92. Selamat Jalan

848 44 5
                                    

EP. 92. Selamat Jalan

********

Tiga minggu yang lalu. . . . .

Ada banyak kejadian yang membuat hati Mama dan Papa teriris sakit sampai membuat mereka rasanya tidak sanggup melanjutkan hidup.

Yang pertama, di saat mengetahui kenyataan bahwa putri bungsunya, Shien, dinyatakan memiliki penyakit jantung bawaan. Benar-benar tidak tega melihat bayi yang baru lahir itu harus menggantungkan hidupnya pada obat-obatan dan prosedur pembedahan sampai beranjak dewasa, bahkan nyaris seumur hidupnya.

Yang kedua, saat Tuhan mengambil paksa nyawa putra pertama mereka, Shawn, di usia yang masih sangat muda.

Yang ketiga, saat Shien mengalami kecelakaan dan dinyatakan koma.

Dan yang keempat adalah sore hari itu. Di saat mereka sedang bergurau bersama Shien. Siapa yang menyangka jika gadis bungsunya itu akan mengalami henti jantung mendadak dan kembali dinyatakan koma.

Dokter mengatakan kondisi jantungnya sudah sangat lemah dan harapan hidupnya sangat rendah. Kemungkinan Shien tidak akan bertahan hidup lebih dari satu bulan dengan kondisi jantung seperti itu.

Jalan terakhir untuk menyelamatkannya hanya transplantasi jantung karena pemberian obat-obatan dan metode pengobatan lain sudah tidak efektif untuk mengatasi masalah penyakit jantung bawaan Shien.

Seolah tidak cukup dengan semua itu, satu hari setelah Shien dilarikan ke ruang ICU, mereka mendapat kabar yang begitu mengejutkan. Sangat mengejutkan sampai membuat hati mereka seolah tertembak peluru beracun untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut.

Shanna mengalami kecelakaan beruntun dalam perjalanannya ke Bandara untuk pergi ke Pare.

Entah bagaimana persisnya kecelakaan itu hingga membuat Shanna menderita cedera parah di bagian kepala dengan kondisi retak tulang terngkorak pada tujuh bagian.

Satu lagi putrinya harus tidur di ruang ICU dengan segala macam alat penunjang hidup.

Mama dan Papa tahu, Tuhan tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan mereka. Tapi apa ujiannya harus seperti ini?

Tuhan sudah mengambil satu anak mereka, dan sekarang kenapa Tuhan memposisikan Shanna dan Shien di ambang kematian?

Jika mereka boleh tawar menawar, kenapa Tuhan tidak membuat mereka jatuh miskin saja? Anak-anak lebih berharga daripada segudang uang yang mereka miliki.

Atau mereka memang tidak pantas mereka menjadi orang tua sehingga Tuhan ingin mengambil satu per satu anak yang sudah dititipkan-Nya?

Bisa dibilang, saat itu adalah titik paling berat dalam hidup Mama dan Papa. Berharap itu adalah mimpi buruk dan mereka segera dibangunkan.

Hingga lebih dari satu minggu berlalu, Shanna divonis mati otak yang merupakan kondisi di mana seluruh aktivitas otak terhenti secara permanen.

Orang yang mengalami kondisi seperti ini dinyatakan tidak akan bisa kembali sadar ataupun bernapas sendiri karena otaknya sudah berhenti berfungsi.

Orang yang mengalami mati otak juga tidak bisa lagi mengatur fungsi berbagai sistem organ tubuh. Dengan kata lain, orang yang mengalami mati otak bisa dinyatakan sudah meninggal.

"Penggunaan obat-obatan atau alat bantu pernapasan sebenarnya sudah tidak lagi efektif karena kondisinya sudah tidak bisa tertolong." Pungkas Biru mengakhiri penjelasannya pada Mama, Papa, dan Nathan yang duduk di hadapannya.

Tubuh Mama langsung melemas saat itu juga. Begitu pun dengan Papa dan Nathan yang tidak ingin mempercayai penjelasan Dokter di hadapannya itu.

"Dan saya harus mendiskusikan dengan keluarga pasien untuk melepaskan ventilator dari tubuh Shanna." Biru kembali menambahkan.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang