Linglung
Satu kata yang mewakili Nara saat ini, kejadian kemarin sungguh masih hangat di benak Nara. Bisa dibilang, masih panas di benak Nara. Bagaimana tidak jika itu adalah ciuman pertamanya!
Yang membuat Nara semakin linglung adalah tidak lain tidak bukan objek ciuman pertamanya. Rajendra. Bahkan tidak ada dibenak Nara sekalipun saat pertama bertemu Rajendra, pertemuan-pertemuan sebelumnya dan bahkan saat kejadian perkara. Nara itu sukanya pada Chandra, seharusnya-ah tidak, minimalnya Chandralah ciuman pertama Nara. Bukan Rajendra.
BUKAN RAJENDRA!
Yang membuat Nara semakin dan semakin linglung adalah jantungnya, kenapa jantungnya malah berdentum keras seperti drumband hanya dengan memikirkan Rajendra. Pasti ini karena ciuman itu, Nara yakinkan dirinya. Ciuman pertama harusnya dengan orang yang spesial, bukan dengan orang yang setiap bertemu hanya ada pertengkaran-hanya Nara sih yang berbicara banyak tapi intinya Rajendra sangat menyebalkan. Tapi terkadang juga terlihat sangat tampan, melebihi-AHH tidak, otak Nara sudah berkeliarana memikirkan banyak hal. Bahkan suara kantin Fakultasnya yang ramai pun tidak terdengar ditelinga Nara. Dan bahkan suara....
"Hai Nar!"
"Oh Hai! Lo ngapain disini?" Tanya Nara. Suara itu adalah suara Chandra, orang yang seharusnya atau setidaknya mendapatkan ciuman pertama karena dia juga cinta (benar) pertama Nara.
"Gue-" Chandra menghentikan kalimatnya membuat Nara memusatkan perhatian penuh pada Chandra. "Gue mau ngajak lo lihat pasar malam di lapangan depan kost lo," lanjut Chandra kemudian.
Apa Nara tidak salah dengar? Chandra mengajaknya melihat pasar malam? Ini mereka berdua saja atau dengan teman-teman mereka. Tapi Nara harap hanya mereka berdua saja sih.
Kemudian tawa Chandra terdengar, Nara mengerjapkan matanya saat tangan Chandra beralih mengelus rambutnya. Sial, Chandra cari mati di tempat yang ramai begini. Tapi, Nara akan ikut karena pipinya sekarang yang terasa panas.
"Iyaaa Nara, gue ngajak lo ke pasar malam dan berdua aja kaya yang lo harapkan," kata Chandra masih diselingi dengan tawa.
"Eh?" Nara mengerjapkan matanya, jangan bilang?
"Lo itu gampang banget ditebak sebenernya. Tapi kayanya lo nggak sadar menyuarakan isi hati lo. Tapi gue suka sih-" Chandra kembali menjeda kalimatnya membuat Nara ketar-ketir sendiri. Kenapa Chandra bisa berubah seperti ini, ah tidak-tidak. Chandra memang seperti ini.
Chandra memajukan tubuhnya ke arah Nara, memberi jarak yang masih lumayan lebar. Ini kampus, Chandra tau batasannya. "Tapi... gue suka sih sama cewek yang apa adanya. Apalagi cewek itu... Nara."
SIALAN! Jantungnya berdebar kencang.
***
Jangan bilang Nara sebagai wanita tidak benar yang mau diajak kesana kemari dengan dua cowok. Nara itu sukanya Chandra jadi menerima tawaran Chandra sama saja dengan memperbesar kesempatannya dekat dengan Chandra. Istilahnya, jangan membuang kesempatan yang disodorkan tepat di depan matamu. Begitulah.
"Siap?" Tanya Chandra yang malam ini terlihat tampan hanya dengan kaos dan jaket parka. Ah Chandra memakai apapun memang terlihat tampan.
"Siap!" Jawab Nara. Untung saja Nara hanya tampil kasual sekarang ini, jadi cocok berdampingan dengan Chandra yang kasual. Berbeda dengan Rajendra yang selalu memakai baju formal, maka dari itu tidak cocok dengan Nara.
Eh, kenapa malah membandingkan kakak adik ini? Sepertinya otak Nara sudah sedikit teracuni sehingga agak miring. Memikirkan Rajendra itu terlarang.
"Kalau dingin, masukin tangan lo ke jaket gue aja," perkataan Chandra menyentak Nara dari lamunannya tentang Rajendra, lagi lagi.
Tanpa membuang waktu dan kesempatan, dengan segera Nara memasukkan tangannya ke dalam saku jaket Chandra. Benar, disana hangat. Tangan Nara hangat begitupun hatinya.
Perjalanan hanya memakan waktu 3 menit karena memang pasar malam dekat dengan kampus mereka.Nara berjalan berdampingan dengan Chandra yang tampak antusias dengan berbagai permainan di pasar malam. Saat memindai permaianan apa yang sekiranya akan mereka mainkan. Nara tertarik dengan boneka babi pink yang tampak lucu.
"Oh lo pengen boneka babi pink itu?" Tanya Chandra yang peka dengan apa yang dilihat Nara. Yah, Chandra yang peka.
Nara mengangguk antusias, "Lucu banget babinya, tapi bukannya archery susah ya? Emang lo bisa?" Tanya Nara dengan nada meledek. Tapi Nara yakin jika itu gampang bagi Chandra.
Chandra tampak berpikir lalu tersenyum misterius, "Lihat aja."
Mereka berjalan menuju ke stand panahan yang memang mirip panahan. Letak standnya pun agak jauh karena mungkin agak berbahaya. Nara memperhatikan Chandra yang membeli koin dan bersiap-siap melakukan panahan.
"Lihat ya," ucap Chandra. Nara mengangguk dengan antusias.
Sret! Kena!
Wow, Nara terkesima melihat bagaimana Chandra membuat panahan setengah mainan itu terlihat sebagai panahan yang sebenarnya. Tidak salah pilih memang hati Nara.
"Gimana?" Tanya Chandra sambil memamerkan smirknya saat semua target dapat dia panah dengan sempurna.
"Speechless gue. Bener-bener amazing," ucap Nara dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Chandra gitu loh," kata Chandra dengan tertawa lalu Chandra mengampiri abang panahan sambil menyerahkannya. "Katanya mau ambil boneka babi pink yang besar itu bang, bisa kan?" Tanya Chandra ramah.
"Bisa bisa, kerena banget mah mas nya. Tepat target semua, pasti mbak pacarnya juga dipanah asmara nih," ujar Abang panahan dengan kekehannya.
Nara bersemu, sedangkan Chandra hanya tertawa tanpa memberikan klarifikasi.
"Ini boneka babi buat mbak nya yang cantik," ujar abang panahan sembari memberikan boneka babi besar pada Nara. Nara mengucapkan terimakasih begitupun Chandra.
"Lo Keren," ucap Nara pada Chandra.
"Makasi, btw-" Chandra suka sekali menjeda kalimatnya dan Nara selalu berdebar menunggu apa yang akan dikatakan Chandra selanjutnya.
"-pipi bonekanya lucu, mirip lo. Ada merah-merahnya," lanjut Chandra membuat Nara bersemu.
Nara yakin, pipinya merah. Blushing sepertinya sudah makanan harian Chandra jika bertemu dengannya.
"Nah kan, pipinya merah. Lo... lucu."
HELP! Nara angkat tangan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficção GeralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...