52. Terlambat

496 32 3
                                    

EP. 52. Terlambat

********

"Shien. . . ."

Papa meyambut anak bungsunya dengan wajah berbinar, bahkan beliau sampai berpaling dari televisi yang sedang menayangkan film komedi lawas favoritnya, WARKOP DKI.

Biasanya Papa selalu memasang konsentrasi penuh dan tidak mau melewatkkan satu adegan pun. Tapi tidak lagi saat Shien datang, gadis bungsunya itu secara otomatis akan menjadi pusat perhatian nomor satunya.

"Sini, Shi." Papa mengulurkan tangan, memberi isyarat agar putrinya yang masih berdiri mematung di dekat sofa ruang keluarga itu segera duduk. Lantas dia menjangkau tangan Shien dan membimbing gadis itu untuk duduk di sofa kosong yang ada di sebelahnya.

"Kakak mana?" Tanya Shien dengan pandangan mengedar ke seluruh ruang keluarga yang cukup luas itu, mencari-cari sosok Shanna yang dia kira sudah tiba lebih dulu untuk memakan camilan malamnya.

Tapi nyatanya Shanna tidak ada di sana, bahkan potongan melon segar untuk camilan malam mereka juga belum siap.

"Kakak kamu tadi bilang mau keluar sama teman-temannya." Jawab Papa, mengingat beberapa saat yang lalu sebelum Shien datang, Shanna berpamitan padanya untuk keluar sebentar.

Shien hanya mengangguk-angguk, lalu pandangannya kembali mengedar mencari satu sosok lagi, seseorang yang paling istimewa di hati Shien di atas siapapun, Mama.

"Mama?" Tanya Shien lagi, menatap lekat-lekat Papa dengan matanya yang jernih layaknya mata seorang bayi.

"Lagi nyiapin buah di dapur." Jawab Papa sembari mencolek ujung hidung Shien gemas. Papa lantas mengulum senyumnya.

Papa sangat bahagia, hubungannya dengan Shien kian membaik setelah kepulangan mereka dari Bali. Gadis itu bahkan sudah bisa memanggil Papa dan Mama tanpa ragu seperti sebelumya.

Tidak hanya itu, Shien juga mulai banyak berbicara kepadanya. Namun meski begitu, rasa penyesalan Papa terhadap gadis itu tetap menghantui hatinya setiap hari.

"Ohh." Sahut Shien kembali mengangguk-anggukan kepala, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dengan pandangan lurus ke arah televisi yang menampilkan acting trio komedian legendaris Dono, Kasino, dan Indro, yang selalu sukses membuat siapa saja tergelak akan banyolannya yang memang sangat menghibur.

"Ohh, iya, Shi. Kata Tante Hilda, kamu lagi garap buku baru lagi?" Tanya Papa kembali membuka percakapan setelah beberapa saat terdiam.

"Hmm." Jawab Shien singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi, sesekali sudut bibirnya tersungging saat trio komedian itu mengeluarkan lawakan jenakanya.

"Udah selesai?" Tanya Papa lagi, dan kali ini berhasil membuat Shien menoleh ke arahnya dengan memasang raut wajah sedikit merengut.

"Lagi DI-GA-RAP, Pa." Shien berujar dengan penuh penekanan. Gadis itu lantas mendengus, mengira Papa kehabisan bahan pembicaraan hingga menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya.

Papa terkekeh, lalu mencubit hidung putrinya hingga membuat hidung mancung itu memerah. "Iya, tahu. Papa cuma iseng aja nanya kayak gitu."

Shien sedikit mengerucutkan bibirnya sambil mengusap hidungnya yang sakit, membuat Papa semakin gemas melihatnya.

"Terus, kenapa belum selesai?" Papa kembali bertanya.

"Eung . . ." Gadis itu menerawang seraya sedikit melipat bibirnya. "Ya belum selesai aja. Lagian, kan, kerjaan aku merangkap. Jadi agak lama buat ngerampungin buku barunya."

"Kerjaan merangkap atau karena pacaran terus, makanya jadi terbengkalai?" Sindir Papa, membuat kedua bola mata Shien terbelalak, lalu mengerjap.

Dari mana Papa tahu? Shien memang sibuk berpacaran akhir-akhir ini, sampai-sampai dia sedikit mengabaikan buku baru yang tengah digarapnya.

SO IN LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang