👀 Invisible [30]

9K 1.1K 125
                                    

.
.
.

Irene duduk dihadapan Sonya yang juga duduk terdiam sambil menekuk kaki diatas kasur lipatnya.

Sonya hanya diam dan menatap lurus pada lantai. Tatapannya terlihat kosong, wajahnya pun tak berseri, selalu datar seperti biasa.

Niat hati ingin mengetahui aktivitas gadis muda ini, tapi justru hanya keheningan ini yang Irene dapatkan.

Irene mendengus pelan. Menatap sekeliling ruangan yang sedikit gelap, dan kembali menatap Sonya.

"Apa kau hanya akan berdiam diri saja seperti ini?" Irene mendengus remeh. "Tentu saja dia tidak akan mendengarku."

"Bagaimana mungkin anakku menyukai gadis sepertinya?"

"Hei, anak muda. Tidakkah dirimu berjalan-jalan diluar, membeli makanan ringan? Atau paling tidak menonton serial drama? Seperti tidak ada kehidupan didalam dirimu sekarang. Aku jadi kasihan."

Sonya tampak meneteskan airmatanya. Walau tanpa isakan, airmatanya mengalir dengan deras.

"Omo, omo? Kau menangis? Habis putus cinta, eh?"

Irene sedikit menurunkan pandangan untuk menatap wajah gadis itu. "Hei, kau baik-baik saja?"

Bola mata Sonya bergerak perlahan dan mengunci pandangan tepat di mata Irene.

Selama tiga detik keduanya terdiam saling memandang, sampai pada akhirnya Irene mengeluarkan pekikan karena terkejut. "Omo, omo! Kau bisa melihatku?!"

Irene tidak mengira jika gadis ini ternyata bisa melihat keberadaannya.

Sonya juga tampak terkejut walau tak terlalu kentara. Tiba-tiba saja ia melihat ada wanita dihadapannya.

Irene mengibaskan tangannya dihadapan wajah Sonya. "Kau bisa melihatku, kan?"

Sonya mengerjap pelan dengan tatapan sendu. "Siapa?"

Irene bertepuk tangan satu kali. "Benar! Kau bisa melihatku."

Sonya tampak tak peduli. Gadis itu kembali murung dan melamun. Mengabaikan kehadiran Irene disana.

"Kau ada masalah? Siapa tahu aku bisa berbuat sesuatu? ... mungkin."

Sonya hanya diam. Tangisan tanpa suara masih ia lakukan. Seolah mata itu hanya memancarkan keputusasaan.

Irene bisa melihat kekosongan dalam diri gadis itu. Entah ia pun tak mengerti, sekiranya apa yang membuat gadis ini menangis.

Irene mencoba menyentuh pundak Sonya, walau tidak bisa benar-benar menyentuhnya. Ketika tangannya menembus sedikit raga Sonya, tiba-tiba saja ide gila melintas dipikirannya.

"Kau terlihat tak memiliki gairah hidup. Apa memang begitu?"

Sonya menatap mata Irene. Tak menjawab apa-apa. Tapi dari pancaran matanya saja sudah terlihat jelas bahwa ia terlalu pasrah dengan semuanya.

"Kau pasti sangat lelah, eum? Jiwamu lelah, batin dan pikiranmu pun begitu. Kau punya masalah?"

Sonya kembali menunduk dan melamun. Seolah tak peduli jika dihadapannya ini hantu atau apapun itu.

IVL - (Invisible » In Vibes Love)「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang