59. Pohon Harapan

432 39 1
                                    

EP. 59. Pohon Harapan

********

"Ayo kita sama-sama buat harapan di sini! Nanti, kalau kalau kita udah gede, kita ke sini lagi dan baca bareng-bareng." Ujar anak laki-laki berperawakan tambun dan berkacamata bulat khas Nobita dengan semangat.

Shanna bergeming sesaat, lalu memandang anak laki-laki yang terpaut usia tiga tahun lebih tua darinya itu dengan tatapan bingung. "Harapan?"

"Yep." Anak laki-laki bernama Nathaniel itu mengangguk mantap. Dia lantas mengeluarkan dua buah kertas origami yang sudah digunting membentuk daun dan dua sebuah spidol.

Shanna menyambut sehelai kertas dan sebuah spidol yang diberikan Nathan.

"Terus, udah gede itu kapan?" Tanya Shanna polos.

Nathan menerawang seraya berpikir. "Eung. . . , kapan ya?" Anak laki-laki bertubuh gembul itu nampak mengetuk-ngetukan jarinya di dagu. "Sepuluh tahun lagi? Sepuluh tahun lagi, 17 Agustus kita ke sini lagi bareng-bareng." Ujarnya kemudian. Shanna hanya mengangguk mengerti.

"Terus, kalau kita gak ketemu lagi gimana?" Tanya Shanna lagi.

"Gak akan!" Sahut Nathan cepat. "Kita akan selalu bersama-sama. Aku sama kamu gak akan pernah terpisah." Tambahnya mantap.

Shanna memandang ragu Nathan untuk sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya kuat-kuat.

"Ayo tulis keinginan kita, terus kita tempel di pohon harapan." Ujar Nathan lagi, lalu memandang dinding menjulang tinggi yang di sana terdapat lukisan pohon sangat besar yang digunakan sebagai sarana untuk anak-anak menorehkan cita-cita ataupun harapan mereka.

Nathan dan Shanna kemudian mulai menuliskan harapan masing-masing pada kertas origami itu.

"Nah, selesai!" Seru Nathan sesaat setelah dia menempel kertas berisi harapannya menggunakan lem.

Shanna mendongak, penasaran dengan apa yang ditulis Nathan. Senyum yang semula menghiasi wajah cantiknya perlahan menyurut begitu dia membaca tulisan dengan huruf tegak bersambung milik Nathan.

"Aku mau jadi Dokter, biar bisa nyembuhin Shien."

"Sha, kamu udah selesai belum nulisnya? Sini aku bantu tempel." Tanya dan tawar Nathan sambil menoleh ke arah gadis kecil dengan rambut dikepang dua yang berdiri di sebelahnya.

Shanna mengerjap kaget, lalu mengulas senyum tipis yang dipaksakan. "Belum."

Lantas Shanna kembali berjongkok untuk menulis ulang harapannya dengan beralaskan kursi panjang yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Sejenak Shanna memandang tulisan ceker ayam yang sudah dia tulis sebelumnya, kemudian tersenyum sedih.

"Aku mau Kak Niel jadi Pangeran aku sepuluh tahun lagi."

Shanna membalik kertas origami tersebut dan mulai menulis ulang harapannya.

Setelah itu, dia merampas lem kertas dari tangan Nathan untuk kemudian menempel origami miliknya di tempat yang masih kosong.

********

"Aku mau tumbuh cantik kayak Princess."

Shanna tersenyum geli saat membaca tulisan ceker ayamnya yang sudah memudar dimakan usia.

Shanna tidak menyangka, ternyata tulisannya masih tertempel di sana dan tidak menyangka juga dia bisa menemukannya di antara ribuan kertas harapan yang setiap harinya semakin bertambah.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang