97. Belum Punya Pengalaman

806 41 2
                                    

Typo tandai, yes.

EP. 97. Belum Punya Pengalaman

********

Shien yang masih dibingungkan dengan semua kekacauan yang terjadi, hanya menatap bengong goodie bag berisi pakaian yang tadi diberikan Senja.

Saat ini dia masih duduk di atas tempat tidur bersama Langit sepeninggal Bunda dan Senja beberapa saat yang lalu. Mereka meminta Shien untuk berganti pakaian terlebih dahulu untuk kemudian menyusul mereka ke ruang tengah setelah itu.

Sedikit mendengus. Ini bukan pertama kalinya dia tidur bersama Langit. Lalu kenapa sekarang harus dipermasalahkan sampai memanggil Om Wijaya dan Papanya ke sini?

"Shi. . . ." Panggil Langit seraya menyentuh bahu Shien hati-hati.

Shien menoleh dengan sorot mata galaknya hingga membuat Langit sedikit merinding. Laki-laki itu lantas nyengir kaku.

"Coba aja kamu nungguin aku dan bukan malah mabuk. Gak bakalan kayak gini kejadiannya, kan?" Dan ini adalah kesekian kalinya Shien mengatakan itu setelah Bunda dan Senja meninggalkan mereka di kamar.

"Ya maaf. Salah kamu juga yang gak hubungin aku. Coba aja sebelumnya kasih tahu aku kalau kamu udah pulang, ya aku pasti gak bakalan pergi ke klub malam, Shi." Langit balik menyalahkan. Memang ini bukan salahnya sendiri, kok.

"Ya aku, kan, mau kasih surprise." Shien tak mau kalah. Gadis itu berujar sengit dengan wajah judesnya.

"Iya, dengan cara sengaja lost contact selama hampir dua bulan, terus tiba-tiba kamu datang bilang surpriiiiiise, dan habis itu aku mati shock, gitu?" Cibir Langit bersungut-sungut seraya melemparkan delikan sebal pada Shien.

Sudah lama dia ingin protes hal ini pada Shien. Protes karena Shien benar-benar menghilang tanpa kabar selama hampir dua bulan.

"Apaan sih, gak jelas." Shien berkilah, tidak ingin disalahkan.

Lalu tanpa bicara lagi dia beringsut untuk beranjak turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Tapi baru saja dia menyibak selimut, Langit menahan lengannya.

"Shi. . . ."

Shien mendengus malas. "Apa lagi? Aku mau ganti baju."

"Beneran semalem kita gak ngelakuin apa-apa?" Tanya Langit, dia ingin memastikannya sekali lagi.

"Hmm." Jawab Shien singkat.

"Tapi aku tadi malam kayak mimpi gitu, Shi." Ujar Langit, membuat Shien mengernyitkan keningnya.

"Terus, apa hubungannya sama aku?" Tanya Shien dengan ekspresi tak berminat.

"Terus, setelah aku pikir-pikir kayaknnya itu bukan mimpi, deh." Ujar Langit sedikit ragu.

"Ya terus apa hubungannya sama aku?" Tanya Shien sekali lagi, dia gemas sendiri dengan ketidakjelasan Langit.

"Ya aku mimpi kalau semalam kita ngelakuin itu lho, Shi." Sahut Langit berucap malu-malu.

"Ngelakuin itu?" Shien semakin mengernyitkan keningnya dalam, gagal mencerna ucapan Langit.

"Ya itu. . . ., kita. . . ." Duhh, Langit bingung menjelaskannya. Laki-laki itu hanya menggaruk tengkuknya karena merasa kikuk.

"Itu apa?" Desak Shien. Tapi Langit tak menyahut.

Langit malah mengamati tubuh Shien lekat-lekat dan kehilangan fokus. Dia baru disadarkan akan hal ini.

Shien mengenakan kemeja miliknya tanpa bawahan, terlihat kebesaran tapi sangat seksi hingga mampu membuat Langit tak berkedip. Jangan lupakan kalau tubuh Shien sekarang tidak kurus lagi. Tubuhnya terlihat lebih proporsional, terlebih di bagian. . . . .

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang