EP. 79. Let It Go
********
Minggu pagi beringsut siang. Shien setengah berlari menuruni anak tangga di rumahnya.
Sudah hampir jam setengah sepuluh, tetapi Shien baru selesai mempersiapkan diri gara-gara bangun sedikit kesiangan.
Hari ini adalah hari peluncuran buku Jackson, dan Shien harus menghadirinya. Shien sedikit meringis, karena sudah hampir terlambat dan dia belum membeli buket bunga untuk ucapan selamat.
Bunyi klakson yang melengking sedikit panjang dan terjadi berulang-ulang yang berasal dari luar merambat ke dalam rumah.
Shien tebak, itu pasti Fina yang membunyikannya. Terang saja, sebab kalau dia di posisi Fina, pasti akan melakukan hal itu juga. Siapa yang tidak akan kesal menunggu seseorang nyaris lebih dari setengah jam?
Shien terdiam sejenak begitu kakinya menyentuh anak tangga terakhir.
Matanya menyusuri setiap sudut ruangan. Rumah tampak sepi. Hanya suara dengungan dari mesin vacuum cleaner yang sedang digunakan Bi Sumi menggema di sana.
Shien kembali menebak jika semua orang sudah pergi dari rumah. Dengan kata lain, menikmati hari libur masing-masing.
Papa pasti pergi bermain golf seperti biasa dan Mama mungkin menemaninya, atau paling tidak wanita paruh baya itu pasti pergi ke acara arisan bersama teman-teman sosialitanya. Sedangkan Shanna, Shien tidak tahu dia ada di mana karena gadis itu belum pulang sama sekali sejak ditegur oleh Papa dan Mama.
"Bi, kalau Papa sama Mama pulang sebelum aku, tolong bilangin aku lagi pergi, ya?" Pesan Shien pada Bi Sumi.
Sejenak wanita yang lebih tua usianya dari Mama itu menghentikan mesin vacuum yang digunakannya untuk membersihkan debu di rumah.
"Mau ke mana, Non? Lama?" Tanya Bi Sumi.
Shien mendelik jutek, karena tidak biasanya wanita itu kepo, dan Shien paling tidak suka orang lain yang banyak tanya pada urusannya.
"Pokoknya pergi aja, gak tahu lama atau enggak." Sahut Shien, kemudian berlalu pergi dari hadapan Bi Sumi yang nyalinya sedikit ciut dengan kejutekan anak dari majikannya itu.
"Ohh, iya." Shien berhenti dan berbalik saat baru saja mengambil beberapa langkah. "Ada hadiah buat Bibi sama yang lainnya di mobil. Nanti diambil aja, kuncinya ada sama Pak Yudha." Lanjut Shien, teringat akan sesuatu yang dulu sempat dibelinya untuk orang rumah, termasuk Papa, Mama, dan Shanna, tapi dia sudah menyimpannya di kamar mereka.
"Iya, Non. Makasih." Sahut Bibi dengan wajah yang berubah berseri-seri. Jelas, siapa saja akan senang dengan satu kata itu, hadiah.
Setelah itu, Shien kembali bergerak untuk keluar dari rumah. Namun, langkahnya kembali terhenti karena pintu tiba-tiba terbuka, dan munculah Shanna dari balik daun pintu berwarna putih itu.
Mata mereka saling beradu pandang dalam satu garis lurus. Namun, Shanna langsung melengos tak acuh.
"Childish." Seru Shien, berhasil menghentikan langkah Shanna.
"Ngelakuin hal kekanak-kanakan kayak gitu, apa membuat perasaan kamu lebih baik, Kak?" Shien berbalik dan menatap tajam Shanna yang juga sedang menatapnya.
"Itu gak seberapa." Sahut Shanna tersenyum miring. Lalu tanpa banyak bicara lagi, Shanna melangkahkan kaki dan berlalu dari sana.
"Seandainya aku bener-bener melepaskan Langit. Apa kamu akan berhenti?" Tanya Shien menaikkan sedikit oktaf suaranya, dan itu kembali membuat Shanna berhenti melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...