41. Berandal

515 39 1
                                    

EP. 41. Berandal

********

Shien langsung mengambil langkah besar untuk masuk ke rumah begitu dia turun dari mobil. Shien setengah berlari menuju ke kamarnya, membuat Papa dan Mama yang tengah menikmati teh malamnya di sofa ruang keluarga terheran-heran melihatnya.

Semua ucapan Terry dan tingkah Langit tadi benar-benar membuat hati Shien sesak dan dongkol sekaligus.

Shien bergidik saat mengingat gaya Terry yang menebarkan pesona lewat kerlingan mata berlapis bulu mata palsu itu. Entah kenapa, dalam bayangannya Terry terlihat seperti boneka yang bdiasa digunakan dalam film horror, Annabelle.

"Sha, ada apa? Pulang-pulang Shien kok kayak kesel gitu? Pasti kamu ajak keliling, kan? Makannya kalian pulang sampai malam begini." Tanya Mama bertubi-tubi kala melihat Shanna muncul.

Dan dengan terpaksa, Shanna yang juga sama dongkolnya harus duduk terlebih dahulu untuk memberi penjelasan kepada orang tuanya.

"Tadi kami ketemu sama Terry. Papa sama Mama tahu, lah, dia kayak gimana." Shanna mulai menjelaskan seraya menghempaskan pantatnya dengan kesal di sebelah Mama.

"Lho, Terry ada di Bandung?" Alis Mama terangkat sebelah, mengingat Terry selama ini bekerja di Jakarta dan sangat jarang pulang ke Bandung.

"Iyaaaa." Shanna nyaris berteriak karena saking kesalnya. "Terus, dia ngomong aneh-aneh sama Shien." Suara Shanna lebih rendah satu oktaf dari sebelumnya, raut wajahnya berubah sendu.

Menghela napasnya dalam-dalam, gadis itu kemudian menceritakan bagaimana tadi Terry menindas dirinya dan sang adik.

Pada dan Mama mendengarkannya dengan seksama. Sesekali Mama menekap mulut, tidak percaya atas cerita Shanna. Sementara Papa sudah mengepalkan tangannya geram.

"Kok Terry kasar gitu ngomongnya?" Mama berujar tak suka. "Nanti biar Mama bilangin sama Tante Tera buat tegur anaknya."

"Jangan, Ma. Orang kayak mereka, kalau diladenin malah kesenengan." Sahut Shanna sambil menjejalkan pastry yang tergeletak di atas meja ke dalam mulutnya.

"Tapi–"

"Mama, kan, juga tahu kalau Tante Tera sama nyebelinnya." Sambar Shanna susah payah karena mulutnya penuh makanan.

Shanna mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan buas saat mengingat perilaku Tante Tera yang seperti penyihir jahat dalam dongeng.

Wanita jahat yang sangat memusuhi Mama karena iri dengan kehidupannya. Dan konon katanya menurut kabar burung, sewaktu muda mereka bersaing merebut hati Papa.

Mungkin karena itulah Tante Tera tidak menyukai dan sering menindas keluarganya.

"Sementara biarkan saja. Tapi, kalau kejadian seperti ini terulang lagi, Papa pastikan Terry keluar dari industri hiburan selamanya." Tutur Papa dingin. Rahangnya tampak mengeras meski sikapnya sangat tenang, kentara sekali jika laki-laki paruh baya itu sedang menahan amarahnya.

Sementara Shanna mendadak kesulitan menelan pastrynya. Merasa suasana di ruang keluarga ini mencekam tiba-tiba, sangat dingin seperti kuburan.

Shanna tahu, kalau Papa sudah marah dan mengeluarkan ancaman seperti itu, sudah dipastikan orang yang mengusiknya akan dibabat habis hingga ke akar-akarnya tanpa ampun.

********

Papa masuk ke kamar Shien dengan nampan berisi makanan dan segelas susu hangat di tangannya.

Beliau tahu anak bungsunya itu belum makan malam, maka dari itu Papa inisiatif mengantarkannya, sekalian melihat kondisi Shien. Suasana hati gadis itu pasti sangat buruk sekarang.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang