.
.
.Para pegawai menatap heran sosok remaja yang kini berlari sambil terisak di area lobi.
Jungkook baru sampai di kantor Taehyung. Masih menangis dengan seragam sekolahnya yang kotor.
Jungkook bisa sampai disini dengan menaiki bus. Untungnya sang supir bus bersedia memberinya tumpangan, meskipun penumpang yang lain merasa risih karena kehadirannya. Jelas saja karena bau amis dari telur yang menguar dari tubuhnya begitu mengganggu.
"Eh? Jungkookie?" Seulgi bingung ketika mendapati anak bosnya itu berada disini dalam keadaan menangis.
Jungkook tidak menggubris, langsung saja ia pergi menuju ruangan Taehyung.
.
.
.
.
.Taehyung sedang berdiskusi dengan klien barunya. Diskusi mereka hampir selesai, kemudian selanjutnya pintu ruangan terbuka. Dan Taehyung memastikan lagi penglihatannya, dan ternyata benar ... itu adalah puteranya. Ini belum jam pulang sekolah, tapi kenapa puteranya ada disini?
"Daddy, hiks ..."
"Tuan Yoo, kita bisa membicarakan kerjasama kita lain kali." Secara tak langsung Taehyung mengkode kliennya itu untuk meninggalkan ruangan sekarang.
"Baiklah, Tuan Kim. Saya mengerti. Kalau begitu saya permisi."
"Ya, terimakasih Tuan Yoo."
Tuan Yoo sudah pergi dari ruangan. Jungkook berlari dan menghambur ke pelukan Taehyung. "Hiks, Daddy ..."
"Hei, kenapa?" Taehyung khawatir, ia baru menyadari kondisi puteranya yang terlihat memprihatinkan, apalagi sampai menangis seperti ini. "Katakan, ada apa? Tidak sekolah, hm? Kenapa kau kotor begini?" sejujurnya Taehyung merasa terganggu dengan bau tak sedap dari tubuh puteranya. Tapi Jungkook adalah anaknya, tidak mungkin ia menyuruhnya untuk menjauh dalam keadaan seperti ini. Yang Taehyung lakukan kini membawa sang putera kedalam pangkuan dan memeluknya untuk sekedar memberi ketenangan.
"Hiks, Daddy ... Naeun mempermalukanku didepan teman-teman. Dia bilang aku seperti sampah, hiks ... Tidak ada yang membelaku. Guru juga menyalahkanku, padahal bukan aku yang memulai keributan." Jungkook tidak ingin menutupi kejadian ini dari daddy-nya. Biasanya Bambam yang akan memberikan informasi pada Taehyung, tapi kali ini biarkan saja Jungkook mengadu, dirinya sudah terlanjur sakit hati atas perlakuan Naeun yang sudah mempermalukannya.
Taehyung marah sekali mendengarnya. Tapi disini ia masih bisa menstabilkan emosinya karena yang paling penting untuk saat ini adalah ketenangan Jungkook.
"Tenang, Sayang. Daddy janji akan mengurus hal ini. Jangan sedih."
Jungkook mengangguk, masih sesekali terisak. "Koo benci semuanya. Tidak ingin sekolah."
"Ingin pindah sekolah saja, hm? Jika Koo ingin nanti Daddy akan carikan sekolah yang baru untukmu. Sekolah yang jauh lebih bagus."
"Koo boleh pindah sekolah?" Jungkook bertanya dengan nada sumbang.
"Koo boleh meminta apapun. Daddy akan melakukan apapun untukmu. Sekarang ayo kita pulang dan bersihkan tubuhmu." Taehyung melampirkan jas kantornya pada pundak Jungkook untuk membalut tubuhnya, kemudian menggendong puteranya itu ala koala.
Jungkook masih merasa sedih, jadi ia menyembunyikan tangis dan wajahnya diceruk leher Taehyung, membiarkan sang Daddy menggendongnya.
•••
Sonya berdiri didepan gerbang sebuah rumah. Suasana masih terlihat sama dari yang terakhir kali ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVL - (Invisible » In Vibes Love)「✓」
Fanfiction➪ ᴛⲏᴇ ᴇⲛᴅ 'ˎ˗ Pairing: Taekook ; [ toptae x bottkook ] Summary: Ini kisah perjalanan hidup Taehyung dan permata hatinya. Berawal dari Taehyung yang menjadikan Jungkook sebagai anaknya; yang ternyata merupakan sosok istimewa. Hingga seiring berjalann...