Episode 35 🎶

8 1 0
                                    

Setelah sampai di tujuan, Anisa membangunkan Selly yang sangat terlelap dalam tidurnya di mobil mewah yang nyaman, sedangkan Anisa tak enak dengan Reno yang sudah mengantarkan mereka, terlihat dari kaca depan spion, dengan lirikan tajam.
"Selly, Selly ayo bangun. Kita sudah sampai nih, Selly." Seraya memegangi punggung Selly dan menepuk pelan punggung temannya.
Setengah sadar Selly bangun, matanya masih sayup-sayup.
"Ada apa nis." Matanya masih menutup rapat.

"Ayo bangun kita sudah sampai di rumahmu nih, eh belum sih baru nyampe gang ya doang si, ayo bangun karena kami harus jalan agar bisa nyampe depan pintu rumahmu." Ucap Anisa.
"5 menit lagi ya." Seraya mengubah posisi tidurnya, melihat sahabatnya malah Menganti posisi saja itu membuat Anisa geram, melihat lagi kaca spionnya di depan Reno pura-pura tak menghiraukan.

"5 menit lagi, kamu sadar nggak sih kamu tidur di mobil ya orang, Aluna dan kakak mungkin mau pulang sekarang, cepat bangun." Ucap Anisa yang sudah geram dan sedikit kesal.
"Iya-iya, bawel kamu ini nis." Sambil keluar dan berjalan sempoyongan, Anisa Langsung memegangi tangan Selly agar tidak terjuh.

"Makasih ya kak sudah repot-repot untuk mengantar kami pulang, Ouh Aluna sudah tidur. Ya sudah hati-hati kak." Anisa mengucapkan banyak terimakasih karena sudah repot-repot untuk mengantar mereka pulang, walau baru kenal.
"Iya. Sama-sama." Jawab singkat Reno, dan setelah Anisa dan Selly berjalan menuju gang rumah Selly, perasaan Reno ada yang mengganjal jadi ia turun dari mobilnya, dan mengikuti Anisa dan selly.

Sesampainya di rumah Selly menompang tubuh Selly yang masih mengantuk, Langsung disambut oleh ibunya Selly.
"Kalian baru pulang bagus yah, pulang larut." Amarah ibu ofifa, tapi Anisa langsung mencari alesan yang efektif untuk merendahkan emosi ibu Selly.
"Maaf Bu ofifa kami tidak dapat angkutan umum karena ada pawai obor dan pesta gitu di jalan jadi macet." Ngeles Anisa tapi itu emang faktanya, ibunya Selly membawa Selly masuk.

"Begitukah, seharusnya kalian terlfon aku." Ucap Bu ofifa.
"Iya maaf Bu, kami nggak mau membuat ibu khawatir, yasudah saya permisi bu." Ucap Anisa seraya berbalik badan.
"Eh Anisa tunggu sebentar, jangan pergi dulu, ada sesuatu buat kamu." Ucap ibu ofifa.
"Ada apa Bu" ucap Anisa bingung.

Setelah membawa anaknya ke kamar, ofifa mengambil amplop putih yang berisi kertas. "Ini, aku gak tahu kenapa malah nyasar ke sini. Tapi itu dari rumah sakit saya nggak berani membukanya jadi masih tersegel tuh, kamu gak mau nginep dulu disini." Seraya memberikan.
"Ini, Ouh makasih Bu. Saya permisi, lain kali saja saya menginapnya. Harus kerumah sakit jengnguk nenek." Ucap Anisa yang nggak mau
"Ya sudah kamu hati-hati yah, ada ongkosnya." Tanya Bu ofifa.
"Ada Bu." Jawab Anisa.
"Ya sudah, kamu hati-hati." Ucap Bu ofifa yang sangat khawatir dengan Anisa.

Menunggu di pinggir jalan sambil menatap kearah jalan, yang sepi membuat Anisa terdiam melihat sebuah bangku atau kursi panjang di jalan itu. Anisa duduk disana, sambil membuka amplop yang di berikan ibu Selly tadi, karena pencahayaan yang minim membuat Anisa harus mencari penerangan, terlihat lampu jalanan juga terang, Anisa langsung berdiri disana sambil membuka lipatan kertasnya, dan saat membaca ternyata itu adalah surat penagihan pembayaran rumah sakit yang harus Anisa segara bayar.

Anisa hanya bisa menghela nafas panjangnya dan kembali duduk di kursi sebelumnya. Menatap langit yang bertabur bintang dengan sedikit awan-awan yang bergerak, entah ia dapat uang itu dari mana lagi, sedang tabungan pendidikan yah sudah habis bahkan Anisa terancam tak melanjutkan pendidikan yah. Malam yang membuat Anisa tak bisa bernafas lega, karena terlalu memendam perasaannya Anisa pun mulai terbawa emosi dan dia meneteskan air matanya dalam lamunan.

Dari jauh terlihat mobil yang tak asing dan ternyata itu adalah mobil yang di kendarai Reno, mereka belum pulang tapi Aluna sudah tertidur pulas, sedangkan Reno hanya memperhatikan dari jarak jauh.
"Ibu, bapak Anisa harus gimana? Bantu Anisa buat nolongin nenek, Anisa harus gimana lagi ya Allah, hamba tak tahu harus berbuat apa lagi, semua cara sudah hamba lakukan tapi... Mohon berikan kesembuhan bagi nenek hambah yaAllah. Engkau sudah mengambil ibu dan bapak hamba, masa engkau juga akan mengambil nenek, kalo semua ya engkau ambil lalu saya akan dengan siapa di dunia ini." Ucap Anisa memohon sambil menangis dan menatap ke langit.

Reno yang masih terdiam sambil melihat kearah Anisa itu menunggu Anisa redah dan menyelesaikan tangisan yah dulu, setalah 15 Menit Reno baru keluar karena ada sekelompok orang yang sepertinya akan berbuat jahat pada Anisa.
Melihat hal itu mereka tidak jadi menghampiri Anisa karena Reno telah mengusir mereka, walau dengan tindakan kekerasan tanpa sepengetahuan Anisa.

Kaget karena melihat sepasang sepatu yang menghadap kepadanya, membuat Anisa melihat sampai ujungnya, bukan main Anisa langsung menajamkan matanya siapa yang ia lihat yaitu Reno yang berdiri.
"Heh? Kak yah Aluna, kok bisa ada di sini?. Kakak belum pulang?." Ucap Anisa bingung.
Tak pikir panjang Reno malah duduk di samping Anisa.

"Anggap kamu tak melihat ku disini, kamu bisa menangis sekeras mungkin, atau kamu bisa teriak sekecang apapun." Ucap konyol dengan muka tembok yang dingin khasnya.
"Kalo aku teriak nantinya kakak yang kena sasaran warga." Ucap Anisa menjawab ucapan konyol Reno, sambil tersenyum geli.
"Ah. Benar juga, yasudah jangan teriak, menangis saja." Ucap Reno sambil memikirkan ucapan Anisa.

Anisa hanya mampuh tersipu malu dan senyum-senyum sendiri.
"Kenapa kakak masih disini kupikir kakak sudah pulang." Ucap Anisa, yang kebingungan.
"Kamu mau kemana?." Tanya balik Reno, pertanyaan Anisa tadi tak di kubris oleh Reno malah melontar pertanyaan Kembali.
"Kok nggak nyambung sih aku tanya, kenapa kakak belum pulang? Tapi malah aku dapat pertanyaan lagi." Ucap Anisa.

"Aku akan pulang jika tujuan ku sudah terlaksana."
"Tujuan? Kakak punya tujuan, tapi kakak kan sudah melakukannya."
"Mau ku antar kerumah sakit?."
"Tidak perlu itu akan merepotkan mu, lagi pula aku bisa datang besok."
"Bohong, aku tidak suka orang yang membohongi ucapannya sendiri, kau bicara dengan wanita itu kau akan kerumah sakit tapi malah berbeda ucapan saat kau bicara dengan ku."
"Ah- kakak mendengar semuanya."
"Tidak sepenuh yah kudengar, tapi hanya menebaknya saja."

Bersambung...

Terimakasih atas kunjungan Anda ke cerita ini. Jangan lupa klik like share and masukan komentarnya.

Jumat 22 Januari 2021.

Melamarmu Dengan Bismillah (Review Dulu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang