubuh Shien dengan keras.

Mendengus kesal, Shien lantas menyentak bangkit dari pembaringannya dengan wajah ditekuk masam.

"Okay." Serunya disertai delikkan sebal pada kakaknya.

Shanna tersenyum penuh kemenangan. Jelas saja, Shien mau tak mau tetap harus bersiap-siap untuk ikut jamuan makan malam, karena jika gadis itu tidak bangun, maka Shanna akan terus mengganggunya.

Tidak ada pilihan lain. Shien pasti tidak akan membiarkan telinganya terkena gangguan karena suara Shanna yang terus meneriakinya.

Shien beranjak dari tempat tidur dengan sangat terpaksa. Dia menghentakkan kakinya kesal begitu menapaki lantai untuk kemudian masuk ke kamar mandi.

********

Mama dan Papa yang tengah menunggu di ruang tamu seketika tersenyum saat mendapati kedua anak gadisnya menuruni tangga bersamaan. Mereka benar-berna seperti putri. Keduanya sangat cantik.

Hanya saja, Mama benar-benar risih melihat warna rambut Shanna yang warna-warni. Beliau hanya bisa menghembuskan napas lemah sambil geleng-geleng kepala.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang