25. Notice Me

562 44 1
                                    

EP. 25. Notice Me

********

Shien keluar dari rumah dengan langkah tergesa-gesa. Hari ini dia harus berangkat sepagi mungkin karena Shien paling malas jika harus terjebak macet.

Setelah apa yang sudah terjadi pada mereka, sepertinya Langit tidak mungkin akan menjemputnya lagi.

Ehh, tunggu.

Kenapa Shien peduli dengan hal itu? Dia ingin Langit menyerah dan menjauhinya, tapi masih mencari-carinya. Ahh, memang gila.

Shien melempar kunci mobil miliknya pada laki-laki tampan yang terlihat lebih muda darinya. Reno.

Reno, anak muda dengan postur tubuh tinggi dan berkulit putih dengan double eyed yang membuatnya terlihat seperti flower boy. Sopir pribadi yang Papa rekrut untuk Shien.

Shien sampai heran kenapa Papa mempekerjakan Reno sebagai sopir, dia bahkan terlihat seperti anak kuliahan. Shien tebak jika usianya masih sembilan belas atau dua puluh tahunan.

Sangat sulit untuk menemukan sopir yang dapat dipercaya dan cocok dengan Shien serta mobilnya. Dari sekian banyak pelamar, Reno lah yang paling menarik perhatian Papa.

Beliau berpikir, selain menjadi sopir, Reno juga bisa menjadi teman yang menyenangkan untuk Shien. Ditambah wajah tampannya itu akan membuat putri bungsunya tidak akan merasa seperti sedang pergi dengan sopir.

"Udah mau berangkat, Mbak?" Tanya Reno dengan suara yang nyaris mencicit karena takut. Jelas saja, Shien itu jutek. Settingan wajahnya pun seperti es batu, untuk orang yang baru mengenalnya seperti Reno, dia harus berhati-hati.

Shien menoleh jutek. Apa Reno harus bertanya lagi? Sudah jelas Shien berpakaian rapi dan melempar kunci padanya.

Tanpa menjawab, gadis itu berlalu begitu saja meninggalkan Reno untuk menunggunya di depan gerbang rumah.

Langkahnya terhenti begitu Shien melihat BMW i8 Coupe hitam terparkir di depan gerbang rumahnya. Mobil itu sudah tak asing lagi di mata Shien. Dan benar saja. Begitu pemiliknya keluar, Shien langsung terkejut.

Langit berdiri di sana.

Shien tertegun begitu Langit melambaikan tangan dengan seulas senyum simpul tersungging dari kedua sudut bibirnya.

"Langit. . . ."

Shien mengalihkan atensinya tatkala mendengar seruan riang Shanna di belakangnya.

Shien tersadar, ternyata Langit datang bukan untuk menjemputnya, tapi untuk menjemput Shanna.

Tck, bodoh. Kenapa hatinya berharap demikian? Shien merasa sudah menjadi orang yang paling munafik di muka bumi ini.

"Kamu bareng sama kami aja, Shi." Tawar Shanna seraya merangkul pundak sang adik dan berjalan beriringan menuju pintu gerbang.

"Aku udah ada sopir." Balas Shien tersenyum kaku.

"Ohh, iya, lupa." Shanna menepuk jidatnya dengan sebelah tangan yang bebas.

"Tumben gak bawa mobil sendiri?" Dan Shien tidak tahan untuk bertaya kenapa Langit bisa menjemput Shanna.

Katakanlah dia sedang cemburu. Benar, Shien cemburu. Tapi dia hanya bisa menerimanya karena sudah melepaskan laki-laki itu.

"Ohh, lagi males. Kebetulan Langit gak nolak pas aku minta jemput. Sekalian pedekate." Shanna sedikit berbisik saat dia mengatakan kalimat terakhirnya.

Shien menanggapinya dengan senyuman tipis. Gadis itu merasa sedikit lega mendengar bahwa Shanna yang meminta Langit menjemputnya. Itu artinya, bukan Langit yang berinisiatif.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang