Episode 4

26 4 0
                                    

Anisa dan ayu berdiri di pojokan, hingga bayu baru bisa dengan jelas melihat wajah anisa. ("Cewe itu~") teringat dengan gadis yang ia temui di gang simpangan kemarin.
"Siapa yang bisa menyelesaikan soal no 1." Tanya bu rizka pada semuanya.
"Saya bu." Ujar rafa sambil mengakat tangannya.
"Ouh bagus KM cepat selesaikan no 1." Ujar bu riska, rafa berjalan menujuh meja depan untuk mengambil spidolnya.

Bayu melihat anisa yang wajahnya sangat pucat, bayu takut jika dia akan jatuh pingsan jika berlama-lama berdiri disana. "Anjas, hei." Seraya mencolek anjas dengan bolpennya.
"Ada apa." Ujar anjas hanya menoleh sidikit karena takut bu riska akan menuyuruhnya maju kedepan seperti ayu dan anisa.

"Pelajaran bu riska selesai sampai jam berapa?." Tanya bayu, bersuara pelan.
"Jam 12 siang eh mungkin akan lebih lama kalo tidak ada satupun anak yang mau menyelesaikan soal di papan tulis itu, mungkin bisa jadi sampai jam setengah 1 siang baru selesai." Ujar anjas.
"Ouh."
("3 jam apakah dia mampuh berdiri selama itu, aku harus melakukan sesuatu.") Ujar dalam benak bayu.

Membuka buku catatannya lalu dengan cepat bayu mencatat soal dan jawaban, mencorat-coret bukunya dengan cepat saat rafa sedang ada di depan mengisi soal itu, setelah rafa selesai dan duduk kembali barulah bayu menyugukan dirinya.
"Siapa lagi yang bisa menyelesaikan soal no 2." Tanya kembali bu riska, pada anak-anak yang hadir, tapi semua hanya diam. Ada yang pura-pura tidak dengar, sok alim dan lain sebagainya ada pula yang mencoba mengerjakan di buku milik mereka masing-masing.

Bayu menatap sekeliling teman-temen kelasnya tapi semua seakan ketakutan dengan guru pengajar ini, apa lagi mata pelajaranya. "Saya." Seraya mengakat tangannya keatas sangat tinggi.
"Wah~ tidak ku sangka ternyata anak baru rupanya, contoh nih buat kalian walau baru masuk hari ini dia berani untuk maju menyelesaikan soal." Puji bu riska pada bayu.

Bayu berdiri. "Bu mohon maaf jika saya lancang sama ibu dan tidak sopan menurut ibu, saya punya permintaan sebelum saya maju dan menyelesaikannya." Ujar bayu dengan tatapan ke pada bu riska.
"Baiklah apa itu." Ujar bu riska ingin mendengarnya.

"Saya akan jawab semua soal-soal di papan itu asalkan ibu mau menerima permintaan saya, jika jawaban saya semua benar bolehkah mereka duduk, gimana mereka mau faham dan mengerti sama pelajaran ibu kalo harus berdiri membelakangi papan tulis begitu." Ujar bayu membela anisa dan ayu. Semua yang hadir semakin terkesima sama ucapan bayu yang bagaikan penyelamat itu.

"Baiklah. Silakan maju, jadi kau ingin jadi kesatria baja hitam yang kesiangan." Sesaat bayu ingin menulis di papan tulis.
Tanpa melirik pada bu riska fokus pada soal. "Tidak, tapi ibu mengajar seakan ini tempat rumah horor, bagaimana pelajaran ini akan disukai jika pengajarnya seperti ini, langsung memberikan soal tanpa contoh penyelesainya dulu." Ujar bayu sambil mengerjakan soal di papan tulis.

"Banyak bicara selesaikan saja dulu soalnya."
"Baiklah." Ujar bayu fokus pada papan tulis dan mulai mengisi jawabannya saja, karena cara penyelesaian soal ada di buku catatannya.
"Sudah selesai." Tanya bu riska karena melihat bayu sudah menutup spidolnya
"Sudah." Jawab singjat.
"Apa ini.?" Kaget karena tidak ada penyelesaiannya langsung jawaban yang terlihat.

"Ibu tidak mengerti, anda bilang seorang pengajar yang tidak usah di perjelaskan, setidaknya anda mengerti apa yang ku tulis disini. Ini jawaban dari soal anda, coba anda cek sendiri jawabannya dengan cara anda sendiri, jika menurut anda saya salah. Silakan di koreksi ibu RIZKA." Ujar bayu seakan menantang, karena terlajur kesal dengan sikap bu riska yang selalu semenah-menah pada anak didiknya di luar jam sekolah, waktu kemarin sebelum ketemu anisa. Bayu sempet bertemu malik di jalan sedang di hina karena orang tua malik seorang penghulung, dan waktu itu malik tak sengaja menyapa guru ya itu tapi langsung di hina.

"Namaku riska bukan rizka. Pake huruf S bukan Z"
"Aku tahu, tapi anda sudah semarah ini padahal aku baru sekali menyebutkan nama anda salah, lalu bagaimana dengan anak yang anda di pojok sana yang selalu anda panggil bukan namanya, selama 2 tahun ini." Ujar bayu yang menujuk pada Malik. Tapi selalu dipanggil dengan buluk oleh bu rizka.

"Apakah itu namanya seorang berpendidik, apakah benar anda seorang pengajar yang baik, menyebut seorang murid dengan sebutan itu, dia juga seorang pelajar, jangan pernah menghina seseorang karena penampilannya, itu salah satu yang saya tidak suka dengan sikap pengajar yang selalu merendahkan orang lain seperti anda bu rizka. Aku tidak tahu sekolah macam apa ini, banyak pengajar yang tidak profesialonal dan terdidik dengan baik sopan santunnya, sepertinya aku harus melaporkannya pada kepsek dengan sikap ini, ah satu lagi, soal dan jawaban sudah ada di catatanku ini, jika anda tidak tahu cara menyelesaikannya. Terimakasih." Ujar bayu memperlihatkan catatan penyelesaian di buku catatannya.

Saking kesalnya bu riska langsung keluar dari ruangan, dan menyuruh KM
Mengerjakan hal 47 soal semua disana.
("Cih, saking kesalnya dia langsung memberikan soal. Dia benaran lulus perguruan tinggi tidak si.") Ujar anisa yang kesal.

Jam bel pulang semua anak-anak membrudal dari pintu-pintu ruang kelas mereka masing-masing, besok jadwal piketnya anisa karena takut besok telat masuk jadi ia selalu piket sepulang sekolah.
"Anisa." Panggil selly.
"Tunggu ya."
"Oke."
Bayu yang melihat anisa sibuk merapikan kursi-kursi dan menyapu hanya berdua saja dengan lely teman piketnya, karena semua anak cowo janjian untuk futsal makanya tak ada anak cowo yang ada dikelas selain bayu, karena itu bayu membantu anisa dan lely untuk mengakati kursi agar mereka lebih mudah menyapu membersikan bawa meja dan kursi.

"Makasih bayu, atas bantuannya seharian ini. Kamu nggak pulang?" Ucapan anisa bergantian dengan pertanyaan dari anisa.
"Belum di jemput." Jawab bayu sambil tangannya sibuk mengakat kursi ke atas meja.
"Ouh, jadi sambil nunggu jemputan kamu ngankutin kursi, bantuin kita gitu." Sambung lely yang ingin ngobrol dengan bayu juga.
"Kenapa emang nggak boleh." Jawab bayu sambil menatap lely, dan langsung gelagapan karena tatapan heroik bayu yang memancarkan aurah seperti musim semi bagi lely.
"Ya boleh aja." Sambil tersipu malu.

Anisa melihat lely juga sepertinya menyukai bayu yang saat ini sibuk mengkuti kursi itu, setelah selesai anisa ingin membuang sampah, karena lely selesai menyapu langsung pulang, kedatangan Malik yang melihat bayu sibuk merapikan sampah-sampah yang jatuh dari tongnya.

"Anisa, biar saya saja yang ngakut ini berat." Ujar bayu.
"Tapi hari ini, hari piketku."
"Nggak apa-apa sekalian kotornya, sini minjem sapu lidinya." Ujar bayu.
"Ouh yaudah makasih."
"Mendingan kamu segera pulang, biar ini aku yang beresin."
"Anisa maaf ya, tadi aku di panggil di ruang BK jadi ngga bantuin kamu piket, bayu ini tugas saya." Ujar malik yang baru datang.
"Ngga apa-apa ayo kita angakat sama-sama, kalo dikerjakan bersama akan lebih ringan." Ujar bayu.

Bersambung...

Kamis 17 Desember 2020

Melamarmu Dengan Bismillah (Review Dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang