EP. 75. The Gift Of A Friend
********
Ada beberapa hal yang harus kita perjuangkan dan pertahankan. Apa yang bukan milik kita, bisa kita raih. Apa yang sudah kita miliki, juga bisa terlepas dari kita. - Shienna Rahmadian.
********
Sepeninggal Langit, Shien lantas memunguti sebagian foto yang berceceran di lantai, merapikannya, lalu kembali memandanginya satu per satu.
Shien tersenyum miris. Sungguh lucu Langit begitu cemburu dan marah padanya hanya karena beberapa lembar foto yang kebenarannya belum jelas. Tidak jelas malah.
Hingga detik ini, Shien masih tidak menyangka jika Langit lebih percaya pada insting sendiri tanpa mencoba mencari kebenarannya atau mendengar kebenarannya dari Shien.
Dengan gerakan gontai, Shien mengambil ballpoin dari dalam tasnya, lalu menuliskan penjelasan singkat pada beberapa foto di belakangnya. Berharap Langit akan membacanya nanti, jika dia memang tidak bisa atau tidak ingin mendengarkannya.
Setelah itu, Shien beranjak dari duduknya dan keluar untuk masuk ke apartemen Langit dengan membawa serta foto dan sebuah goodie bag berukuran sedang di tangannya.
Di dalamnya berisi sebuah Action Cam yang sangat Langit inginkan, tapi cukup sulit mendapatkannya karena benda itu hanya dijual terbatas. Namun, Shien berhasil mendapatkannya berkat bantuan Fina.
Tadinya Shien ingin memberikan Langit kejutan itu sekaligus sebagai hadiah hari jadi mereka yang ke seratus hari. Seharusnya itu hari ini, tapi rencana hanya tinggal rencana. Bukan merayakan bersama dan bersenang-senang, hari ini Shien dan Langit malah bertengkar.
Shien tersenyum geli. Merasa geli pada dirinya sendiri yang begitu bodoh dan kekanak-kanakan karena selalu menghitung hari di setiap kebersamaan mereka. Hal konyol yang tidak pernah terpikirkan akan dia lakukan dalam hidupnnya.
Itu karena Langit begitu spesial untuknya.
Aroma maskulin menyeruak di hidung Shien begitu dia memasuki apartemen Langit.
Terlihat sepi. Sesuai dugaannya, Langit memang tidak ada di sana. Entah ke mana perginya laki-laki itu sekarang.
Sejenak Shien terdiam memandang setiap sudut ruangan. Semua kenangan kebersamaannya bersama Langit saat mereka berada di sana berputar di kepala tanpa izinnya.
Shien tersenyum, ternyata banyak hal menyenangkan yang dia dan Langit lakukan di sana. Dari yang hanya sekedar diam-diaman sambil membaca buku untuk menghabiskan waktu berdua, menonton, memasak bersama walaupun yang memasak adalah Langit dan Shien membantu mengacaukannya, becanda, bermesraan, dan hal-hal menyenangkan lainnya.
Menghembuskan napas berat, Shien menyudahi nostalgianya. Shien sangsi jika semua hal menyenangkan itu akan kembali terulang dalam waktu dekat. Atau mungkin tidak akan pernah terjadi lagi.
Tidak ada yang tahu ke depan hubungannya dan Langit akan seperti apa. Sekarang saja sudah rusak. Sudah rusak sejak Langit tidak memberi kepercayaan pada Shien.
Shien melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, berjalan perlahan memasuki apartemen Langit lebih dalam, dan berhenti tepat di depan pintu kamar Langit, lalu membuka pintu tersebut lebar-lebar. Aroma farfum Langit lebih tercium jelas di sana.
Meletakkan foto dan goodie bag yang dibawanya ke atas meja kerja milik Langit, Shien lalu memandangi fotonya bersama Langit yang tergeletak apik di dalam bingkai foto.
Dia dan Langit tampak sangat konyol dengan penuh coretan lipstick di wajah masing-masing. Shien ingat betul kapan foto itu diambil. Foto tersebut diambil tepat di atas tempat tidur Langit saat mereka bermain permainan online, dan coretan lipstick di wajah itu adalah hukuman atas kekalahan dalam bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
RomanceHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...