23. Terbawa Suasana

646 42 1
                                    

EP. 23. Terbawa Suasana

PROMOTE SEBENTAR, YAAA.

Seperti yang udah aku bilang kalau MENJADI DIA berencana untuk terbit versi cetak.

Barangkali ada dari kalian yang berminat menjadi calon pembeli novel MENJADI DIA, silahkan isi list di bawah ini, yes.

*List pembelian*

Nama lengkap pembeli:

Alamat:

No.hp/wa:

Ekspedisi:

Jumlah pemesanan:

Note: Pemesanan nanti dalam via shopee, ini hanya untuk sekadar list. Tolong diisi, yaaaa. 😉

Untuk yang berminat, bisa langsung hubungi via pesan di akun wattpad aku Ademanis89 atau wa:  085795515987.

Terima kasih sebelumnya, gaes.

SELAMAT MEMBACA.




********

Langit mengepalkan sebelah tangan yang menggantung bebas di sampingnya, sementara tangan satunya memegang erat buket bunga mawar yang tadinya akan dia berikan untuk Shien.

Niat hati ingin melihat keadaan gadis itu yang mungkin jatuh sakit karena dia sudah membawanya bermain seharian kemarin, tapi siapa sangka Langit malah tak sengaja mendengar percakapan Shien dan saudara kembarnya.

Langit membalas tatapan Shien yang kebetulan menoleh ke arah pintu. Gadis itu nampak tertegun, pandangan mereka terkunci selama beberapa detik sebelum kemudian Langit memilih untuk memutar haluan, kemudian pergi menghilang di balik pintu kamar Shien. Sementara bunganya dia jatuhkan begitu saja.

Shien yang melihat itu hanya bisa menatap kepergian Langit dengan tatapan kosong.

Sepertinya ini tidak buruk juga, bukan? Langit terlihat kecewa padanya, otomatis dia akan menyerah dan menjauhinya.

"Maaf." Lirih Shien dalam hati. Jujur, sebenarnya dia menyesal sudah mengatakan hal itu dan tidak mengharapkan Langit akan mendengarnya.

********

Langit memasuki taman yang terletak di antara rumah sakit dan kantor Shien setelah tadi dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke sana.

Tangannya dengan lihai memantulkan bola basket yang tadi dia ambil dari bagasi mobilnya. Walaupun sore itu sedang gerimis, Langit tak mempedulikannya.

Langit begitu terkejut mendengar apa yang Shien katakan tadi. Rasanya, ingin sekali dia meneriaki dan memaki gadis itu karena perkataannya. Shien mengatakan bahwa dia tidak tertarik padanya dan menyerahkannya begitu saja pada Shanna.

Lantas kenapa Shien kemarin membalas ciumannya seolah dia memberi harapan?

Langit melakukan itu dengan segenap rasa cinta di hatinya. Lalu bagaimana dengan Shien? Apa ciuman itu tidak berarti apa-apa? Shien seperti membawanya terbang, lalu menghempaskannya begitu saja.

"SHIT." Langit membanting bola basketnya dengan kesal ke papan ring ketika dia terus gagal melakukan shoot. Berulang kali Langit melakukan shoot, berulang kali itu pula bolanya gagal masuk ke dalam ring.

"Sialan." Dan sekali lagi bola yang dia lemparkan ke arah ring meleset.

Sialan. Langit tahu Shien juga menaruh hati padanya. Tapi kenapa gadis itu memperumitnya seperti ini?

Ahh, Shien benar-benar sudah membuat Langit kesal dan kecewa sekaligus hari ini. Tak bisakah Shien melihat ketulusannya sedikit saja? Langit sungguh tidak memahami jalan pikiran gadis itu.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang