57. Makanan Pembuka

513 38 2
                                    

EP. 57. Makanan Pembuka

********

Setelah Mama meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan itu, tanpa berlama-lama lagi, Langit menghampiri Shien yang sedang duduk bersandar di atas ranjang pasiennya. Gadis yang masih mengenakan seragam pasien itu terlihat sangat bosan di sana, meskipun raut wajahnya datar.

Langit merasa lega. Pasalnya, sudah terhitung empat kali dia datang ke ruang rawat Shien di sela-sela dia mengerjakan perkerjaannya, tapi yang dia dapati hanyalah Shien yang masih terbaring lemah di atas ranjang pasien. Kekhawatirannya karena takut jika gadis itu tidak bangun lagi perlahan menghilang.

Langkah Langit berhenti tepat di samping ranjang pasien Shien. Dia menyunggingkan senyum hangat pada gadis yang sedang menatapnya dengan tatapan datar itu.

Tanpa melontarkan kalimat sapaan, dengan cepat Langit merengkuh tubuh Shien dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Aku seneng banget kamu udah bangun." Ujar Langit, lalu membenamkan ciumannya di puncak kepala Shien dalam-dalam.

Shien memejamkan matanya saat merasakan bibir Langit menempel lekat di puncak kepalanya. Hatinya yang sudah terpaut sepernuhnya dengan Langit mulai bisa merasakan cinta laki-laki itu melalui ciuman di puncak kepalanya tersebut.

"Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Langit seraya menarik diri, membuat sedikit jarak antara dirinya dan Shien. Gadis itu hanya mengangguk lemah.

"Maaf." Ujarnya lirih, membuat Langit mengernyitkan keningnya bingung.

"Lho, kok minta maaf?" Langit melepaskan diri, kemudian duduk di sebelah Shien. Dia menatap gadis itu penuh tanya. "Minta maaf buat apa?"

Shien menghembuskan napas berat, bola mata jernihnya menatap Langit sendu. "Karena seharusnya kita kencan hari ini. Tapi aku malah masuk rumah sakit."

Gadis itu lantas menunduk sedih, mengingat rencana kencannya bersama Langit harus gagal karena dia jatuh sakit.

Meletakkan buket bunga yang dibawanya ke atas pangkuan gadis itu, lalu satu tangannya terulur mengangkat dagu Shien hingga pandangan mereka kembali bertemu. "Aku udah pernah bilang belum, kalau kita juga bisa kencan di rumah sakit?"

"Di rumah sakit?" Ulang Shien dengan alis terangkat sebelah seraya menepis tangan Langit yang berada di dagunya.

"Yep." Langit mengangguk, lalu tersenyum nakal. "Malah lebih berkesan dan menantang."

Mengerjap bingung, Shien kemudian mengerutkan dahinya. "Menantang?"

Langit menatap gemas wajah Shien yang terlihat polos. Sebelum bibirnya siap terbuka untuk mengeluarkan sebuah kalimat, Langit terlebih dahulu menariknya membentuk seringai mesum.

"Karena kita harus waspada kalau mau ngelakuin ini. . . ." Lalu dengan cepat dia menyambar bibir Shien yang pucat dan sedikit kering itu.

Shien sontak membelalak kaget dengan mulut terperangah tak percaya. Apa-apaan coba laki-laki ini? Bagaimana jika ada seseorang masuk dan melihat apa yang baru saja Langit lakukan?

Apa ini yang dimaksud dengan waspada dan menantang menurut Langit tadi? Waspada terhadap siapa saja yang mungkin memergoki mereka sedang bermesraan, sehingga itu menjadikan tantangan tersendiri.

Huuh, dasar tikus mesum. Sejak awal, definisi kencan yang menurut Shien adalah melakukan kegiatan menyenangkan bersama seperti halnya jalan-jalan mengunjungi spot-spot yang menarik. Berbanding terbalik dengan definisi kencan menurut Langit yang hanya memikirkan skinship, skinship, dan skinship.

Skinship yang sebenarnya adalah hal yang tabu di negara kita tercinta, Indonesia, yang masih memegang teguh adat ketimuran dan agama yang kuat.

Pengaruh dari negara luar yang bebas memang tidak bisa dicegah atau ditahan hingga berhasil menerobos adat dan norma yang berlaku di masyarakat.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang