48. Kesal

594 38 2
                                    

EP. 48. Kesal

********

Sore itu adalah acara ngopi berdua yang romantis. Hanya ada Langit dan Shanna, menikmati secangkir kopi hangat, ditemani kudapan dan sayup-sayup udara terbuka dari teras balkon di kedai kopi rumah sakit, sambil mengobrol ringan.

Setidaknya Shanna masih berpikir seperti itu hingga akhirnya wajah tak asing itu muncul.

Dengan rambut berkibarnya, tanpa undangan, dia duduk di antara Langit yang menyambutnya dengan senyuman hangat, dan Shanna yang langsung manyun. Tatapan jutek lantas Shanna lemparkan pada Terry yang meninggikan dagu tak acuh.

"Emang kalau jodoh, tuh, hati kita pasti terhubung, ya?" Ujar Terry riang sambil melempar senyum semanis mungkin pada Langit, memamerkan lesung pipit buatan yang semakin memperindah senyumnya.

Tapi menurut Shanna, apapun yang palsu itu tidak menarik sama sekali. Orang-orang yang mempermak tubuhnya sedemikian rupa padahal tidak cacat, itu adalah tanda orang yang tidak bersyukur atas pemberian Tuhan.

Shanna lantas mengamati lekuk tubuh Terry dari ujung rambut hingga kaki. Selain banyak permak di wajahnya, Shanna yakin bahwa bagian dada dan belakang Terry silikon semua. Kedua bagian itu menyembul seperti buah kelapa, Shanna sangsi jika itu asli.

"Tadi aku nyariin Kakak ke bangsal anak, tapi staff di sana bilang Kakak lagi ke luar. Mungkin karena feeling aku yang kuat kali, ya, gak nyangka bisa nemuin Kakak di sini." Sambungnya menerangkan.

Shanna berkomat-kamit tidak jelas dan mencibir dalam hati. "Kakak Kakak, lo adiknya Langit dari mana? Dasar jelangkung genit."

"Haha, kamu ada-ada aja." Balas Langit sedikit kagok diiringi tawanya yang kaku.

"Emang lo mau ngapain nyariin Langit?" Shanna melirik sengit. Dia tidak menyangka ternyata Terry bergerak cepat untuk proses pedekatenya, Terry bahkan sampai datang ke rumah sakit untuk menemui Langit seperti dirinya.

Ahh, sialan. Belum juga mengetahui saingan tersembunyi yang disukai Langit, sekarang malah bertambah satu saingan yang secara terang-terangan mengibarkan bendera perang dengannya. Shanna sangat terganggu.

Duhh, Shanna merasa kopinya jadi bertambah pahit karena kehadiran Terry di sana.

"Iya, kamu ada apa nyariin aku ke rumah sakit, Ter?" Timpal Langit.

Mendelik sekilas dengan tatapan sebal ke arah Shanna, Terry kemudian beralih menatap Langit dengan memasang wajah manisnya yang dibuat-buat.

"Tadinya aku mau ngajak Kakak minum kopi bareng. Sekalian nostalgia waktu kita sekolah dulu gitu. Aku agak bosan di sini, teman-teman pada sibuk. Gak tahu harus hubungin siapa buat ngajakin jalan, ehh keinget Kakak. Ehh, tapi sayang banget udah keduluan." Jelasnya panjang lebar seraya mendelik ke arah Shanna begitu kalimat terakhirnya terlontar.

Terry memasang wajah keruh. Delikan matanya tadi seolah menyalahkan Shanna atas batalnya rencana indah yang sudah dia rancang untuk pendekatannya dengan Langit.

Shanna menggeram tertahan. Terry benar-benar sok akrab dan tidak tahu malu. Namun, sejurus kemudian seringai licik tersungging dari bibirnya.

"Teman-teman lo pada sibuk, tapi lo sendiri luntang-lantung kayak gak ada kerjaan. Udah di drop out dari industri hiburan lo? Tck, pantesan." Sindir Shanna dengan cibiran penuh.

Sementara Langit hanya terdiam, menyaksikan dua gadis di depannya yang katanya saudara sepupu dan seharusnya akur, tapi nyatanya aura permusuhan kentara sekali di antara mereka.

Langit tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka, dia tidak peduli. Langit hanya ingin menghabiskan kopinya sebelum kembali bergelut di ruang operasi nanti.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang