Special Part : Honeymoon

374 21 2
                                    

Nara merasakan rambut lembut Rajendra menyapu sebagian besar wajahnya, posisi tidur Rajendra yang menimpa Nara membuat Nara hangat apalagi Rajendra yang memeluknya dengan erat. Nara membiarkan saja karena sejak datang ke Paris, tidurnya selalu menjelang pagi karena Rajendra sungguh sangat kuat.

"Bangun," Nara mengelus rambut Rajendra setelah selama sepuluh menit mulai merasa sesak. "Aku mau jalan-jalan," Nara berbisik tepat di telinga Rajendra.

"Sebentar lagi sayang, Mas masih nyaman." Rajendra menolak untuk bangun dari posisinya saat ini.

"Tapi aku sesak, Mas Rajen."

Begitusaja, bukannya melepaskan pelukan yang serupa belitan ular piton itu, Rajendra membalikkan tubuhnya sehingga sekarang Nara yang ada di atas tubuhnya. "Good morning." Mencuri kecupan sekilas, Rajendra tersenyum di sela pejaman matanya.

Akhirnya Nara mrnyerah, menunggu Rajendra bangkit dari posisinya hingga dua jam kemudian mereka baru selesai bersiap dengan bibir Nara yang mencebik kesal, "siang banget." Ujarnya menyindir Rajendra yang cekatan memasangkan blazer pada tubuh Nara.

"Maaf, kamu tau kan mas susah kalau sudah nempel begitu?" Rajendra tersenyum membalas perkataan Nara.

Nara jadi ikut tersenyum, "iya masku sayang. Jadi kita kemana dulu ini?"

Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menikmati pemandangan kota Paris. Kota yang dijuluki Kota Cinta. Tujuan honeymoon mereka yang pertama, sebenarnya ada banyak list tujuan honeymoon yang Rajendra susun dan Nara memilih Paris sebagai tempat yang ia kunjungi pertama. Sponton setelah membaca novel Autumn in Paris entah keberapa kalinya. Mungkin selanjutnya adalah Jepang.

"Aku jadi ngebayangin, gimana kalau jadi Tara Dupont sama Tatsuya Fujisawa," kata Nara di sela keduanya yang menikmati pemadangan Menara Eiffel. Benar adanya Kota Cinta, mayoritas mereka yang di sini adalah pasangan yang tampak bahagia.

"Jangan ngebayangin," balas Rajendra yang sudah beberapa kali diceritakan Nara tentang novel kesukaannya itu. "Mas akan sama kamu selamanya, mana rela mas kalau bukan sama kamu." Rajendra menjadi manusia cerewet jika mereka hanya berdua dan Nara sungguh menikmati itu.

"Tapi kan maut gak ada yang tau. Lagipula bukan bagian itu, tapi bagian mereka bareng-bareng ngitarin Paris," Nara memperjelas bagian novel. "Lagipula kita bukan saudara. Dan aku gak rela banget kalau Tatsuya yellow flag, menurut Mas Rajen itu kecelakaan atau emang Tatsuya sengaja gak mau hidup?"

Pertanyaan ini lagi, Rajendra ganti mendekap Nara erat ke tubuhnya saat melihat ada anak kecil berlarian hampir menabrak Nara. "Tanya penulisnya—" Rajendra menambahkan saat Nara mendelik, "memang ada orang yang seperti itu, sayang. Lebih memilih pergi dari dunia daripada tidak bisa bersama orang yang dicintai. Mas juga sering berpikir seperti itu dul—"

Nara mencebik mendengar itu lalu menyela dengan memberikan kecupan bibir agar Rajendra berhenti berbicara, "dulu gak perlu dibahas, aku jadi ingat kalau aku jahat banget," Nara menampakkan raut wajah penuh penyesalan yang membuat Rajendra tertawa pelan.

Diusapnya pipi Nara, Rajendra menyatukan keningnya dengan Nara menggesekkan hidungnya pada hidung Nara. "Sekarang kamu sama, Mas. Mas hanya berpikir gimana caranya hidup panjang supaya kita selalu bersama," dengan lembut Rajendra menatap Nara. Hidupnya sudah lengkap karena ada Nara, istrinya. Tidak ada yang ditakutkan lagi, Rajendra bisa melihatbada cinta pada mata Nara untuknya. Kesabarannya untuk tetap hidup berbuah hasil yang manis.

"Jangan manis-manis, nanti aku terkam!" Nara menepuk dada Rajendra dengan pelan, tidak tahan dengan Rajendra yang manis sampai membuat wajahnya merah merona.

Kembali melangkahkan kaki sambil bercerita panjang lebar. Rajendra lebih banyak mendengarkan tetapi sudah sering memberikan perkataan yang panjang. Dan akan lebih panjang lagi jika mengungkapkan seberapa Rajendra mencintai Nara.

Nara mengabadikan setiap momennya di kamera, membuat Autumn in Parisnya bersama Rajendra dengan happy ending tentu saja. Menyusuri Kota Paris dengan orang yang mencintai dan kita cintai adalah sebuah berkah. Banyak wisata yang mereka kunjungi hari itu dengan senyuman yang terus terpatri hingga malam hari keduanya memilih menghabiskan waktu di hotel.

"Setelah Paris kemana lagi?" Rajendra yang bertelanjang dada mendudukkan dirinya di tubuh Nara. Kembali memeluki Nara seperti itu adalah sebuah kewajiban. Pelukan Nara sama seperti suntikan semangat.

"Jepang? Aku pengin lihat sakura," Nara menjawab dengan cepat mengingat list yang Rajendra buat tetapi sepertinya kalau ingin ke Jepang jadi berputar-putar. "Tapi susah gak si soalnya di Asia sedangkan list Eropa masih banyak," lanjutnya.

"Tidak apa-apa, sesuai keinginan kamu aja." Nara tahu pasti itu jawaban Rajendra karena ya seperti itulah Rajendra menganggap semua perkataan Nara adalah titahnya. "Tenang, uang mas banyak."

"Tapi gak efisien, lagipula mas itu dokter masa mau cuti lama-lama," Nara tidak mau kekanakan juga hingga memikirkan profesi suaminya yang sebagai dokter spesialis. Banyak orang yang membutuhkan bantuan Rajendra.

"Sesekali, mas belum pernah ambil cuti selama ini." Rajendra menjawab santai, sangat berbanding terbalik dengan Rajendra dulu yang gila kerja. "Mas jadi sadar kalau bukan karena kamu pasti mas gak bakal sebahagia ini, sayang."

Duh, mulai lagi. Rasanya Nara ingin menenggelamkan dirinya di Sungai Seine karena Rajendra ini ternyata diam-diam word of affirmation. "Aku juga happy dicintai seugal-ugalan ini sama mas," Nara menambahkan saja perkataan Rajendra.

"Kita pilih yang di Eropa dulu baru nanti di Asia, tapi aku pengin tahu ke India. Tapi takut juga karena katanya kalau belum diare belum afdol," Nara lalu menceritakan bagaimana masa kecilnya ditemani film dari India dan keinginannya ke India dulu sehingga mencari artikel dan munculnya jika belum diare maka belum afdol jika ke India. "Enak gak si mas makan makanan sana sambil pake Saree gitu," Nara tahu apa yang keluar dari mulutnya ini kemungkinan besar akan Rajendra turuti dengan mudahnya.

"Noted, mas cari infonya nanti," Rajendra menjawab cepat secepat pula dengan gerakannya yang membawa tubuhnya kian menempel erat pada tubuh Nara. Bibirnya tidak tinggal diam, Rajendra menelusuri leher Nara, memberikan kecupan-kecupan ringan yang membuat Nara kegelian.

"Oh... aku tau! Akal-akalan mas aja gak pake baju pasti mau minta lagi kan?" Nara bertanya dengan suara serak walaupun kepalanya terdongak karena Rajendra semakin intens saja mencumbunya.

"You know me so well, dan mas suka kalau kamu tau seluruh diri mas tanpa terkecuali," Rajendra mengangkat kepalanya, membawa bibirnya mengecup dagu Nara hingga pipi Nara dengan basah. "Dan mas lebih suka saat mas tau semua tentang kamu tanpa terkecuali."

Kalimat keramat yang selalu Rajendra ucapkan sebelum mereka kemudian lebur bersama selalu membawa gelenyar aneh pada tubuh Nara. "Then do it!" Persetujuan Nara adalah tanda jika mereka telah siap memadu kasih.

Rajendra membawa Nara menuju kasur king size yang berada di kamar hotel. Keduanya tertawa sebelum kemudian mulai menjelajah seluruh tubuh masing-masing tanpa sehelai benang pun.

***

Edisi kangen Raje-Nara tapi lagi gak bisa ngetik banyak hehehe.

Adakah yang pernah baca Autumn in Parisnya Ilana Tan? Sumpah udah banyak kali baca dan gak bisa gak nangis karena Tatsuya. Apalagi gak diceritain detail kenapa bisa kecelakaan tapi itu sih gongnya.

Sad ending biasanya lebih berbekas kan?

So, love you all jangan lupa mampir ceritanya Eros yak

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang