Episode 34

9 1 0
                                    

Setelah itu Anisa masih was-was karena jantungnya akan meledak jika harus ketemu lagi dengan pria yang akan membuat jantung berhenti berdetak, karena setiap tatapan itu tertujuh pada pria yang di kagumi Anisa jantung Anisa berdetak cepat.
"Nis kamu kenapa?" Tanya selly yang kebingungan melihat anisa melamun.
"Nggak apa-apa, hanya saja. Kita naik kendaraan lain saja yah sel, nggak usah ngerepotin orang buat antar kita." Ucap anisa dengan wajah paniknya.

"Lah emang kenapa ka anisa, kan lebih baik di anter sampai tujuankan dari pada harus nungguin yang belum jelas, mending yang udah jelas ada nih mobilku." Ucap aluna.
"Iya lun makasih atas kebaikkan kamu tapi nanti kamu dan kakak kamu bisa kemalam di jalan." Ucap Anisa yang waspada dan gelisa.
"Kami sudah biasa kemping malam hari ka, udah santuy saja." Ucap aluna.

Anisa gak bisa berlama-lama di tempat itu, karena jika tuh cowo dateng atmofir anisa akan berubah musim.
"Kita duluan ya luna." Ucap anisa sambil menarik selly.
"Eh ka, mau kemana..." Teriak aluna.
Tak lama baru beberapa langkah anisa terhenti langkahnya, itu membuat selly yang berjalan di belakangnya menabrak anisa yang mematung melihat pria itu berjalan dengan exsotis dan elegan angun, anisa tak bisa memalingkan pandangan lagi dari sosok pria yang berjalan di depannya itu.

"Aduh anisa~ kalo berhenti tuh bilang-bilang dong kan jadi nubruk badan kamu, kamu kenapa sih ngeremnya mendadak begitu." Ucap selly yang tidak di hiraukan anisa.
"Eh itu..." Selly juga melihat ke arah jarum jam dan melihat pria yang di lihat anisa.
"Kakak~" Teriakan aluna membuyarkan pikiran anisa.

"AstagfiruAllahalazhim, fokus anisa- fokus." Dumal anisa sambil menampar pipinya.
Sesaat anisa menyadarkan dirinya dari pesona sang pria, aluna membujuk kakaknya agar mau mengantar anisa dan selly, kakaknya hanya mengangukan kepala sebagai jawabannya.

"Ka nisa, ka selly yuk." Ucap aluna sambil menarik tangan anisa dan selly bersamaan.
"Kemana?" Tanya anisa.
"Di antar kakak aku." Jawab aluna riang gembira.
"Eh.~" Anisa belum sempat membuat keputusan malah sudah di tarik aluna masuk mobil.

Selly masuk duluan dan disusul anisa yang duduk di belakang jok aluna. "Di antar kemana?." Tanya aluna pada anisa dan selly.
"Ke Desa K, Jalan Primoto." Jawab selly.
"Oke! GPS, ke jalan primoto yah." Ucap aluna pada monitor di depannya.
"Wah canggihnya." Selly mengagumi mobil yang di lengkapi layar monitor penujuk jalan dan tv.
"Masih banyak lagi kehebatan mobil teknologi ini, kakak aku yang membuat dan merakitnya, kerankan." Ucap Aluna  yang membanggakan kakaknya didepan kedua gadis itu.

Itu menambahkan daftar kekaguman Anisa selain postur tubuh, Anisa tak bisa memalingkan matanya dari pria yang fokus ke jalanan, hari mulai gelap, terdengar sayup-sayup suara adzan Maghrib berkumandang, itu membuat Anisa tersadar. "Alhamdulillah." Ucap Anisa pelan.
"Wah udah magrib aja ya nis. Kita pasti di cariin ibu nih, bisa kena Omelan 7 jam." Ucap selly.
"Hehehe... Apa separah itu, emang ya ibu kak Anisa gak akan marah gitu." Tanya Aluna penasaran.

"Nggak akan marah, dan nggak akan ada yang marahi Anisa." Jawab Selly mewakili Anisa menjawab.
"Hah kok gitu, emang yah tak ada yang mencari kak Anisa gitu." Tanya Aluna lagi.
"Ada. Neneknya itu juga kalo neneknya sadar dari koma, kalo gak. Yah nggak ada yang nyariin." Jawab Selly lancar banget, itu membuat pria yang di depan yang tadi ya tidak mau ikut campur atau mendengarkan malah jadi merasa ada gemercik ingin mendengar lebih.

"Heh? Nenek ya kak Anisa sedang sakit." Tanya kaget Aluna spontan itu membuat Selly diam melirik Anisa.
"Iya." Jawab Anisa singkat.
"Lalu orang tua kak Anisa kemana?." Tanya Aluna lagi. Tapi Anisa malah diam karena tidak mau membahas soal kesedihan hatinya yang ditinggal orang tua saat ia masih membutuhkan keberadaan mereka di sisi Anisa.

"Anisa yatim piatu, orang tua ya sudah meninggal dua-duanya dia hanya tinggal sama nenek dan dirinya sendiri." Langsung di jawab cepat oleh Selly.
Seketika Anisa yang mendengar itu langsung menutup mulut Selly.
"Kamu apa-apa sih, kok main ngomong gitu aja. Maaf yah Luna, Selly suka bicara asal saja." Ucap Anisa yang gak mau di kasihani oleh orang.

Mendengar itu, Aluna mengerti dan tak mau bertanya lebih karena di pikiran Aluna itu tidak sopan karena baru kenal sudah menanyakan hal menyinggung perasaan orang lain, karena melihat raut wajah yang Anisa berubah menjadi merah mekar seperti akan marah. Cuman ditahan dan Aluna juga diam-diam memperhatikan kakaknya yang fokus nyetir tapi telinga selalu mendengarkan pembicaraan ketiga gadis belia itu, Aluna juga memperhatikan Anisa yang sesekali selalu mencuri pandang ke kakaknya.

("Cepet nyampe dong, aku udah gak tahan. Sebenar ada apa denganku kenapa aku jadi kaya gini sih, saat aku melihatnya. Apa yang terjadi padaku, padahal kaya Aluna diem saja dari tadi. Tak merespon tapi kenapa jantungku terus saja berdetak kencang kaya gini, seperti mau tahap terakhir dari lomba olimpiade ku.") Dumal Anisa dalam hatinya, yang tak bisa mengontrol diri sendiri.

"Nis, kamu kenapa. Maaf yah." Bisik Selly.
"Udahlah, lihat kejalan tuh pemandangan bagus." Ucap Anisa mengalihkan perhatian Selly terhadapnya, karena Anisa juga sedang menenangkan diri sulit sekali mengendalikan setaman itu.
Sesaat Anisa melihat kaca spion depan tak sengaja Reno juga melihat kaca di atasnya itu membuat mata mereka saling menatap, sukses buat gejolak hati Anisa semakin menjadi-jadi.

Setiap di perjalanan, Aluna yang mungkin sudah kelelahan karena permainan hari ini, itu membuat rasa canggung menjadi semakin panjang, Selly juga ikutan tidur tinggal Anisa dan si supir Reno yang masih membuka matanya, bingung mau ngapain Anisa hanya menunduk wajah dan sesekali melihat pemandangan jalanan malam yang indah yang di hiasi lampu-lampu dan sorak-sorakan dari pawai.
"Ada perayaan apa, ramai sekali." Dumalan Anisa pelan.

Itu terdengar oleh telinga Reno "Imlek." Jawab singkat Reno.
Itu membuat Anisa melihat ke sumber suara.
"Ouh, Imlek. Pantes ramai sekali, membuat lampion permohonan." Ucap Anisa tapi wajahnya langsung memalingkan ke arah jendela lagi.
"Kau percaya hal itu." Tanya Reno kembali.
"Heh, ah lampion. Itukan kepercayaan masing-masing, percaya tidak percaya itu semua tergantung individu sendiri, tapi menurutku semuayah hanya tradisi dari setiap daerah." Jawaban Anisa membuat Reno tersenyum tipis, tapi Anisa tak melihatnya.
Jalanan macet karena pawai obor dan lampion jadi mereka bisa menyaksikan malam hari yang penuh dengan kelap-kelip lampu lampion.

Bersambung...

Terimakasih atas kunjungan Anda ke cerita ini, jangan lupa untuk like share and masukan komentarnya.

Kamis 21 Januari 2021.

Melamarmu Dengan Bismillah (Review Dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang