Nara menguap, dia tersenyum saat merasakan Rajendra yang masih memelukinya. Kebiasaan Rajendra yang tidur harus memeluk Nara membuat Nara bahagia tapi juga agak susah, dia sekarang kebelet buang air kecil tetapi Rajendra memeluknya bagai belut!
Dengan pelan, Nara mencoba melepaskan pelukan. Pelan dan perlahan saja, lagipula tubuh mereka yang sama-sama tanpa kain membuat Nara panas dingin. Nara ingat ini masih pagi dan saat sudah terlepas dari belitan Rajendra, dengan cepat Nara berlari untuk mandi. Sarapan harus sudah tersedia kalau tidak mana mau Rajendra makan jika bukan masakan Nara.
Setelah mandi dan masak, Nara duduk di samping Rajendra yang tertidur. Jika seperti ini, harus ada Nara di sebelah Rajendra saat Rajendra membuka matanya. Suaminya itu, sangat ketergantungan pada Nara.
"Bangun mas," Nara mengusap rambut Rajendra pelan. Memberikan kecupan di pelipis Rajendra, "udah pagi, mas mau telat apa?"
Rajendra melenguh, mengerjapkan matanya pelan-pelan dan perlahan senyumnya merekah. "Love, kenapa sudah cantik sekali pagi ini?" Duh, gombalnya Rajendra juga semakin menjadi membuat Nara blushing setiap saat adalah hobinya.
"Ih Mas Rajen bisa aja, sana mandi terus kita sarapan."
Begitulah kiranya pagi pengantin baru, Nara yang akan menyiapkan sarapan untuk Rajendra serta Rajendra yang memakan sarapan buatan Nara dengan hati mengembang bahagia.
Jika dulu Rajendra adalah workaholic sejati maka sekarang jika waktu bekerja sudah habis maka Rajendra akan dengan cepat pulang untuk kembali dengan sang istri tercinta. Kegiatan sederhana pun sungguh terasa seperti surga dunia.
"Kenapa ini susah ya?" Nara mengancing kemeja yang akan dipasangkan pada tubuh Rajendra. Ini adalah kemeja yang dibelikan Nara dulu. Dulu sangat pas membungkus tubuh Rajendra namun sekarang terasa sangat susah untuk dikancingkan.
"Susah love?"
Nara mengangguk, "Mas gendutan! Lihat, ini aja sampai susah dikancingin," dia menggerutu namun juga senang dalam hati, artinya dia bisa mengurus suaminya dengan baik.
Rajendra tertawa lalu menciumi seluruh wajah Nara yang tampak memberenggut lucu, "Ya gimana gak tambah gendut kalau istrinya seperti Nara?"
Blush.
Nara merasakan pipinya memanas, apapagi saat Rajendra kembali melanjutkan dengan nada yang tampak sangat bangga. "Makanan enak, pelukan enak, ciuman enak, semuanya enak. Buat Mas bahagia, gimana gak tambah gendut?"
"Bisa aja suaminya Nara," Nara kini juga memeluk Rajendra, melupakan permasalahan baju yang tidak muat dipakai. Keduanya sibuk dengan kecupan-kecupan menggetarkan jiwa dan raga.
"Mau?" Tanya Rajendra yang sekarang memandang Nara dengan pandangan penuh gairah. Nara pun sama tapi ada yang lebih mendesak selain melakukan itu.
"Ta-pi ada sesuatu yang mau aku kasih tau ke mas," Nara menyeret ucapannya karena tangan Rajendra yang nakal itu tidak mau tinggal diam memberikannya kenikmatan.
"Apa Love?"
"Lagian mas juga harus cepet ke rumah sakit kan dan hal yang mau aku bilang berhubungan sama Bakery, aku mutusin buat fokus ke Bakary kita aja," Nara tersenyum. Dia memutuskan untuk mengelola usahanya saja, sebenarnya Nara tau jika itulah yang Rajendra inginkan namun karena Rajendra terlalu mencintai Nara maka Nara boleh bekerja sesukanya.
Rajendra sudah sangat memenuhi segala kebutuhannya sejak dulu, saatnya dia mengabdi pada Rajendra. Tentu Nara juga sudah mendiskusikan ini dengan orang tuanya selaku yang membayar segala biaya kuliahnya. Namun orang tuanya memang terbaik, menyerahkan semuanya pada Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...