Tiga hari terlewati, akhirnya hari minggu pun tiba. Tampak Nara masih bergelung di selimut tebalnya padahal jam sudah menunjukkan pukul 08.15 ia lupa bahwa hari ini dia akan mengantarkan Tante Sis pergi membeli make up bersama Rajendra. Nara sangat mengantuk karena tadi malam ia begadang untuk menyelesaikan maraton drama koreanya. Sampai suara gedoran pintu mengagetkan Nara dari tidurnya.
"Astagfirullah, ganggu orang tidur aja," kata Nara pelan tetapi ia tetap melanjutkan tidurnya kembali.
Gedoran pintu di depan semakin keras terdengar yang membuat Nara mau tak mau membuka pintu kamar kostnya itu. Baru saja ia membuka pintu, ia sudah dikejutkan dengan kehadiran sosok makhluk tampan dengan pakaian rapi tengah memandangnya tajam.
"Jam?" kata orang didepannya.
"Jam apa?" tanya Nara yang masih bingung dengan kehadiran sosok didepannya.
"Jam berapa ini?" tanya sosok di depannya lagi dengan kesabaran yang hampir habis.
"Jam delapan lebih, kok om disini sih? Ngapain?" tanya Nara yang penasaran.
"Janji," orang didepannya membalas. Nara dibuat semakin bingung. Janji? Janji apa? Janji palsu atau janji apa sih.
"Janji apa sih om? Kalau ngomong yang bener dong!" tanya Nara. Ya sosok di depan Nara itu adalah Rajendra yang datang kemari entah untuk apa.
"Mall," jawab Rajendra. Nara mengerutkan dahinya. Minggu, janji, mall apa ya? Batin Nara yang tidak mengerti tujuan Rajendra datang kemari, sampai akhirnya ia berteriak nyaring karena kaget sekaligus tidak menyangka
"Ya Allah, aku lupa om beneran deh. Suer gak bohong," ujar Nara mengangkat dua jarinya pertanda peace. Dia hanya berbohong, kenapa Rajendra serius sekalih sih.
Rajendra hanya diam, masih memperhatikan Nara yang terlihat sedang mengumpulkan kesadarannya karena beberapa kali ia tampak memejamkan mata sembari menguap lantaran terlalu mengantuk.
"Mandi. Saya tunggu," kata Rajendra lalu meninggalkan Nara menuju ruang tamu tanpa menunggu Nara menjawab.
"Iya mandi," kata Nara walaupun Rajendra sudah menghilang entah kemana. Nara langsung bergegas ke kamar mandi dan mandi secara kilat. Rekor mandi tercepatnya mungkin.
"Haduh pakai baju apa ya?" tanya Nara pada dirinya sendiri. Ia bingung ingin memakai baju apa. Wait tunggu, kenapa dia harus bingung kan cuma pergi bareng Om Rajendra. Pakai kaos saja sudah bagus.
Setelah memakai kaos serta celana panjang ia langsung menggunakan cardigannya, ia langsung bergegas turun setelah memakai sepatu karena tidak ingin membuat Rajendra bertambah marah, karena kalau marah dia sudah seperti singa ngamuk.
Saat menuruni anak tangga, Nara melihat teman-teman kosnya sedang mengintip ke arah ruang tamu sambil berbisik-bisik. "Ganteng banget ya," kata Ayu mengamati seseorang di ruang tamu.
"Ya, masak mau sih sama Tante Sis," kata Sekar menimpali.
"Sama gue aja kali masih kinyis-kinyis. Masa maunya sama tante-tante girang kayak Tante Sis sih," balas Cindy dengan pedenya
"Heh pada ngapain?" Seru Nara bermaksud untuk mengagetkan teman-temannya yang mengintip itu.
Mereka serempak langsung salah tingkah karena ketahuan mengintip. Nara punya ide jahil untuk mengerjai mereka semua. "Gue denger apa yang kalian bicarain. Mau gue aduin Sis ya?" tanya Nara dengan mimik serius membuat ketiga orang di depannya membelalakkan mata mereka.
"Haduh jangan dong Nar," kata Cindy kelabakan sendiri karena dia yang mengatai Tante Sis tadi.
"Gimana ya? Aduin gak ya?" kata Nara menaik turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficción GeneralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...