Ada kalanya Nara bosan kuliah—ah, mungkin sangat sering. Biasanya, Nara akan memberikan self reward supaya semangatnya naik walaupun hanya sedikit.
Self reward Nara tidak muluk-muluk kok, contohnya sekarang. Nara sedang menikmati mie iblis yang pedasnya bisa membuat mencret sepuluh kali. Nara itu pecinta pedas, dari kecil kalau tidak ada sambal ataupun terasa pedas pasti Nara tidak doyan.
Ya namanya manusia, sering menyesal di akhir sama seperti Nara yang sering menyesal kenapa membeli makanan yang sangat pedas sampai membuat perutnya sakit. Tetapi bukannya kapok, Nara malah sering melakukannya.
Nara pikir jika di kost dirinya akan sangat bebas, bebas memakan makanan pedas. Kalau di rumah, beuh pasti sudah dimarahi ibunya dan akan membuat kuping Nara panas mendengar ceramah sang ibu. Memang itu untuk kebaikan Nara, tapi Nara pada dasarnya bocah ndableg-kata mamanya- yang dilarang malah semakin tertantang.
"Pedes banget gila," Nara menjulur-julurkan lidahnya. Mulutnya sudah seperti badut sekarang, sekelilingnya berwarna merah dan agak tebal.
Nara mengambil susu dan menahannya di dalam mulut. Menurut yang Nara baca, susu mengandung casein (protein susu) yang bisa membantu menghilangkan rasa panas akibat pedas. Maka dari itu, daripada minum es teh Nara lebih memilih susu.
"Huah! Cabe murah ni kayaknya, biasanya juga gak sepedas ini," gumam Nara namun tangannya masih sibuk menggunakan sumpit.
Setelah menghabiskan seporsi mie iblis, Nara memakan kue yang tadi dibelinya. Biasanya Nara membeli kue ini seminggu sekali, ya karena Nara anak kost yang uang saja pas-pasan jadi berhemat itu perlu.
Nara mengambil handphonenya lalu beranjak keluar dari kamar. Walaupun sudah sore, suasana kost masih sangat sepi karena kebanyakan yang tinggal di kost tante sis ini anak kantoran.
Nara sekarang bingung, apa yang harus dilakukannya hari ini. Sebenarnya Nara ingin belanja bulanan namun mengingat Nara baru saja menghabiskan mie iblis pedas tentu Nara harus pikir-pikir dulu.
Sepertinya Nara akan-ah sial! Nara segera berlari ke toilet saat merasakan perutnya mulas parah, apalagi badannya terasa pegal-pegal. Ah, double sial sekali ya ampun!
Setelah menyelesaikan panggilannya, Nara mengecek pakaian dalamnya dan mendapati sedikit bercakan darah. Sudah Nara duga dan kini Nara menyesal. Sudah sakit menahan mens ditambah sakit perut karena mie, sungguh perpaduan yang sempurna. Dan lebih sempurna lagi karena Nara tidak memiliki stok pembalut.
"Kenapa hari ini gue sial banget sih?! Mana tuh harus ke supermarket lagi!" Nara menggerutu sebal. Nara mengambil dompet dan handphonenya namun handphonenya malah bergetar. Dengan sebal Nara mengangkatnya.
"Apa sih?!" Semprot Nara langsung.
"Nar,"
Nara waspada saat mendengar suara Diva yang serak dan terdengar sengau. "Kenapa lo?" Tanya Nara panik.
"Luna... Luna kecelakaan Nar," jawab Diva masih dengan isakannya.
Astagfirullah.
"Oke gue kesana. Ke rumah sakit mana?" Tanya Nara dengan suara yang ikut bergetar.
"Rumah Sakit Adam,"
***
Nara berlari terburu-buru di tengah hiruk pikuk rumah sakit. Tidak ada waktu untuk memindai keadaan rumah sakit seperti yang selalu Nara lakukan. Pikirannya hanya tertuju pada Luna. Nara menahan rasa sakit dan pegal di badannya.
Untung saja Nara sudah tahu dimana letak UGD sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Nara melihat Diva dan Aria yang duduk dengan kepala yang menunduk.
"Gimana? Gimana keadaan Luna?" Tanya Nara setelah berdiri tepat di hadapan Diva.
"Lagi ditangani dokter di dalam. Semoga aja gak papa," jawab Diva yang segera Nara angguki.
Nara menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali bertanya, "kok bisa kecelakaan? Emangnya dia ngapain?"
Aria beralih untuk menjelaskan kronologi kecelakaan yang menimpa Luna. Luna baru saja pulang kuliah karena mereka yang memang berbeda jurusan-sedang Nara sudah pulang sejak tadi- Luna yang mengendarai motornya ditabrak dari belakang oleh mobil. Mereka melihat jika pengemudi mobil itu mabuk.
"Sialan tuh orang, mana dia sekarang? Mau gue bejek-bejek. Sore-sore kok udah mabuk aja," Nara yang memang sedang datang bulan tentu sulit mengendalikan emosinya walaupun emosi, Nara meneteskan air matanya.
"Ehem,"
Nara, Aria dan Diva segera mengalihkan pandangannya kepada seorang dokter yang tadi berdehem. Nara beserta Diva dan Aria menatap dokter tersebut dengan cemas.
"Gimana keadaan teman saya Dok?" Tanya Diva.
Dokter dengan name tag Kevin itu tersenyum manis hingga membuat Nara dan Diva agak tercengang karena ketampanan Dokter Kevin sungguh tidak nyata. Sudah pernahkah Nara berkata jika ketampanan dokter di Rumah Sakit Adam ini tampan-tampan?
"Teman kalian baik-baik saja. Untung saja tidak ada luka dalam kecuali goresan-goresan yang butuh waktu cukup lama untuk menghilang. Pasien pingsan karena syok dan sebentar lagi pasti akan sadar," jelas Dokter Kevin yang tidak melunturkan senyumnya.
Setelah menjelaskan lebih lanjut, Dokter Kevin pamit dan saat melewati Nara, senyum Dokter Kevin semakin lebar, dia ingat Dokter Rajendra pernah membawa gadis ini ke rumah sakit dua kali. Nara mengangguk dan membalas senyuman manis sang dokter. Aria memilih untuk mengurus administrasi meninggalkan Nara dan Diva yang memandangi Nara curiga.
"Lo kenal sama dokter ganteng itu?" Tanya Diva langsung saat melihat interaksi yang sedikit berbeda antara Dokter Kevin dan Nara.
Nara berpikir, sebenarnya dirinya ini kenal atau tidak dengan Dokter Kevin? Nara memang tahu namanya, tetapi hanya sebatas itu. Bukannya itu artinya Nara tidak kenal? Daripada bingung, Nara lebih memilih menggelengkan kepalanya agar Diva tidak bertanya lebih lanjut.
Namun ini Diva! Yang paling waras di antara ketiganya, tentu Diva tidak percaya. "Yakin? Gue tahu kok kalian itu pasti kenal. Lagian gue juga gak mau rebut dia dari lo. Lo tau kan gue udah dijodohin sama Mas Ustadz?" Cerocos Diva.
Nara membelalakkan matanya. Dapat kesimpulan dari mana Diva mengatakan hal tersebut? Nara akan menjelaskan bahwa dirinya tidak ada hubungan apapun dengan Dokter Kevin namun perutnya berulah.
Nara segera berlari menuju toilet diluar dan segera mengeluarkan apapun itu yang membuat perutnya sakit. Bahkan Nara tidak menyadari ada seseorang yang menghentikan langkahnya saat melihat Nara berlari. Perut Nara sangat-sangat sakit hingga rasanya Nara ingin menangis, menangis dengan kencang.
"Sial kenapa sakit banget sih? Biasanya juga gak gini!" Gumam Nara masih dengan isakannya. Untung saja kamar mandi sepi jadi Nara tidak akan menahan malu.
"Astagfirullah sakit banget deh. Mana badan pegel lagi," Nara merintih merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Nara merasakan keringat dingin membasahi dahinya.
Setelah lebih dari sepuluh menit berperang dengan sakit perutnya. Nara berjalan keluar dari bilik. Nara memperhatikan wajahnya yang terlihat sangat pucat dengan bibir yang juga sama pucatnya. Matanya yang biasanya terbuka lebar kini tampak sayu.
"Gila! Ini sakit perut tersakit yang pernah gue rasain. Nyesel gue makan mie itu," gumam Nara sambil membasuh wajahnya.
Nara menghela nafasnya lalu berjalan keluar dari toilet. Namun saat baru saja menutup pintu toilet, kepala Nara berkunang-kunang dan tubuhnya tiba-tiba ambruk. Pandangannya semakin memburam, di saat buram itu, Nara bisa melihat siluet seseorang yang berlari ke arahnya dan menyerukan namanya panik. Seseorang itu....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...