89. Terlalu Bodoh

659 38 3
                                    

EP. 89. Terlalu Bodoh

********

"Aku harus pergi ke mana?" Sahut Langit, tapi Shien memilih untuk tak mengindahkan dan terus berjalan tertatih dengan bantuan tongkatnya.

"Aku harus pergi ke mana?" Langit kembali bertanya dengan suara yang terdengar putus asa. Pandangannya menatap sendu punggung rapuh yang perlahan menjauh di depannya itu, lalu beralih menatap kedua kaki Shien yang berjalan tanpa alas.

"Aku harus pergi ke mana sementara tempat yang aku tuju ada di sini?" Tanya Langit lagi dengan suara yang semakin terasa tercekat.

Namun, Shien masih tak mempedulikannya dan terus berjalan dengan langkah yang tidak stabil. Sepertinya Shien cukup kesulitan dengan tongkat yang di apit oleh masing-masing ketiaknya itu.

Melepaskan sandal milik Shien dari tangannya, Langit kemudian mengambil langkah cepat untuk menghampiri gadis itu, sebelum kemudian mendekapnya dari belakang.

Hal tersebut cukup membuat Shien terkejut hingga kedua tongkatnya terlepas, lalu jatuh ke lantai. Kakinya yang lemah nyaris membuatnya ikut terjatuh, tapi tangan Langit yang melingkar di sepanjang bahu Shien mendekapnya erat, sehingga hal itu tidak terjadi.

"Aku gak bisa ke mana-mana, Shi. Aku gak bisa." Cicit Langit nyaris seperti berbisik, tak bisa membendung air matanya lagi. Sementara Shien hanya terdiam dengan air mata yang sudah berhamburan sejak tadi.

Shien lantas berbalik dengan satu tangan memegang erat lengan Langit untuk menyangga tubuhnya agar tetap bisa berdiri, sementara sebelah tangannya lagi dia gunakan untuk memukuli dada laki-laki itu.

"Pergi." Ucap Shien dengan suara berat, tapi Shien jelas tahu apa yang dikatakannya itu adalah bohong.

Shien tidak pernah menginginkan Langit pergi darinya. Tidak. Hatinya tidak pernah menginginkan hal itu sedikit pun.

Melepaskan Langit itu jauh lebih sulit daripada menerimanya dulu. Shien tidak bisa.

"Jahat, brengsek, orang paling bodoh."

Langit terdiam, membiarkan gadis itu puas melampiaskan amarahnya.

"Aku benci kamu." Tapi nyatanya, Shien lebih mencintai Langit.

Merasa tangannya cukup lemas, Shien beralih menggigit lengan bahu Langit sekeras yang dia mampu.

Langit tetap terdiam tanpa perlawanan, membiarkan rasa perih dan nyeri yang mulai menjalar di lengannya akibat gigitan Shien yang perlahan gigitan itu melemah. Sepertinya gadis itu mulai kehabisan tenaga.

Setelah dirasa Shien sudah cukup tenang, Langit lantas membawa gadis itu untuk duduk di kursi yang berderet di salah satu sisi koridor.

"Maafin aku, Shi." Ucap Langit dengan wajah teramat menyesal, jemarinya meremas telapak tangan Shien yang digenggamnya.

Shien bergeming, tak merespon ucapan Langit ataupun melakukan perlawanan seperti mengusir Langit dari hadapannya.

Gadis itu hanya menatap kosong tangannya dalam genggaman tangan Langit. Air matanya yang berhenti menetes menyisakan jejak kering, sehingga membuat wajah Shien seperti memakai masker.

"Aku gak akan minta kamu buat maafin aku. Kamu berhak marah dan gak maafin aku. Aku sadar, aku udah sangat keterlaluan sama kamu." Langit menunduk sedih, nada suaranya terdengar pasrah.

"Tapi aku cuma mau bilang kalau aku udah salah sama kamu. Aku bener-bener menyesal, aku minta maaf karena udah kasar dan nyakitin hati kamu."

"Terus setelah nyakitin aku, kamu mau pergi gitu aja? Iya?" Sahut Shien dengan suara serak. Dia lantas menatap Langit sinis, kemudian membuang pandangannya kembali.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang