Nara are u okay? No, actually no!
Sudahkah Nara bilang jika dirinya ini pemilih dengan tipe ideal setinggi langit dan memilih tidak pacaran alias Nara itu jomblo karatan? Sepertinya sudah karena Nara bangga dengan statusnya-terkadang, banyak ngenesnya tapi.
Bayangkan! Seorang jomblo menaun karatan tiba-tiba saja pelukan dengan cowok-ah enggak, laki-laki dewasa yang umurnya saja gap banyak dengan Nara, coba bayangkan! Ah ya, jangan lupakan dengan latar belakang kuburan yang sepinya kebangetan.
Ya Nara tau si jaman sekarang kuburan sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak muda tapi masa iya pelukan lawan jenis di depan kuburan, tidak etis sekali. Bagaimana jika ada makhluk lain tak kasat mata yang diam-diam jadi penonton bayaran.
Tapi lebih tidak etisnya lagi, Nara yang memeluk Rajendra terlebih dahulu dan bersandar nyaman lebih dari lima menit. Sungguh, mau ditaruh dimana muka Nara yang imut ini.
"Em, maaf Om." Ujar Nara sambil menengok Rajendra yang sudah fokus menyetir di sebelahnya.
Tadi, Rajendra menawari Nara untuk diantar pulang sedangkan sepeda Nara diletakkan di belakang mobil Rajendra.
Rajendra menengok sekilas pada Nara lalu menjawab, "Maaf kenapa?"
Nara menundukkan kepalanya, bisa Nara rasakan jika pipinya panas. Mungkin sekarang wajahnya sudah seperti kepiting rebus saking merah nya. Jujur saja, Nara malu.
"Karena udah peluk Om sembarangan," jawab Nara dengan kecepatan 3x sehingga tidak terdengar jelas.
Rajendra mengerutkan dahinya sekilas, "Pelan-pelan Nara," ucapnya kemudian dengan nada yang sedikit lembut (?)
Duh, kenapa juga Rajendra sikapnya agak berubah pada Nara membuat Nara bertambah malu saja.Nara menghembuskan napasnya pelan, "Maaf karena udah peluk Om sembarangan tadi," ujar Nara dengan pelan.
Rajendra mengangguk-anggukan kepalanya dengan pelan tapi tidak menyahuti Nara sama sekali. Nara jadi keki sendiri, andai saja Rajendra lebih muda atau setidaknya seumuran lah dengan Nara, bisa dipastikan badan Rajendra tidak aman karena cubitan Nara.
"Nara,"
Nara tersentak dalam lamunannya. Nara kira, itu adalah percakapan terakhir mereka tetapi tiba-tiba saja Rajendra memanggil namanya yang tentu saja membuat Nara terkejut. Ini sudah berapa kali ya Rajendra memanggil Nara dengan namanya, mungkin masih bisa dihitung dengan jari tapi kok rasanya beda.
"Gimana Om?" Tanya Nara kemudian memusatkan perhatiannya pada Rajendra yang masih menyetir.
"Kamu... dekat dengan adek saya?" Tanya Rajendra yang mengejutkan Nara.
"Emm, bisa dibilang deket tapi bisa juga dibilang enggak." Nara menjawab dengan netral. Jawabannya ini tinggal orang yang mempresepsikan bagaimana.
"I see," lalu Rajendra kembali diam. Kenapa perjalanan serasa jauh sekali ya, padahal Nara naik sepeda hanya butuh waktu lima belas menit an.
Melihat Rajendra yang diam saja membuat pikiran Nara tergelitik untuk bertanya, mengapa Rajendra mengajukan pertanyaan itu. Tapi....
"Kenapa Om tanya itu?" Akhirnya Nara bertanya. Lalu menambahinya, "Aku deket sama Chandra atau enggak."
"Saya kakak Chandra," jawab Rajendra.
"Ya emang kenapa kalau Om kakaknya Chandra?" Nara masih tidak puas. Entah apa yang diharapkan hatinya, tapi jawaban Rajendra tidak membuatnya puas sama sekali.
"Just ask Nara. No more question," jawab Rajendra final.
"Nggak adil dong! Aku kan kepo kenapa Om yang terlihat cuek bebek ini tiba-tiba tanya aku deket sama Chandra enggak. Padahal kan Om bisa lihat sendiri gimana interaksi aku sama Chandra. Katanya Om pin-"
Cup
"-ter." Mata Nara terbelalak lebar saat ada yang mengecup pipinya. Bukan hanya Nara, tapi Rajendra yang bibirnya masih betah di pipi Nara pun kaget dengan tindakan impulsifnya.
Rajendra yang bisa menguasai dirinya lebih cepat pun memundurkan badannya. Nara masih terbelalak, dalam beberapa jam ini dirinya sudah melakukan skinship dengan Rajendra dua kali! Dua kali pemirsah!
"Om?" Tanya Nara dengan linglung.
"Keluar," ucap Rajendra.
"Hah?" Hah? Jadi Nara diusir dari mobil Rajendra setelah Rajendra menodai pipi mulusnya ini? Oh jangan lupakan ciuman dulu dan pelukan beberapa menit lalu. Apa Rajendra waras?
"Keluar," ulang Rajendra sekali lagi.
"Om udah seenaknya cium aku terus nyuruh aku keluar gitu aja?" Tanya Nara tidak habis pikir.
"Anggap satu sama," ujar Rajendra tenang.
"Apa? Satu sama? Satu sama ap-," ingatan Nara berputar pada pelukan tadi. Ini kah satu sama menurut Rajendra? Wah, kurang aja sekali Rajendra ini.
"Keluar Nara," ujar Rajendra dengan tergesa.
"Om kok tega nurunin aku di-,"
"We stayed in front of ur boarding house for two minutes and more," potong Rajendra cepat.
Nara memalingkan wajahnya dan melihat gerbang kost nya yang sudah terbuka, Nara benar-benar tidak menyangka jika sudah sampai. Ini semua gara-gara Rajendra, Nara tidak terima.
"Ak... aku, kalau gitu-" Dengan cepat Nara memajukan wajahnya untuk balas mengecup pipi Rajendra namun sungguh waktu yang tidak tepat, Rajendra memalingkan wajahnya dan....
CUP
Mata Nara terbelalak saat menyentuh benda kenyal merah seksi milik Rajendra.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Nara menatap mata Rajendra yang berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia, berbeda dari Kirana maupun Chandra. Mata Rajendra... benar-benar-Ah sial!
Nara menjauhkan tubuhnya lalu dengan terburu-buru membuka pintu mobil untuk keluar sambil mengatakan, "Dua satu."
Nara meloncat turun lalu berlari tergesa meninggalkan Rajendra yang kini menyunggingkan senyum tanpa Nara tau.
"Stupid Nara, you perverted Nara. pervert aaaa," Nara berlari menuju kamarnya sambil berdumal tidak jelas dan memegangi bibirnya.
Sial, dua satu apanya. Yang ada Nara yang rugi kalau begini, dirinya yang masih kecil polos ini. AARRRGGHHHH NO WAY!
What the hell~
Nara melupakan sepeda Tante Sis yang berada di mobil Rajendra. Huh, double stupid!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...