👀 Invisible [4]

11.7K 1.3K 66
                                    

.
.
.

Taehyung segera datang ke mobil setelah ditelpon oleh supirnya.

"Irene? Kau kenapa?" tanya Taehyung ketika mendapati wajah Irene yang terlihat ketakutan.

Irene tidak menjawab, matanya berpendar gelisah sesekali melirik ke belakang mobil.

"Hei, ada apa?" Taehyung semakin bingung dengan gelagat Irene.

"Cepat jalankan mobilnya. Aku ingin pulang." pinta Irene.

Mobil pun melaju meninggalkan pasar malam.

Taehyung mengelus perut besar Irene dan menatap sahabatnya meminta penjelasan. "Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat panik dan ketakutan?"

"Tae, Bogum ...."

"Ada apa dengan dia? Apa kau bertemu dengan si brengsek itu? Dia mengganggumu?" tanya Taehyung dengan alis yang mengerut.

Irene menggeleng, dia tidak ingin menjawabnya. Semoga tadi itu hanya halusinasinya saja. Pria tadi pasti bukan Bogum.

"Tenangkan dirimu. Coba tarik napas yang dalam, lalu hembuskan." ucap Taehyung.

Irene mengikuti saran sahabatnya. Perasaannya sedikit merasa tenang sekarang.

"Jangan takut dan jangan panik, nanti Kookoo bisa merasakannya juga. Oke?"

Irene mengangguk, dia menyenderkan kepalanya pada pundak Taehyung sambil mengelus perutnya sendiri.

"Ini cumi bakar pesananmu," Taehyung menyodorkan bungkusan makanan itu pada Irene. "Ayo dimakan."

Irene menggeleng. "Tidak mau."

"Loh? Tadi kan kau yang pesan?"

"Aku sudah tidak berselera." Irene memejamkan matanya untuk tidur sejenak.

"Nanti di rumah kau harus makan, ya? Kau belum makan malam." ujar Taehyung, tapi tidak mendapat balasan apapun karena kini sahabatnya itu tengah tertidur.

•••

Irene menggeliat gelisah dalam tidurnya. Tubuhnya terasa dingin karena angin malam yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka.

Sosok lain tengah menatap Irene yang kini sedang tertidur. Dia menekan perut besar Irene, seolah memasukkan sesuatu ke dalamnya; jiwa suci incaran Azazel.

"Aku titip dia padamu." Setelahnya sosok itu pergi darisana.

Irene mengerutkan alisnya. Perutnya terasa keram.

"Eungh," Irene terbangun, saat menoleh ke samping dapat ia lihat jika jendela kamarnya terbuka lebar. Perasaan tadi jendela itu sudah tertutup rapat?

"Kookoo sayang ... tenang, hm? Jangan menendang terus, perut Mama sakit." Irene berbicara pada calon bayinya ketika dirasa didalam perutnya Kookoo tidak bisa diam.

Karena merasa dingin, Irene berinisiatif untuk menutup jendela itu. Dengan perlahan Irene bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju jendela.

Irene hendak menutup jendela kamarnya, tetapi ada sesuatu yang mengganjal dipenglihatannya; seperti ada sosok berjubah hitam yang sedang mengawasinya dari luar.

Irene bergidik, dia pasti salah lihat. Dengan cepat Irene menutup jendela kamarnya tetapi tidak bisa tertutup dengan rapat karena ada sebuah tangan pucat disertai kuku-kukunya yang panjang dan tajam menghalangi jendela itu hingga membuatnya terjepit.

IVL - (Invisible » In Vibes Love)「✓」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang