EP. 65. Terganggu
********
Siang itu, Shien terdiam melamun sambil bertopang dagu dengan sebelah tangan, pandangannya menerawang kosong, bahkan lalu lalang orang-orang yang keluar masuk kafetaria yang menjadi salah satu fasilitas di Snow Candy itu pun seolah tidak terlihat.
Terlihat guratan kegelisahan di wajahnya, begitu pun dengan perasaannya yang ikut gamang.
Selama satu minggu ini, Shien benar-benar memedam perasaan dongkolnya atas sikap Shanna yang dirasa terlalu menempel dengan Langit.
Mungkin ini prasangka Shien yang salah, tapi dia merasa jika Shanna selalu mengawasi Langit layaknya baby sitter, tidak membiarkannya dekat dengan Langit bahkan untuk sekedar berpegangan tangan. Gadis itu selalu berada di tengah-tengah mereka, dia bahkan mengambil tempat duduk di depan saat sedang pergi bertiga.
Jelas Shien terganggu, apalagi saat dia melihat Shanna melakukan kontak fisik seperti menggandeng tangan, mengacak-acak rambut, atau menyeka makanan yang menempel di sekitar mulut Langit, meski pada akhirnya meminta maaf dengan alasan tidak sengaja karena refleks.
Mungkin dulu Shien akan baik-baik saja melihat Shanna melakukan hal seperti itu pada Langit, tapi situasinya sekarang berbeda. Langit adalah kekasihnya, yang dilakukan Shanna itu tidak benar karena seharusnya dia lebih menjaga sikap, dan tentu saja Shien cemburu.
Tidak hanya itu, Shien juga merasa jika Shanna mulai membuat semangat Shien turun, sehingga membuat Shien merasa rendah diri di hadapan Langit. Entah perasaannya yang terlalu sensitif, tapi itulah yang dirasakan Shien.
"Ehh, Lang. . . ." Panggil Shanna saat mereka sedang berada di cafe setelah mereka menonton film di bioskop.
Sore itu Langit dan Shien yang ingin menonton tidak sengaja bertemu dengan Shanna yang tiba-tiba juga ada di sana dan menyapa mereka.
Shanna yang senang karena bertemu dengan adik dan temannya itu lantas menyarankan untuk menonton bersama. Alhasil, karena tidak tahu bagaimana caranya menolak, Langit dan Shien dengan sangat terpaksa mengiyakannya.
Dan yang terjadi selanjutnya adalah Shien menonton film horror dengan wajah ditekuk masam selama satu jam pertama penayangannya. Selanjutnya, Shien yang memang sangat menyukai film itu pun akhirnya tetap bisa hanyut dengan isi ceritanya.
Shien melupakan kegondokannya pada Shanna yang bersikeras ingin duduk di tengah-tengah di antara dirinya dan Langit. Toh, itu hanya tempat duduk. Lagipula dia percaya pada Langit yang pasti tidak akan melakukan apa-apa seperti saat sedang menonton berdua bersamanya.
Wajah laki-laki itu pun terlihat sama keruhnya. Sesekali dia menoleh ke arah Shien dengan ekspresi mengeluh.
Namun, kegondokan Shien kembali mencuat saat Shanna tiba-tiba menjerit manja kala hantu di dalam film muncul memenuhi layar lebar itu. Ada perasaan tidak rela melihat Shanna menyusrukkan kepala serta tangannya ke dalam lengan Langit.
Shien tetap berusaha menampilkan ekspresi seolah dia baik-baik saja, meski jujur hatinya tidak ikhlas melihat sikap sang kakak.
Shien jadi curiga, sebenarnya Shanna itu memang menonton atau sengaja mencari-cari perhatian Langit?
Walaupun Shien menepis pikiran buruk tersebut, namun nyatanya jawaban atas kecurigaannya itu terjawab begitu film berakhir.
Langit masih membahas film tersebut dan ketika sesekali dia melempar pertanyaan, Shanna terlihat seperti orang bloon yang sama sekali tidak tahu akan film yang ditontonnya.
"Kamu pernah ke Bromo, gak? Kamu bilang suka mendaki, kan?" Tanya Shanna seraya menunjukkan foto pemandangan sunrise di puncak gunung Bromo dari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...