"Dokter Rajendra!"
Rajendra yang merasa namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya menghadap Dokter Vero. Dokter Vero menghampiri Rajendra yang sedang menunggunya. Rajendra tampak menaikkan sebelah alisnya, Dokter Vero yang biasa dengan sikap Rajendra pun langsung tau artinya.
"Ada waktu nggak besok sore?" Tanya Dokter Vero antusias.
"Kenapa?" Tanya balik Rajendra tanpa menjawab pertanyaan Dokter Vero.
"Mau saya ajak ke cafe baru di depan rumah sakit," ujar Dokter Vero seraya membenarkan kerah kemejanya.
"Untuk?" Tanya Rajendra lagi yang masih tidak mengerti tujuan Dokter Vero mengajaknya.
"Mau share pengalaman sama dokter, supaya bisa saya contoh nantinya kalau menangani pasien," balas Dokter Vero antusias dengan senyum yang tak pernah luntur.
"Saya?" Ujar Rajendra seraya menunjuk dirinya sendiri dengan dahi berkerut sedikit, ingat hanya sedikit.
"Iya dong dok. Dokter kan dokter terbaik di sini. Saya ingin mencontoh dokter," balas Dokter Vero, sebenarnya ia sebal dengan Rajendra karena banyak bertanya. Tidak papa sih kalau bertanya dengan kalimat yang panjang, lah ini bertanya sama satu kalimat saja.
"Kamu dokter apa?" Tanya Rajendra pada Dokter Vero yang dibalas tatapan heran dari Dokter Vero.
"Obgyn!" jawab Dokter Vero menahan ringisannya.
"Saya dokter apa?" Tanya Rajendra kembali yang menambah kernyitan di dahi Dokter Vero.
"Spesialis jantung dan pembuluh darah!" Jawab Dokter Vero dengan tegas. Namun meruntukinya kemudian karena sadar, jawaban nyatanya malah mengantarkan petaka.
"Kamu mau mencontoh saya saat menangani pasien? Sementara kamu sendiri adalah seorang dokter obgyn yang mana kamu memeriksa tentang kandungan. Lalu saya memeriksa tentang organ dalam, kamu mau ikut memeriksa seperti saya padahal jelas-jelas kamu dan saya itu beda?" Jelas Rajendra panjang lebar sementara Dokter Vero ditempatnya hanya tercengang menatap Rajendra yang tidak biasanya ngomong panjang lebar.
"Kamu bisa share pengalaman dengan dokter obgyn yang lain, saya permisi," ujar Rajendra sambil meninggalkan Dokter Vero.
"Gimana caranya supaya bisa ngajakAdam ke cafe itu ya?" Ujar Dokter Vero seraya berjalan menuju ruangannya sambil berpikir keras dan mulai menghubungi seseorang untuk mengatakan balasan Rajendra.
Sementara Rajendra sampai di ruangannya langsung mencari handphone untuk menghubungi mamanya. Ia tahu tujuan kenapa Vero mengajaknya ke cafe, pasti tidak jauh dengan acara kencan buta. Kenapa ia sudah tau? Karena itu sudah sering terjadi dan sekarang ia tak ingin kecolongan untuk yang kesekian kalinya.
"Assalamualaikum, Ma?" Salam Rajendra kepada mamanya ditelepon.
"Waalaikumsalam, iya ada apa Dam?" Tanya mamanya di seberang sana.
"Mamah nyuruh Vero buat ngajak Adam ke cafe?" Tanya Rajendra langsung ke mamanya. Membuat Kirana terdiam untuk beberapa detik.
"Apa? Nyuruh Vero? Nggak Adam, mamah tuh sekarang lagi arisan mana mungkin mamah nyuruh Vero. Buat apa coba mamah nyuruh Vero ngajak kamu ke cafe?" Tanya mamanya dengan tawa sumbang. Ia tahu bahwa mamah nya itu berbohong.
"Ya udah, Mah. Assalamualaikum," ujar Rajendra. Setelah mendengar balasan dari mamanya ia langsung mematikan teleponnya. Ia menghela napas kasar, ia heran dengan mamanya yang suka menjodoh- jodohkan dengan teman arisannya padahal ia sudah pernah menolak untuk dijodoh-jodohkan seperti itu, tetapi mamanya selalu tidak mau berhenti.
Dipertemukan di cafe seperti itu lewat perantara Vero pun sudah biasa ia terima. Ia tak pernah protes, tetapi untuk sekarang ia tidak mau kecolongan lagi. Sebenarnya tidak masalah untuknya bila yang dicomblangin dengannya adalah perempuan baik- baik tetapi yang datang selalu perempuan dengan pakaian mini, bedak tebal dan yang kecentilan, ia tidak suka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...