85. Scandal

602 37 3
                                    

EP. 85. Scandal

********

Langit keluar dari ruang NICU setelah menangani pasien pasca operasi. Langkahnya bergerak menuju ruang ICU di mana Shien berada. Dia memijat pelipisnya sebelah saat dirasa kepalanya berdenyut nyeri.

Pusing dan sedikit mual. Mungkin karena Langit belum makan sejak pagi, dia juga menyela jatah makan siangnya, dan hari hampir menjelang sore.

Tapi meski demikian, dia lebih memilih untuk menemui Shien terlebih dahulu ketimbang memikirkan urusan perutnya. Memang sejak Shien dirawat di rumah sakit, Langit menjadi kehilangan nafsu makannya. Terlihat dari wajahnya yang menirus.

Langit buru-buru memutar tumitnya kembali saat dia melihat Shanna baru saja keluar dari ruang ICU. Setelah kejadian itu, dia memang menghindari Shanna walaupun gadis itu selalu berusaha mencoba untuk mengajaknya berbicara.

Wajah kecewa Shien saat melihat dia dan Shanna di kamar waktu itu terngiang-ngiang di kepala Langit setiap kali melihat Shanna.

Langit tidak ingin menyalahkan Shanna karena lebih merasa jika dirinya sendirilah yang paling bersalah.

Tapi hati kecilnya berkata lain dan selalu mengatakan seandainya saat itu Shanna tidak melakukan trik murahan dengan berpura-pura sakit, mungkin kecelakaan yang terjadi pada Shien masih bisa dihindari. Setidaknya niat untuk meminta maaf pada Shien mungkin akan berjalan dengan lancar walaupun gadis itu tidak akan memafkannya.

"Berhenti!" Teriak Shanna sambil mengejar Langit yang berjalan cepat di depannya.

"Lang, tolong jangan menghindar lagi." Pinta Shanna setelah berhasil meraih pergelangan tangan Langit. "Can I talk to you for a minute?"

Mata jernih gadis itu tampak memelas. Shanna lalu melepaskan tangannya dari lengan Langit dengan hati-hati.

"There's nothing to talk about, Shanna." Sahut Langit dingin sambil membuang pandangannya enggan melihat Shanna.

"Tapi aku harus." Ucap Shanna. "Terserah setelah ini kamu mau menjauh lagi dari aku. Tapi aku mohon, sekali ini aja aku mau ngomong sebentar sama kamu."

Ingin urusan cepat selesai, Langit kemudian mengiyakan permintaan Shanna. Karena dia tahu jika tidak menyetujuinya, maka Shanna tidak akan berhenti memintanya.

"Aku gak akan ngasih toleransi kalau kamu ngelakuin sesuatu yang murahan atau mengatakan sesuatu yang menjelek-jelekan Shien lagi." Ujar Langit, lalu berjalan mendahului Shanna menuju tempat tertinggi dari bangunan rumah sakit megah tersebut. Atap gedung rumah sakit.

Keduanya berdiri berdampingan dengan pandangan mengarah jauh menatap helicopter yang baru saja mendarat di helipad. Bunyi gemuruh dari benda berbentuk seperti capung itupun terdengar di sana walaupun jarak dari tempat mereka berdiri cukup jauh.

"Aku minta maaf untuk semua yang aku lakuin sama kalian. Kamu dan Shien. . . ." Tutur Shanna tulus setelah suasana di sana kembali tenang.

Langit tetap bergeming dalam posisinya. Tidak menoleh untuk menatap Shanna sebagai lawan bicaranya, tapi telinganya mendengarkan dengan seksama.

"Kamu bener." Shanna meraup napas sejenak seraya menyelipkan sejumput anak rambutnya yang dimainkan angin sore yang cukup kencang di atas sana. "Memaksakan kehendak hanya membuat diri sendiri dan orang sekitar kita tersiksa. Kamu bener, sesuatu yang berusaha didapatkan dengan cara memaksa itu gak akan berhasil. Malah hasilnya sangat buruk."

Langit masih belum mau berkomentar. Dia memilih untuk mendengarkan Shanna mengatakan segala hal yang ingin dikatakannya.

"Dan aku nyesel gak nerima kenyataan lebih awal."

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang