69. Never Forget

1.3K 90 11
                                    

Nara keluar dari kamar tamu bersama Rajendra yang dengan setia menggenggam tangannya. Dilihatnya Ale dan Vero yang mengobrol dengan Tante Kirana sedangkan di sampingnya ada Chandra yang memakan jajanan pasar di kresek yang dibelinya untuk Nara.

Saat Nara dan Rajendra datang, Tante Kirana segera menyambut. "Sini makan," ajak Kirana menarik Nara untuk duduk di sebelahnya. Rajendra menahan Nara namun Nara memberikan kode jika tidak masalah sampai akhirnya Rajendra melepaskan genggamannya dengan tidak rela.

"Kamu juga makan Dam, belum makan dari malam kan?" Tanya Kirana lalu mengambilkan beberapa lauk dan nasi untuk Nara dan Rajendra.

"Hai!"

Nara menghembuskan nafasnya saat Chandra melambaikan tangannya. Kirana memelototkan matanya pada Chandra yang dibalas tawa oleh Chandra.

"Heh bocil, gue heran sama lo. Nakal bener jadi adik," kata Ale sambil mengambil kue soes.

"Nahiya, lo suka sama Nara?" Tanya Vero dengan frontal. Nara yang mendengarnya kontan meringis.

"Jelas, siapa yang gak suka sama Nara? Baik hati, tidak sombong, ramah, satu frekuensi, dan peduli ke sesama. Cantik jangan ditanya," kata Chandra dengan memandang Nara dengan lembut membuat Nara merinding.

"Kak Adam aja sampai suka sama Nara jadi gak perlu dipertanyakan, kan?" Katanya lagi, sekarang Chandra menatap Rajendra. Kirana melihat itu sambil menepuk dahinya, situasi ini mengingatkannya dengan masa muda.

"Lo diem deh," Nara menatap Chandra dengan tajam dan mata melotot sebal. Aduh, kenapa sekarang Chandra jadi terlihat sangat menyebalkan di matanya.

"Waw, ini nih Nara yang gue tau dan gue sukai. Galak," Chandra malah kembali menatap Nara dengan pandangan memuji.

"Ian, jangan lewati batas kamu." Rajendra berkata dengan dingin, tatapannya pun menatap Chandra dengan tajam menusuk.

"Waw, benar-benar mengesankan." Chandra bertepuk tangan seolah melihat keajaiban dunia di depan matanya.

"Ian kok gitu sih?" Kirana menegur Chandra dengan lembut, dia menepuk-nepuk kepala Chandra. Akhirnya Chandra diam tidak mengganggu lagi membuat Nara menghela nafas lega.

Nara mulai makan dengan lahap, dia lapar sekali karena terakhir makan adalah tadi dini hari sedangkan ini sudah siang. Nara juga sesekali mengalihkan pandangannya pada Rajendra yang juga selalu menatapnya setiap saat. Lalu pandangan Nara tidak sengaja bertemu dengan netra hitam Chandra yang juga menatapinya. Nara mendelik membuat Chandra tersenyum.

"Nara sudah keluar ya IP Semesternya?" Tanya Kirana memecah keheningan.

"Iya Tante, eum sekitar tiga hari yang lalu. Tinggal liburan deh," jawab Nara dengan tersenyum.

"Dilihat dari senyumnya, pasti bagus kan?" Kirana menggoda membuat Nara tersenyum malu dan mengangguk.

"Alhamdulillah." Jawab Nara. "Kalau Mas Rajen dulu gimana Tante?" Tanya Nara dengan penasaran, dia melirik Rajendra dan memberikan senyuman.

Kirana tersenyum, "Adam gak usah ditanya Nar, tante bingung otak dia terbuat dari apa. Pinternya kebangetan kalau masalah akademis," jawab Kirana lalu dia mengalihkan pandangannya pada Chandra, dia harus berusaha tidak terlihat pilih kasih. "Kalau Ian pasti tau kan?"

Nara mengangguk menjawab dengan normal selayaknya membahas teman, "Heum Chandra juga pinter tapi dia lebih ke non-akademik menurut Nara."

"Anak mama mah gak usah ditanyakan," Chandra menjawab dengan sombong. "Udah ganteng, pinter, ramah, humoris, dan kaya. Kurang apa lagi coba?" Chandra membusungkan dadanya lalu dia menatap Ale dengan mengejek. Ale dan Chandra sudah bagaikan musuh.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang