67. Menyesal

570 34 3
                                    

EP. 67. Menyesal

********

Aduh, Shien paling tidak suka dengan suasana ini.

Saat ini Langit, Nathan, Shanna, dan Shien dalam perjalanan menuju Dufan dengan Nathan sebagai sopir, mereka berada dalam satu mobil milik Langit.

Sepanjang perjalanan, Langit hanya diam. Dia tidak bicara sejak kejadian baju hangat dan elusan di kepala Shien yang dilakukan Nathan.

Padahal, Nathan sudah meminta maaf dan mengatakan kalau dia melakukan itu hanya sebagai bentuk perhatian seorang kakak yang ingin melindungi adiknya. Tapi, tetap saja Langit cemburu dan tidak bisa menerima itu.

Langitpun memperingati Nathan untuk tidak perlu melakukan hal seperti itu lagi, terutama bagian menyentuh gadisnya, meski itu hanya sebatas elusan kepala. Nathan yang tidak ingin membuat keributan hanya mengiyakannya saja.

Sementara Shien, dia merasa tidak enak hati akan sikap Langit terhadap sahabat kecilnya itu. Apalagi Langit melempar outwear milik Nathan begitu saja tadi. Sungguh kekanak-kanakan.

Langit memandang ke luar kaca mobil dengan wajah merengut kesal.

Sedangkan Shien sendiri bingung bagaimana harus membujuk laki-laki itu. Dia merasa kagok karena di kursi depan ada Nathan dan Shanna duduk di sana.

Shien menghembuskan napas kasar. Memang bukan sesuatu yang bagus pergi bersama seperti ini. Gara-gara Shanna, rencana kencan romatisnya bersama Langit kacau dalam sekejap.

Langit semakin dibuat kesal karena Shanna yang sejak tadi terus berceloteh tiba-tiba membahas masa kecilnya dengan Nathan. Tidak hanya Langit, Shien pun dibuat kesal karenanya. Sepertinya Shanna memang sengaja ingin memperkeruh suasana hati Langit.

"Kamu inget, gak, Shi, dulu kamu sama Kak Niel sering main bareng ngasih makan kelinci?" Tanya Shanna, dia menoleh sebentar ke belakang untuk melihat Shien.

"Kita bertiga, Sha." Nathan yang sedang fokus menyetir lantas mengoreksi.

"Iya, sih. Tapi aku cuma diem lihatin kalian seru-seruan." Shanna mengerucutkan bibirnya lucu.

Sementara Shien hanya terdiam, enggan ikut campur dalam perbincangan itu, meski dia dilibatkan. Gadis itu memutar kepalanya ke samping, dilihatnya Langit yang sedang melihat ke arah luar, Langit tampak menggigiti kuku ibu jarinya dengan kesal.

"Itu karena kamu gak suka kelinci." Sahut Nathan, lalu menambahkan kalau dia sering menarik Shanna untuk ikut memberi makan hewan lucu itu, tapi Shanna selalu saja tidak berani denngan alasan kapok karena pernah digigit di bagian jari telunjuk saat Shanna iseng mengarahkannya ke mulut kelinci.

Shanna terus menceritakan bagaimana kedekatan Nathan dan Shien saat mereka kecil dulu, tentang Nathan yang selalu memperhatikan Shien, tentang Nathan dan Shien yang memiliki banyak kesamaan, lalu tentang hal pertama yang Shien tanyakan saat dia pulang sekolah adalah Nathan ikut bersamanya atau tidak.

Berkali-kali Shien mendengus kesal karena Shanna terus berceloteh mengenai dirinya dengan Nathan. Shanna terkesan sedang mencocokannya dengan Nathan. Menyebalkan sekali.

"Ohh, iya. Aku juga inget kamu pernah bilang cuma mau nikah sama Kak Niel waktu itu." Celetuk Shanna kemudian, membuat Langit langsung mendelik tajam pada Shien.

"Itu cuma celotehan anak kecil yang gak berarti." Kali ini Shien menyahuti. Kesal sendiri karena Shanna seperti menganggap hal itu sangat serius. Terlebih, dia merasakan hawa dingin dari sorot mata Langit yang kini sedang menatapnya.

Shanna meringis, lalu kembali berujar. "Iya, sih. Tapi, kalau kalian nikah kelihatannya juga cocok. Kalian banyak kesamaan, pasangan serasi, deh. Apalagi kak Niel ganteng banget sekarang. Plus, bisa ngerawat kamu."

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang