EP. 42. No Comment
********
Shien mendengus saat tiba-tiba mendapati sosok laki-laki yang tadi malam membuatnya kesal berdiri dan menghadang tubuhnya. Lalu, tanpa permisi merampas lolipop dari mulut Shien, kemudian mengemutnya sendiri.
"Gak lagi setelah kamu datang." Gadis itu mendelik kesal, lalu memutar tubuhnya ke arah berlawanan, meninggalkan Langit yang menggaruk-garuk belakang kepalanya frustrasi.
Langit yang melihat Shien pergi langsung kalang kabut. Benar dugaannya, gadis itu pasti marah padanya. Terlihat dari tatapan tajamnya tadi, menandakan bahwa Shien begitu kesal.
Tidak hanya itu, Shien bahkan meninggalkannya ke car free day, padahal sebelumnya mereka sudah sepakat untuk pergi bersama.
Shien mempercepat langkah agar Langit yang sedang mengejar tidak dapat mencapainya. Namun, langkah Langit yang dua kali lebih besar darinya membuat laki-laki itu berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Shien.
"Shi, kamu marah?" Shien menghempaskan tangan Langit yang menyentuh lengannya. Gadis itu terus berjalan menuju sebuah cafe yang ada di seberang jalan.
"Ya ampun, Shi. Gak ada salahnya ramah sama orang." Shien mendelik dalam langkahnya.
Ramah? Memuji seorang gadis dengan kata cantik, menurut Shien itu terlihat seperti Langit sedang menggodanya saja. Terlebih yang dipuji adalah Terry, mungkin jika itu orang lain, Shien tidak akan terlalu kesal seperti ini.
Oke. Bersikap ramah memang baik. Tapi, tidak bisakah sikap ramah Langit itu normal sedikit?
"Jangan childish gini dong, Shi." Tanpa sadar Langit menyentak tangan Shien dengan kasar hingga gadis itu berbalik menubruk dada bidangnya.
Langit kesal sendiri karena sejak tadi malam Shien terus mengabaikannya. Apalagi gadis itu mengerjainya dengan membiarkan Om Sendy menjawab panggilan teleponnya.
Entah apa yang dikatakan gadis itu pada Om Sendy hingga membuat beliau mengira Langit cowok berandalan yang mengganggu anak gadisnya. Sungguh menjengkelkan.
Shien menatapnya kesal, cukup terkejut dengan ucapan dan tindakan Langit. "Iya, aku kekanak-kanakan. Kalau gitu kamu gak usah pacaran sama aku."
Mendengar kata-kata Shien, membuat mata Langit membelalak. Langit tidak suka dengan kalimat terakhir Shien, tapi dia juga menyesali ucapannya yang sudah menyebut Shien kekanak-kanakan. Sorot kecewa sangat kentara pada mata jernih milik gadis itu.
Shien kembali berjalan cepat setelah dia menghempaskan tangan Langit. Dalam hatinya Shien menggerutu, sebab bisa-bisanya Langit menyebutnya kekanak-kanakan.
Shien hanya cemburu, apa itu tidak boleh? Lagipula, gadis mana yang tidak akan kesal jika laki-laki yang disayanginya tersenyum dan memuji gadis lain, apalagi tepat di depan matanya?
Sama halnya dengan Langit yang tidak suka melihat Shien dekat dengan Reno, padahal jelas-jelas dia adalah sopir. Ingin rasanya Shien membeberkan jika Langitlah yang sebenarnya kekanak-kanakan.
Huuh, laki-laki itu bahkan dulu marah-marah tidak jelas hanya karena sebuah foto. Namun, Shien tidak ingin mengungkit itu, karena hanya akan memperkeruh suasana.
Dan yang Shien inginkan adalah tidak melihat wajah Langit saat ini. Cukup tidak memunculkan wajahnya di hadapan Shien dan kekesalannya akan reda dengan sendirinya. Shien hanya ingin mendapatkan hari Minggu yang tenang sekarang.
"Shi, maaf, aku–" Langit kembali meraih lengan Shien untuk menghentikan langkahnya.
"Udah, deh, Lang." Ujar gadis itu terdengar datar, tatapannya terlihat sendu. "And I want to be alone right now. So, you can go now."
KAMU SEDANG MEMBACA
SO IN LOVE [END]
Roman d'amourHi, Readers. Kisah ini adalah Spin Off dari STILL IN LOVE. Yang suka baca jangan dilewat satu part pun, yes. Aku lebih suka orang yang baca ceritaku daripada sekedar vote. Thanks, all. ******** "Dia adalah gadis pertama yang tidak mau menerima ulur...