1. Broken Heart

9.3K 290 3
                                    

"Nara!"

Nara yang merasa namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya. Menatap temannya yang berjalan dengan terburu-buru. Hari senin selalu menjadi hari paling menyebalkan, everyone hates monday. Walaupun bajunya sudah tampak cerah mengalahi kecerahan sinar matahari, tetapi hatinya sungguh mendung. Dan mungkin sebentar lagi akan jadi hujan.

"Kenapa sih? Ini di kampus kalau lo lupa," Nara yang hari ini memakai baju berwarna cream tampak menatap Luna jengkel. Kebiasaan teriak-teriaknya sungguh tidak pernah berubah, malah semakin parah.

Luna hanya menyengir mendengar gerutuan Nara, sudah biasa batinnya. Yang paling penting adalah hal yang akan disampaikan pada Nara, urgent. "Lo tau-"

"Halah, kalau intronya kaya gini pasti gak jauh-jauh cari cowok ganteng. Ngaku lo?" Diva menyahut bahkan sebelum Luna menyelesaikan kalimatnya membuat Nara tertawa ngakak dan Luna yang menatapnya kesal.

Luna hanya melirik Diva dengan kesal sekilas lalu kembali mengembalikan fokusnya pada Nara, "Lo tau Winda anak Hukum gak?" Tanya Luna, saat Nara mengangguk barulah Luna menlanjutkan dengan menggebu. "Dia pacaran sama gebetan lo."

"Hah? Gebetan Gue?" Nara melotot, dipikirannya saat ini hanya terlintas satu nama. Nama yang menghiasi hari-harinya dengan khayalan akhir-akhir ini. Nama yang membuatnya susah tidur karena sering berimajinasi.

Namanya Chandra Adrian A biasa dipanggil Chandra. Chandra.... Chandra itu ya hanya Chandra. Laki-laki yang baru ditemuinya beberapa bulan lalu dan sanggup membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan sialnya Chandra adalah cinta terpendam Nara.

"Iya! Lo tau? Katanya yang nembak si Winda dan Chandra nerima gitu aja!" Ucap Luna dengan menggebu-gebu. Nara yang mendengarnya tampak tercengang, segampang itu seorang Chandra menerima perasaan orang lain?

"Kenapa bisa?" Monolog Nara namun saat mengingat siapa Winda dan bagaiman rupanya tentu Nara paham. Sialan memang.

"Ya bisa lah, siapa yang bisa nolak Winda? Coba sebutin," jawab Luna membuat hati Nara terasa sakit. Duh, patah hati memang selalu menyedihkan tetapi patah hati saat usia dewasa jelas sakitnya bertambah berkali lipat.

"Ah ya, siapa yang bisa nolak seorang Winda?" Ujar Nara tidak bersemangat, bahunya tampak loyo dan matanya terasa perih. Jangan sampai menangis disini, sungguh Nara tidak ingin menangis disini. Tetapi kenapa matanya terasa sangat panas.

Tentu saja Nara sangat terkejut setahunya, Chandra bukan tipe cowok yang akan menyukai seseorang karena wajahnya saja. Oke, memang Nara akui apabila Winda itu cantik tetapi cantik seperti Winda itu banyak di kampus. Bukan menilai seseorang dengan penampilannya, tetapi Winda jelas bukan tipe Chandra yang dia tahu.

"Yang sabar aja ya Nar, mungkin Chandra itu bukan orang yang tepat buat lo. Gue aja yang dengernya nyesek apalagi lo yang udah suka dia selama itu," sahut Diva menenangkan Nara yang mulai terdiam dengan pandangan sedihnya. Diva tahu bagaimana perjalanan Nara menyukai Chandra. Memang benar, Nara sudah jatuh cinta.

"Terus gue harus apa dong Div, Lun?" Tanya Nara dengan lemas. Bahkan dia tidak sadar sudah digiring Luna agar berdiri mendekati tembok agar tidak menghalangi jalan. Sakit hati memang membuat lupa keadaan sekitar. Itu adalah benar dan Nara merasakannya sekarang.

"Yaudah move on aja, cari yang lain. Jatuh cinta lagi," sahut Luna sambil mengedikkan bahunya acuh. Memangnya apalagi? Tidak mungkinkan dia mengajari Nara untuk menjadi seorang pelakor.

Move on? Memang dikira gampang apa, batin Nara dalam hati. Tapi Nara optimis ia bisa move on dengan cepat karena menurut pengalaman-pengalamannya yang lalu ia bisa move on dengan cepat bahkan kurang lebih satu hari ia sudah dapat melupakannya. Semoga Chandra sama saja dengan mantan gebetannya yang lalu yang bisa dilupakannya dengan cepat. Tetapi, kenapa Nara jadi tidak yakin ya?

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang