63. You Love Him Too

539 38 2
                                    

EP. 63. You Love Him Too

********

"Kak, tunggu. . . ." Terry berusaha menahan Langit yang hendak beranjak dari duduknya untuk meninggalkan kedai kopi setelah sebelumnya laki-laki itu meminta maaf atas apa yang dilakukannya pada Terry di resepsi pernikahan Bian saat itu.

Sudah sejak tadi Langit ingin pergi dari hadapan Terry, dia tidak ingin meladeninya yang terus mengeluarkan kalimat gila yang mengatakan bahwa gadis itu menyukainya, padahal Terry tahu dengan sangat jelas bahwa Langit sudah memiliki seseorang yang dicintainya, terlebih itu adalah sepupu Terry sendiri.

Langit juga tidak tahan karena Terry terkadang masih menjelek-jelekkan Shien. Hampir saja dia kembali marah kalau dia tidak ingat baru saja meminta maaf, dan dia sedang berada di tengah khalayak ramai.

"Kak, aku beneran suka sama kamu. Tolong jangan abaikan perasaan aku. Aku gak akan datang ke orang yang udah mempermalukan aku, kalau bukan karena aku sayang sama dia. Perasaan aku tulus, Kak." Terry memelas.

Langit menghela napas dalam-dalam guna mencari kesabaran di sana. "Aku masih ada urusan, Terry." Ujarnya dingin seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kak, tolong pikirin perasaan aku, sekali lagi." Terry tidak menyerah.

"Dasar gila." Gumam Langit dalam hati. Dia memasang tampang kesal.

"Aku harus jemput Shien." Ucap Langit penuh penekanan dan sekaligus menunjukkan jawaban atas permintaan tidak masuk akal Terry.

Terry menggeram tertahan, kedua tangannya mengepal keras di bawah meja hingga urat-urat pada buku jarinya menonjol.

"Aku tahu, kamu cuma kasihan sama Shien."

Langit yang sudah berbalik, lantas kembali memutar tubuhnya menghadap Terry. "Semoga kita gak bertemu lagi setelah ini. Permisi, Terry."

"Shien gak selugu dan sepolos yang kamu tahu, Kak." Terry memprovokasi, membuat Langit semakin geram dibuatnya.

"Aku lebih tahu Shien dengan baik." Ujar Langit geram, rahang yang membingkai wajah tampannya tampak mengeras, menandakan jika laki-laki itu tengah menahan emosinya.

Jika dulu dia bisa memberi pukulan membabi buta pada Biru saat dia menghina Jingga, tapi Langit tidak bisa melakukan hal seperti itu pada seorang gadis.

"Aku lihat Shien keluar dari hotel sama cowok malem-malem beberapa waktu lalu."

Langit memejamkan mata seraya meraup udara banyak-banyak. Dia tidak tahu harus melakukan apa pada gadis yang ada di hadapannya ini. Benar-benar membuatnya gregetan.

"Aku mungkin bisa ngelakuin sesuatu yang lebih buruk dari kemarin kalau aku denger kamu memprovokasi Shien lagi." Ancam Langit tegas. Kedua tangannya mengepal di samping celana bahan yang dikenakannya.

Dengan perasaan kesal dan marah, Langit kemudian berlalu pergi dari hadapan Terry.

Gadis yang berpenampilan seperti model profesional itu hanya memandangi punggung Langit yang bergerak semakin menjauh dan perlahan hilang di balik pintu kedai kopi yang terbuat dari kaca.

Terry tersenyum miring sambil mencengkram cangkir kopinya keras-keras. "Lihat. Apa kamu masih akan percaya sama Shien setelah melihat sesuatu yang aku kirim, Kak?"

********

"Minum, Shi."

Shien yang terbatuk-batuk karena tersedak oleh melon yang sedang dimakannya, merasa tenggorokannya semakin gatal kala dia menoleh dan melihat siapa yang menyodorkan air padanya, Shanna.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang