Episode 107

16 1 0
                                    

Aryan menceritakan semua kronologi kejadian soal Anisa, Reno yang mendengar hal itu hanya merasa pilu dan rasanya ingin marah tapi ia menahannya, dengan tetep bersikap coolnya.
"Jadi begitu, lalu kenapa kamu nggak pernah bilang apapun." Ucap Reno yang kesal.

"Ku pikir Anisa selalu cerita semuanya sama kakak, kan dia adik kakak." Aryan yang tidak tahu.
"Walau dia adikku tapi dia..." Reno tidak melanjutkan ucapannya.
"Kenapa kak, Anisa kenapa?." Aryan penasaran dengan ucapan Reno yang berhenti setengah jalan itu, Aryan yang tidak tahu apapun soal asal-usul Anisa, yang Aryan tahu bahwa Anisa adiknya Reno.

"Sudahlah lupakan hal itu, jangan kau kau bahas lagi, Aryan bagaimana apakah kamu sudah telfon kakakmu." Tanya Reno.
"Udah kok kak, kata kakak sudah ada satu dokter khusus."
"Baiklah, kita harus cepat sampai di rumah sakit karena Anisa butuh pertolongan sekarang."
"Iya kak."

Reno tancap gas untuk segera sampai si lokasi dengan kecepatan tinggi karena jalanan saat ini sedang sepi, Reno melambat saat sudah hampair sampai. Sesampainya di rumah sakit, Reno langsung membawa anisa dengan bantuan perawat yang membawa ranjang darurat ke ruangan pemeriksaan.
"Ren, kamu sudah datang." Bimo yang melihat sekelibat Reno dan langsung mengikutinya.
"Iya." Jawab singkat.

"Eh ada apa yang terjadi pada adikmu, dia tadi pas ketemu di moll baik-baik aja. Apakah sakit Aluna yang dulu kumat lagi, seharusnya mah kamu harus sering ajak dia kontrolkan." Ucap Bimo.
"Kak bukan Aluna tapi Anisa."Saut Aryan membenarkan.
"Heh? Sejak kapan Reno punya adik namanya Anisa, setahuku Reno hanya punya 1 adik yang namanya aluna, tidak ada nama yang Anisa." Ucap Bimo sambil mikir keras.

"Kak, kak Reno kan punya dua adik perempuan." Aryan mengatakan yang membuat Bimo kaget, dia sahabat Reno tapi Aryan lebih tahu tentang pintu masuk Reno.
"Apakah benar ren, kamu punya adik lainnya. Sejak kapan kamu punya adik perempuan lainnya ren, apakah keluargamu sudah di temukan." Fikir Bimo.
"Anggap saja begitu, sudahlah jangan berisik aku gak bisa fokus sekarang ini." Ucap Reno matanya terus saja menatap ke pintu yang dingin itu.

"Setidaknya kau bisa bersabar Reno, dia pasti akan baik-baik saja, kamu tenanglah jangan khawatir. Cepat atau lambat dia akan keluar, makanya kamu bersabar lah." Ucap Bimo sambil menepuk pundak Andre.
"Dari pada kamu ngoceh nggak jelas di sini mendingan kau gunakan kemampuan doktermu untuk membatu pasien, dan cepat kasih tahu aku informasi dari dalam sana." Ujar Reno.

"Heh? Kamu seharusnya lebih sabar ren, kan dia lagi jalani pemeriksaan fisik dan dalam untuk mengatasi penyakit apa saja yang ada hingga penyakit gangguan mental." Ucap Bimo.
"Tapi kok lama yah." Ucap Reno yang semakin banyak pertanyaan.
"Kamu kok gak sabar gitu ya ren." Ucap Bimo yang jadi kesal kerena rengekan Reno.

"Aku hanya sangat mengkhawatirkannya Bim." Ucap Reno yang masih gelisah.
"Iya aku tahu, aku sudah melihat ekspresi mu yang aneh itu." Ujar Bimo yang meledek raut wajah Reno yang penuh dengan kekhawatiran.
"Sudahlah aku tidak lagi dalam posisi ingin meladeni mu." Ucap Reno yang mulai berwajah serius seperti biasa.

Bersambung...

Terimakasih atas kunjungan Anda kecerita saya jangan lupa untuk share, like, dan masukkan saran komentar.

Sabtu 01 Mei 2021.

Melamarmu Dengan Bismillah (Review Dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang