Sampailah di sebuah toko kelontong, dan melihat pemiliknya sudah kakek-kakek usia lanjut, dengan di temenin cucu perempuan yang masih gadis.
"Permisi, maaf menggangu pak." Tanya Reno sambil mendudukkan tubuh Anisa di kursi.
"Iya ada yang bisa saya bantu, mau beli apa?."Ucap kakek.
"Ada obat merah atau obat steril untuk luka." Ucap Reno yang bicara.
"Ouh? Iya sebentar yah saya panggil cucu saya dulu, saya kurang pendengaran." Ujarnya sambil jalan masuk ke dalam ruangan.Kakek-kakek itu pergi memanggil cucunya yang ada di dalam, tak lama seorang wanita keluar dari balik ruang.
"Ouh ada pelanggan, silakan mau beli apa?." Ujar ya dengan ceria
"Begini, apakah ada obat merah dan plester, adik saya terluka." Sambil menujuk pada Anisa yang duduk dengan manis disana.
"Walah kok bisa, jatuh dimana emang, harus hati-hati mas." Ujarnya hebo.
"Iya kami yang tidak hati-hati, kami habis kena rampok." Ujar Reno menjelaskan.Wanita itu sempat kaget, ternyata perampokan terjadi lagi itulah menyebab jalan ini sepi. "Eh-- dimana?." Ucapanya sempat bengong sekilas.
"Sekitar sini." Ujar Reno.
"Emang disini rawan sekali sih mungkin karena jarang ada orang lewat, Ouh kalau gitu saya ambilkan dulu yah." Ujar wanita itu. Lalu ia pergi mengambil yang di butuhkan Reno untuk Anisa yang terluka.Wanita itu datang lagi membawa yang di minta, dengan kapas. "Ini mas, kalian hanya berdua. Pasti datang dari jauh yah." Tanya wanita itu.
"Makasih. Iya saya mau arah pulang tapi malah kena sial, emang sering yah mba kejadian kaya gini." Tanya Reno sambil membuka obat merah.
"Hemm dulu mah gak kaya gini, semenjak paceklik. Jadi perampok meraja rela, dulu disini ramai bayak warung dan toko-toko warungku ada sejak saat itu tapi sekarang udah mulai ikutan sepi gara-gara jalannya suka ada rampok. Eh maaf ya mas jadi saya curhat nih." Ucap wanita pemilik warung.
"Ouh jadi gitu ceritanya yah, iya nggak apa-apa mba, say jadi tahu penyebabnya." Ujar Reno.Wanita itu terus memperhatikan penampilan dan wajah Reno yang familiar tersebut. "Kok kayaknya muka mas gak asing yah, apa pernah ketemu sebelumnya." Ujar mikir keras.
"Mungkin muka saya pasaran kali mba." Asal ceplos Reno, Anisa hanya diam. Reno mulai berjungkuk di hadapan Anisa untuk memoles obat merah pada Anisa.
"Nggak deh kaya aku pernah lihat dimana yah." Sambil mikir-mikir.Selagi wanita itu mikirin hal kapan ia bertemu, Reno malah mulai meneteskan obat merahnya ke luka Anisa. "Aduh sakit kak." Ujar Anisa meringis.
"Tahan yah, kakak pelan-pelan kok, udah jangan gerak-gerak dulu."
"Iya kak maaf, karena itu perih."
"Di tahan sebentar nis."
"Aduh... Kak Reno sakit, perih tahu kak."
"Iya sabar nih sebentar lagi selesai tinggal di kasih plester saja nih." Ucap Reno.Terdengar panggilan nama yang membuat si wanita ingat, bahwa Reno adalah temen satu sekolah dulu saat di SMA sebelumnya saat Reno belum di pindahkan ke sekolah elit, karena anak yang berprestasi, pangeran sekolah yang selalu di banggakan.
"Tunggu, tadi adik kamu panggil siapa? Reno benarkah?." Tanya pengucapan ulang.
"Iya, apakah ada masalah mba." Ujar reno membenarkan bahwa Anisa memanggil namanya.
"Reno Ivander, bener gak." Tebak wanita.
"Iya itu namaku, anda kenal denganku." Ujar Reno sedikit bingung dan heran."Ya Allah, akhirnya ketemu lagi yah, udah lama gak ketemu kamu pangeran sekolah." Dengan semangat memukul pungung Reno dengan gembira.
"Heh? Maksudnya." Reno kebingungan, Anisa hanya diam melihat tingkah laku mereka.
"Ini Cici temen waktu SMA, kita pernah sekelas waktu kelas 2 SMA, aku yang numpahin air es ke tas kamu hingga buku-buku kamu basah terus aku keringkan pake herdayer milik mika ingat aku." Penjelasan Cici agar Reno mengingat masa lalu."Aduh maaf yah Heheh... Maaf aku gak inget, itu udah lama sekali." Ujar Reno menang tidak mengingat soal kejadian itu.
"Kamu Reno Ivander SMA Cempaka putih terus pindah ke SMA elit itukan, bener gak sih jangan-jangan aku salah orang lagi. Tapi nama yang unik cuman punya kamu doang, mukamu gak berubah banyak juga sih." Ujar Cici menatap Reno dari ujung ke ujung.
"Iya, saya memang pernah sekolah di sana lalu pindah, maaf yah aku nggak inget soal kamu." Ujar Reno berkata jujur.
"Iya gak apa-apa, lagian dulu kamukan si kutup buku mana ngeh mengenali wajah orang-orang di sekitar, Yoh kamu temennya sama buku-buku di perpus, wah-wah kalo gak ada kejadian ini mungkin kita gak ketemu yah." Ujar Cici dengan gembiranya.
"Iya, ada baiknya jugasih."Bersambung....
Terimakasih atas kunjungan Anda kecerita saya jangan lupa untuk like, share dan masukan komentarnya...
Jangan lupa follow pertemanan dengan athour, mampir lagi kelanjutannya saya tunggu kedatangannya...
Senin 7 Juni 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melamarmu Dengan Bismillah (Review Dulu)
RomanceKisah seorang gadis bernama Annisa yang sedang mencari-cari arti sebuah kehidupan dan sebuah keluarga, hingga nasib dan takdir yang di tulis oleh sang pencipta alam semesta ini, iya juga harus berjuang untuk hidup di dunia yang begitu keras, menguru...