11. Often

2.6K 157 2
                                    

Keheningan menyelimuti mobil Rajendra. Rajendra yang fokus menyetir sedangkan Nara yang enggan membuka pembicaraan. Sebenarnya Nara malas harus pergi bersama Rajendra bukan cuma karena mengganggu weekend nya tetapi juga mengingat sifat Rajendra yang menyebalkan membuatnya malas berurusan dengan cowok itu.

Tadi malam ia sudah memikirkan tentang rencana yang disusun agar pemikiran Rajendra tentang perempuan berubah, tetapi setelah dipikir lebih lanjut, buat apa juga ia mencampuri urusan Rajendra toh itu juga tidak menguntungkannya malah merugikannya karena harus terus bertemu Rajendra.

Mobil melaju dengan kecepatan standar, sebenarnya Nara tidak tahu kemana tujuan Rajendra membawanya lagipula ia juga tau bahwa Rajendra itu tipikal orang yang tidak suka dibantah, apa yang dia mau harus terkabulkan bagaimana caranya. Nara yang baru mengenalnya beberapa saja sudah langsung tau apalagi orang yang sudah lama dekat dan kenal dengan Rajendra. Pasti mereka dibuat pusing dengan sifat menyebalkan Rajendra.

Suara Rajendra yang memberitahukan bahwa mereka sudah sampai tujuan pun menyetak lamunan Nara. Nara melihat-lihat sekelilingnya dengan penasaran, pasalnya Rajendra mengajaknya ke rumah sakit tempat pertemuan keduanya dengan Rajendra.

"Ngapain ke rumah sakit?" Katanya pada Rajendra yang sedang memasukkan handphone ke dalam saku kemeja yang ia pakai

"Ngecek," jawab Rajendra singkat lalu turun dari mobil tanpa mempedulikan Nara. Nara yang melihatnya dibuat kesal dengan kelakuan Rajendra yang satu ini. Tapi tak urung ia tetap keluar mobil dan mengikuti langkah Rajendra yang lebar-lebar walaupun dengan bibir yang mengerucut.

"Pelan-pelan kenapa sih!" Runtuk Nara yang tidak bisa mengimbangi langkah lebar-lebar Rajendra. Rajendra yang mendengar runtukan Nara pun hanya cuek tapi ia tetap memelankan langkahnya karena ia sadar bahwa Nara memiliki tubuh yang kecil bahkan ia lebih cocok jadi anak SMP daripada seorang mahasiswi.

"Cebol," gumam Rajendra pelan agar Nara tidak mendengarnya, bukannya apa-apa ia hanya tak mau mendengar omelan Nara yang suaranya seperti tikus kejepit itu, rasanya kupingnya selalu panas jika mendengar omelan Nara.

Namun sayang seribu sayang, Nara yang memiliki pendengaran tajam seperti vampir itu malah mendengar gumamannya. Nara akan mengeluarkan jurus andalannya dan Rajendra harus siap kupingnya panas. Untung saja Vero selaku sahabat serta dokter kandungan itu memanggilnya sehingga ia tidak jadi mendengar omelan Nara. Dia tidak pernah merasa sesenang ini hanya karena Vero memanggilnya.

"Apa?" Tanya Rajendra singkat, Nara yang melihatnya pun mendengus dan menatap sebal kearah Ranendra. Sampai matanya tak sengaja melihat seorang lelaki tinggi nan tampan yang terlihat gagah dengan snelli yang terpasang di bahu kokohnya. Nara yang notabene seorang K-Popers pun langsung terpana melihat lelaki yang sedang berbicara dengan Rajendra itu.

Omaigat, mirip banget sama Song Joong Ki. Manis tapi ganteng. Batin Nara berseru senang dengan mata berbinar-binar menatap kepada Vero yang kini sedang menatapnya dengan mata sipit yang memukau itu.

"Siapa?" Tanya Vero kepada Rajendra, penasaran karena tidak biasanya Rajendra mengajak seseorang ke rumah sakit apalagi ini yang diajak perempuan membuat Vero yang memiliki kekepoan tingkat tinggi itu penasaran.

"Narastika Ayodya Putri. Umur 19 tahun. Oh ya, yang paling penting itu masih jomblo Kakak," bukan Rajendra yang membalasnya tetapi Nara yang sudah menjulurkan tangannya kepada Vero yang langsung disambut sang pemuda dengan senyum lebar memukaunya.

MAMA, Nara gak kuat menghadapi cobaan ini. Batin Nara menjerit-jerit senang merasakan tangan Vero yang agak kasar menyentuh tangannya itu. Nara rasanya enggan untuk melepaskan tangannya, Vero yang melihatnya pun hanya menggeleng gelengkan kepalanya saja.

"Ngapain?!" Sentak Rajendra agak kasar melepaskan jabatan tangan antara Vero dengan Nara yang membuat mereka berdua menatap dengan pandangan yang berbeda. Nara yang sedang melotot kepada Rajendra beda lagi dengan Vero yang memandang Rajendra dengan sorot mata penasaran.

"Ih kok om kasar banget sih?!" Geram Nara sambil memelototkan matanya pada Rajendra. Rajendra yang dipelototi Nara pun tak peduli malah ia sedang memandang Vero dengan tajam.

"Apa?" Tanya Vero santai tanpa takut padahal Rajendra tengah menatapnya dengan tajam. Rajendra hanya diam saja lalu mengalihkan pandangannya pada Nara yang masih memelototkan matanya.

"Kenalin, nama saya Vero Athalas. Bisa dipanggil Vero. Saya juga dokter sekaligus teman Adam disini," kata Vero lagi memperkenalkan diri yang langsung dihadiahi tatapan tajam Rajendra.

"Saya juga jomblo," tambah Vero lagi yang membuat Rajendra geram bahkan Rajendra tidak tau kenapa ia harus geram dengan ucapan Vero kepada Nara. Padahal itu hanya perkenalan biasa saja.

"Berarti kita jodoh dong. Boleh dipanggil sayang gak?" kata Nara memamerkan senyumnya. Ia berniat untuk tebar pesona pada Vero walaupun tidak jadi dengan Chandra tapi jika diganti dengan Vero juga tidak papa bahkan mungkin ia senang. Siapa tau ia cepat move on dan berakhir dengan Vero, itu harapannya.

"Dengan senang hati, " balas Vero sambil tertawa memperlihatkan lesung pipinya yang menawan. Awww.... Nara tambah melting.

"Ayo ke ruangan saya!" Ajak Rajendra yang seperti sebuah perintah itu tanpa mempedulikan Vero, ia langsung menyeret tangan Nara menuju ke ruangannya.

"Sampai jumpa Kak Vero," kata Nara melambaikan tangannya kepada Vero yang dibalas dengan senyuman.

"Jangan seret-seret dong om," kata Nara yang diseret-seret Rajendra bahkan ia sampai malu dilihat oleh banyak orang seperti ini. Kesannya ia adalah seorang pencuri yang sedang dihakimi karena terbukti salah makanya ia diseret-seret menuju ke penjara agar tidak kabur. Kadang memang seabsurd itu imajinasi Nara.

Rajendra berhenti di sebuah ruangan lalu ia melepaskan cekalan tangannya pada tangan Nara. Ia menyuruh Nara masuk dan ia akan mengecek kondisi pasiennya setelah menerima laporan dari perawat melalui WhatsApp. "Masuk!" Perintahnya pada Nara yang masih memperhatikan sekitar.

"Ngapain?" Tanya Nara.

"Kamu tunggu disini, saya mau visit pasien sebentar," balas Rajendra lalu ia masuk mengambil snelli yang ia simpan di lemari. Nara masuk dan memperhatikan ruangan Rajendra ini. Tidak terlalu luas dengan dinding bercat putih khas rumah sakit juga ada meja kerja serta lemari di sudut ruangan tak lupa kasur kecil, mungkin tempat tidur Rajendra saat di ruangan ini.

"Kenapa harus tunggu disini? Aku lapar," kata Nara. Memang benar jika ia lapar karena tadi ia tak sempat untuk sarapan. Salahkan saja Rajendra yang tidak memberinya waktu sarapan.

"Nanti ada yang membawakan makanan dari kantin. Jangan keluar kemana-mana tetap di dalam saja," kata Rajendra seperti menasehati anak kecil atau memang Nara itu anak kecil ia tidak tau dan tidak mau tau juga tidak akan memikirkannya.

"Kalau aku bosen gimana om?" Tanya Nara karena ia itu cepat bosan jika hanya duduk-duduk tidak melakukan apapun apalagi harus menunggu Rajendra yang ia tau pasti bakal lama sekali.

"Nonton youtube, kuota saya sangat banyak," kata Rajendra sombong sambil menyodorkan handphonenya tanpa merasa curiga karena ia percaya pada Nara, bahkan pada adik dan ibunya saja ia tidak akan menyerahkan handphonenya karena menurutnya handphone itu privasi jadi tidak boleh dipinjamkan pada siapapun. Tapi ini Nara, gadis yang bahkan baru dikenalnya beberapa hari bahkan belum genap seminggu sudah membuatnya percaya. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya jika di dekat Nara, yang ia tahu hanya bahwa ia akan lebih ekspresif jika bersama Nara.

"Beneran nih?" Tanya Nara yang tidak yakin. Hellow! Orang kaku seperti Rajendra mana mau meminjamkan handphone yang merupakan privasi kepada orang lain.

"Hm, nanti kalau makanannya sudah datang langsung makan saja. Saya pergi," pamitnya cepat tanpa menunggu jawaban Nara.

"Aneh, dia bipolar ya? Kadang baik kadang jahat, pusing deh gue. Tapi kalau si om gini terus bagus deh," tanya Nara pada dirinya sendiri sambil memandang ponsel Rajendra yang kini berada ditangannya.

TBC

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang