Nara merasakan pipinya mulai panas, jantungnya berdetak dengan kurang ajarnya. Ditatap Rajendra dengan tatapan yang tidak Nara tau apa maknya itu membuat Nara ingin pingsan. Bolehkah Nara pisangsan saja?
Nara berdehem lalu menganggukan kepalanya pelan sebagai jawaban. Tidak berani mengeluarkan suaranya.
Tatapan Rajendra melemah lalu memberikan senyum tipis pada Nara dan segera menjauhkan tubuhnya dari Nara. Memangnya jawaban apa yang dia mau? Bukannya memang sudah jelas. Rajendra hanya mencoba peruntungan. Otaknya menyuruh berhenti, tetapi tidak dengan hatinya.
"Bagaimana perasaanmu pada Mas?" Tanya Rajendra yang kembali memusatkan perhatiannya penuh pada Nara.
Nara bingung, bagaimana perasaannya? Jujur saja, jika Rajendra bertanya ini beberapa bulan lalu maka akan Nara jawab tidak ada. Perasaannya hanya jengkel dan sebal, tetapi jika pertanyaannya diajukan sekarang. Nara jelas bingung dengan jawabannya. Bukankah ini terlalu mendadak?
"Aku... Aku gak tau," Nara menjawab dengan tergagap.
Rajendra melebarkan senyumnya, bukannya kalau begini artinya ada kesempatan? Sungguh awalnya Rajendra berpikir Nara akan mengatainya, bukannya tidak sadar dengan kekesalan Nara. Rajendra sadar sepenuhnya kalau memang dirinya itu menyebalkan untuk orang sekitarnya.
"Mas gak pernah jatuh cinta," Rajendra mengawali ceritanya. Dilihatnya Nara menatap matanya, Rajendra menghembuskan napas sebelum menjawab.
"Mas gak tau apa itu cinta. Naraa, mas tau kalau pertemuan kita bukan jenis pertemuan yang menyangkan bagimu. Mas itu menyebalkan, tidak pandai menunjukkan emosi apalagi romantis. Tapi, mas jatuh cinta padamu," Rajendra diam sejenak untuk melihat bagaimana ekspresi Nara.
Nara mengerjap, tidak dipungkiri jantungnya berdebar dengan keras. Rasa ingin hampir mirip dengan yang dirasakan pada Chandra. Hanya yang membedakan, jika dengan Chandra perutnya tidak mulas. Dengan Rajendra perutnya terasa mulas tapi juga riuh. Mungkin kupu-kupu sedang menari disana?
"Mas bilang gak pernah jatuh cinta, tapi kenapa bisa yakin jatuh cinta sama aku?" Tanya Nara.
Rajendra tersenyum lalu mengambil tangan Nara untuk digenggamnya. Nara tidak menolak. "Gimana kamu bisa menyimpulkan jatuh cinta dengan Chandra?" Rajendra bertanya, karena mau bagaimanapun Nara memang pernah atau bahkan masih jatuh cinta pada Chandra.
Nara tergagap lalu dengan malu menjawab, "Jantung aku berdebar-debar, aku juga selalu seneng disebelah Chandra. Aku lihat Chandra bantu nenek-nenek nyebrang dan itu terjadi begitu aja."
Rajendra mengangguk. Kalau mengutarakan keinginannya dan kalaupun Nara menyetujui keinginannya nanti, bukannya jalannya akan sangat terjal? Tetapi, dirinya ingin Nara menemani, disampingnya.
"Jantung mas juga-" Rajendra membawa tangan Nara untuk mendarat di dadanya, tempat dimana jantungnya berdebar dengan sangat keras.
Nara tersentak, lalu membulatkan matanya memandang Rajendra. Detakan jantung Rajendra sangat keras, apakah itu tidak menyakitkan?
"-Mas, merasa nyaman di samping kamu. Dipeluk kamu, ngobrol dengan kamu. Mas bahkan seneng hanya dengan lihat kamu, Naraa." Rajendra melanjutkan.
"Mas gak kelihatan kayak gitu? Aku cuma lihat mas yang datar. Gak ada emosi berarti," Nara mengutarakan pendapatnya karena selama yang diingat Nara memang Rajendra tidak menunjukkan tanda-tanda menyukainya. Ah, tetapi tidak dengan akhir-akhir ini.
Rajendra menjawab, "Mas tau. Mas memang gak menarik-"
Nara menyela dengan cepat tanpa sadar, "Hah? Kata siapa gak menarik? Mas itu orang paling menarik yang pernah aku temui tau?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...