76. Keputusan Terbodoh

525 44 4
                                    

EP. 76. Keputusan Terbodoh

********

Langit menyugar rambutnya frustrasi. Dia gagal mengejar Shien, kini dia hanya bisa memandangi mobil yang ditumpangi Shien semakin jauh, lalu menghilang dari area rumah sakit.

Lelah karena seharian bekerja membuat kepala Langit terasa pusing. Dia memejamkan mata sejenak dengan sebelah tangan memijat keningnya, sementara sebelah tangannya lagi berkacak pinggang.

Ingatan tentang tiket pesawat satu kali perjalanan milik Shien benar-benar mengganggu pikirannya.

Apa Shien akan pergi meninggalkannya? Karena pertengkaran mereka waktu itu? Kenapa? Bukankah kenyataannya memang seperti itu? Semua foto itu jelas-jelas menunjukkan kedekatan Shien dengan laki-laki lain.

Seharusnya dia yang marah karena Shien ternyata tidak membalas perasaannya selama ini. Tapi walaupun begitu, Langit tidak akan melepaskan Shien. Shien sudah terikat dengannya, Langit tidak akan membiarkan gadis itu melarikan diri darinya. Tidak akan.

Menghembuskan napas gusar, Langit memutar tumitnya untuk kembali ke parkiran basement mengambil mobilnya, berniat untuk mengejar dan mencari Shien. Dia harus memastikannya sekarang juga, Langit tidak ingin Shien meninggalkannya.

Namun, baru saja dia mengambil beberapa langkah, ponselnya berbunyi tanda panggilan darurat. Langit berdecak kesal.

Sial. Dia lupa jika pekerjaannya belum selesai. Pekerjaannya tidak seperti pekerjaan kantor yang bisa ditinggalkan atau langsung diwakilkan kepada orang lain begitu saja, Langit mau tidak mau harus bertanggung jawab untuk menyelesaikannya terlebih dahulu.

********

"Jerman?"

Suara Fina yang sedikit nge-bass itu bergema ke sudut-sudut ruangan private restoran yang menyediakan menu western itu.

Entah apa yang menyebabkan gadis tomboy itu memiliki suara maskulin seperti laki-laki. Orang yang baru mengenal Fina mungkin akan mengira jika Fina itu adalah laki-laki tulen, apalagi ditambah penampilannya yang sangat jauh dari kata feminim.

Tapi meski demikian, Fina memiliki hati yang sangat lembut layaknya perempuan pada umumnya, bahkan lebih dari itu.

Shien mengangguk santai sambil menyesap minumannya.

Setelah pulang dari rumah sakit dan berhasil melarikan diri dari kejaran Langit, Shien menghubungi Fina dan mengajaknya ke restoran western favorit gadis itu.

Shien sedang berbaik hati, dia ingin mentraktir gadis tomboy itu, lalu menceritakan rencananya untuk berobat ke luar negeri. Fina jelas terkejut karena menurutnya ini terlalu mendadak, dan Fina tidak terbiasa jauh dari Shien. Rasanya dia sedikit tidak rela.

"Kapan, Shi?" Tanyanya kemudian, meletakkan kembali potongan steak yang hendak dimakannya ke atas piring.

"Setelah peluncuran buku, mungkin." Jawab Shien agak ragu. "Atau bisa juga sebelum."

Fina mendesah pelan dengan raut wajah lesu. "Terus, kamu sama Langit gimana?" Fina memasukkan potongan steak yang tadi tidak jadi dimakannya ke dalam mulut. "Langit gak keberatan, kan?"

Hati Shien seperti dibelah begitu mendengar pertanyaan Fina. Hubungan Shien dengan Langit sudah jelas akhirnya akan seperti apa. Lalu apa peduli Shien jika Langit keberatan atau tidak?

"Dia akan baik-baik aja tanpa aku." Shien berusaha memotong steak guna menyembunyikan wajah sedihnya dari Fina. "Dan aku juga." Sambungnya berkata lirih.

"Shi, kalian?" Fina berusaha menyelisik raut wajah Shien yang terus menunduk.

Fina tidak bodoh untuk tidak bisa mencerna maksud dari ucapan Shien. Hanya saja, dia ingin memastikannya, dan juga sedikit tidak percaya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang